𝐃𝐮𝐚 𝐏𝐮𝐥𝐮𝐡 𝐓𝐢𝐠𝐚; 𝐖𝐡𝐚𝐭 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐞𝐧𝐞𝐝?

4 2 0
                                    

"𝙅𝙞𝙠𝙖 𝙢𝙖𝙣𝙪𝙨𝙞𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙡𝙞𝙠𝙞 𝙖𝙡𝙖𝙩 𝙥𝙚𝙣𝙜𝙤𝙣𝙩𝙧𝙤𝙡 𝙙𝙚𝙩𝙖𝙠 𝙟𝙖𝙣𝙩𝙪𝙣𝙜.
𝘽𝙞𝙨𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙞𝙩𝙪 𝙙𝙞𝙜𝙪𝙣𝙖𝙠𝙖𝙣, 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙬𝙖𝙗 𝙥𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙣𝙩𝙪 𝙞𝙣𝙞?"

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

"Gue enggak nyangka. Ternyata, lo punya kaus model gini juga, ya?" Nadhira menggeleng-gelengkan kepala, takjub, sekaligus ngeri. Motif kaus yang cetai di beberapa bagian depan dan belakang sangat nyata––hingga membuat dia berimajinasi, jika kaus ini digunakan oleh Violet. Apa gadis itu tidak masuk angin?

"Cuma gue pakai sekali. Waktu parade fashion, tahun 2019 kemarin."

"SMP kelas tiga, tuh?"

Violet mengangguk sekali.

"Wah, gila, lo pakai baju sexy ini di bawah umur."

Nadhira berdecak panjang. Dan sekali lagi mengamati kaus milik Violet. Sementara sang empu sedang berbaring di atas ranjang, dengan beberapa buku yang berserakan; di samping badan, lantai, atas meja, dan lemari buku.

"Oh iya. Tadi, lo pulang dari perpustakaan jam berapa?"

Violet menguap, dengan mengeluarkan bunyi, cukup kencang. Dia mengedipkan mata, beberapa kali, sebagai perlindungan diri, agar tidak segera terlelap.

"Dua jam, sebelum lo datang––tanpa diundang, ke rumah gue."

Nadhira hanya cengar-cengir, lalu ikut mengambil posisi duduk di samping Violet.

"Lo, tadi, kan, ngomong, kalau udah baikan sama nyokap. Jadi gue ke sini––"

"Mau nginep?" potong Violet, terdengar sinis, tapi tidak di dalam hatinya.

"Elo, mah .... " Nadhira menampilkan wajah cemberut. Langsung saja, Violet memberikan tinju, khas mereka, ke bahu Nadhira.

"Gue pinjem novel, ya," ucap Nadhira, menormalkan lagi ekspresinya.

Violet mengangguk––sebelum Nadhira ngacir menuju rak buku khusus penyimpanan novel, komik terjemahan milik Violet.

Buat apa Nadhira meminta izin, kalau dia bisa meminjam buku, tanpa persetujuan dari pemiliknya. "Dasar preman takut bawang merah!" gumam Violet, ucapannya ditujukan kepada Nadhira.

Kemudian, penglihatan gadis itu tertuju pada layar ponselnya yang berkedip-kedip.

Menampilkan 35 pesan masuk, dan 3 panggilan tidak terjawab.

"Nad," panggil Violet, tanpa mengalihkan mata dari layar ponsel androidnya.

"Hm?"

"Michael ngajak gue keluar. Gue deg-deg'an."

Nadhira menoleh, memandangi wajah Violet yang tegang, bercampur dengan keringat di dahi.

"Serius?"

Violet mengangguk.

"Gue takut banget," sambung Violet, jujur.

Mengetahui jika ini bukan sesuatu yang wajar. Nadhira meletakkan komik––yang baru dia baca lima lembar––ke tempatnya. Kemudian bergegas, menghampiri Violet, dengan sejuta pertanyaan.  

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

'Thank's for reading! See you in the next chapter, guys!'

And, don't forget to leave a vote and comment.


Warm Hug,

ELEANOR JEUNE

Saranghae, Cogan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang