𝐓𝐢𝐠𝐚; 𝐌𝐚𝐭𝐚-𝐌𝐚𝐭𝐚 𝐕𝐢𝐨𝐥𝐞𝐭

33 20 7
                                    

"𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙢𝙖𝙞𝙣 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙥𝙖𝙠𝙖𝙞 𝙝𝙖𝙩𝙞.
𝙎𝙚𝙗𝙖𝙗, 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙢𝙪𝙞 𝙠𝙪𝙣𝙘𝙞.
𝙏𝙖𝙥𝙞, 𝙘𝙤𝙗𝙖 𝙡𝙞𝙗𝙖𝙩𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙞𝙠𝙞𝙧𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙩𝙞𝙠𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞.
𝙅𝙞𝙠𝙖 𝙖𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞 𝙙𝙞𝙖, 𝙖𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙟𝙖𝙙𝙞?"

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

"Jadi, kayak gitu."

Violet baru saja menceritakan kronologis dari mimpi baiknya saat dia tidak sengaja tertidur di ruang musik. Seperti sedang mendengarkan dongeng sebelum makan. Ketiga temannya, mengangguk, seolah paham dengan inti dari cerita Violet.

Saat tiga orang siswi mengantarkan menu makan siang mereka ke meja. Zalfa, gadis yang memiliki 'hobi makan' itu langsung menatap binar, piring kaca berisi pecel lele, kesukaannya.

"Menurut kalian gimana? Gue kelihatan ngarep banget, gak, sih?" tanya Violet, saat sudah menyelesaikan curhatannya.

"Entah berharap atau tidak. Gue rasa wajar, kok. Asalkan, lo punya kimah diri buat enggak nunjukkin kalau lo itu 'sedang mengejar.'"

Violet mengerutkan dahi, tidak mengerti maksud dari Jihan.

"Kimah?" Nadhira mewakili Violet untuk bertanya.

"Iya, kalau di KBBI. Kimah itu artinya harga. Maksudnya, Violet jangan sampai menjatuhkan harga dirinya di hadapan lelaki. Mau dia setampan apa, tetap saja ... kita ini, kan, adalah kaum hawa yang juga perlu diistimewakan."

Violet, Zalfa, dan Nadhira mengangguk, setuju.

"Jadi ... selain baca novel. Lo juga rajin hafalin kosa-kata, juga, ya? Keren, emang, sahabat gue!" Zalfa yang baru saja menyeruput es jeruknya, masih menyempetkan waktu untuk membalas dan menunjukkan jempol, isyarat pujian kepada Jihan.

"Iya, lah. Emang lo, yang bisanya cuma makan tapi enggak gendut-gendut?" sindir Nadhira.

"YEE ... BIARIN KALI! Daripada lo, proses diet tapi badan tetep lebar aja."

Nadhira yang sempat membuka mulut, ingin memberi perlawanan diri itu diurungkan. Saat, Violet merentangkan tangan, guna melerai keduanya.

Beruntung, karena posisi duduk Nadhira dan Zalfa tidak bersampingan. Jadi, Violet masih bisa melerai mereka. Bisa jadi perang di kantin dan curhatannya tidak berujung pada keputusan masalah. Kalau pertengkaran mereka masih berlanjut.

"Jadi, gimana dong? Gue cerita, kan, karena enggak punya temen curhat. Ya, kali, gue ngomong sama Tyo." Violet menampilkan raut muka, sedih.

Tyo Mahendra. Cowok kutu buku, yang proses menangkap pembicaraan orang lain, lebih loading lama, ketimbang Zalfa. Mereka sendiri pun aneh. Pasalnya, Tyo ini berada di peringkat tiga besar, paralel, jurusan IPS di SMA Someday. Tapi, ketika diajak bicara selalu ngalor-ngidul.

Mungkin, Tyo hanya sekadar menjadi 'kunci jawaban' berjalan untuk Violet, ketika dirinya sedang malas mengerjakan tugas bahasa. Tidak sebagai teman berbagi perasaan. Mereka memanglah bukan teman sekelas, tapi, hampir sering Tyo mengajak jalan berdua Violet.

Dan ... sudah menjadi kebiasaan untuk Violet menolak lelaki yang menurutnya 'tidak cocok' untuk menjadi kandidat Cogan-nya.

"Gue bersyukur, deh. Ternyata ada yang lebih-lebih dari gue," sahut Zalfa, sambil terkekeh pelan.

Saranghae, Cogan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang