"Sabrina, pangeran lo dateng nih!"
Sabrina yang sedang mendengarkan cerita teman-temannya itu menoleh, melihat sang kekasih datang dengan sebuah paperbag di tangannya. Sabrina berdiri, menghampiri kekasihnya tanpa menghiraukan seruan-seruan menggoda yang dilemparkan teman-temannya setiap kali Jeffrey menghampirinya.
"Hi," sapa Jeffrey dengan senyum manisnya.
"Katanya ada rapat?" tanya Sabrina bingung, ia yakin sekali tadi pagi Jeffrey mengiriminya pesan berisi permohonan maaf karena lelaki itu tidak bisa berangkat pagi bersamanya seperti biasa karena ada rapat dengan anggota internal BEM pagi ini.
"Memang, tapi rapatnya selesai dengan cepat pagi ini. Kelasmu baru dimulai jam sebelas, dan tadi pagi kamu bilang bahwa kamu sudah siap ke kampus. Aku tahu kamu pasti menunggu jam kelas di sekre, By."
Sabrina meringis, "Tapi sekarang sudah jam setengah sebelas-"
Jeffrey terkekeh, "Aku cuma ingin mengantar ini, By. Tadi pagi seharusnya kita breakfast-date di Starbucks. Kemarin kamu bilang kamu sedang ingin makan Beef filone. So, I bought it for you. Oh, and no Americano for you today, Green tea latte will do. Kamu harus mengurangi kadar kafein kamu, By."
"Ah, thankyou." ucap Sabrina sambil menerima paperbag itu.
"Okay, belajar yang rajin, see you at three!" ucap Jeffrey sambil menepuk kepala Sabrina pelan sebelum berlalu.
Sabrina menghela nafas kemudian berjalan masuk ke sekrenya, mengambil barang-barangnya karena seperti yang Jeffrey katakan, kelasnya akan dimulai sebentar lagi. Seluruh temannya di ruangan itu sedang menatapnya menggoda, bahkan ada yang bersiul.
"Cie... mau dong pagi-pagi ada yang nganterin Starbucks."
"Aduh-aduh gue juga mau dong ada yang puk-puk."
"Gue ada kelas, guys. Nanti ya, habis kelas gue beres gue kesini lagi, siap kalian ledekin sepuasnya." ucap Sabrina sebal ketika teman-temannya menghalangi jalannya karena masih belum puas menggodanya.
"Bener lho ya! Gue jemput di kelas lo nanti biar lo nggak kabur!" seru Adi yang sedang bermain kartu.
Sabrina memutar bola matanya malas dan berjalan keluar menuju kelasnya karena teman-temannya akhirnya menyingkir, sudah bosan dengan segala godaan itu. Herannya, teman-temannya seakan tidak pernah bosan menggodanya selama satu tahun ia bergabung dengan organisasinya ini.
"Sabbie!"
Sabrina menoleh, melihat sahabatnya Dhea sedang berlari kecil kearahnya dengan senyum cerahnya. Dhea merangkul pundak Sabrina, melangkah bersama menuju kelas mereka pagi ini.
"Ceria banget?" tanya Sabrina heran.
Senyum lebar Dhea bertambah lebar -sampai Sabrina khawatir bibir temannya itu akan sobek, "Guess what?"
"Nggak tahu, gue nggak mau memakai otak gue sebelum matkul Pak Herry yang sudah pasti akan menghabiskan kapasitas otak gue."
Dhea cemberut dan melepaskan rangkulannya, "Jahat banget, sih! Kok gue mau temenan sama lo selama tujuh tahun coba?"
Namun sebelum Sabrina sempat menjawab, Dhea sudah tersenyum lebar kembali, kali ini melingkarkan tangannya di lengan sahabatnya itu, "Tapi karena gue lagi bahagia hari ini, gue akan memaafkan lo. Sumpah, Sab! Lo nggak akan percaya ini, gue menang vidcall sama Woozi!" serunya senang sambil menggoyang-goyangkan tangan Sabrina.
Sabrina langsung menghentikan langkahnya, "Hah? Lo apply fansign lagi?" tanya Sabrina kaget, pasalnya temannya itu minggu lalu baru saja menangis selama satu jam penuh karena tidak berhasil mendapatkan tiket acara tanda tangan idolanya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky
Romance[Book 2 of XOXO Series] Sabrina tidak tahu bagaimana dan sejak kapan semua ini berubah. Hubungannya yang sudah terjalin selama 5 tahun, entah sejak kapan sudah tidak lagi sama. Jeffrey masih tetap sama, masih bersinar dengan ketegasan dan kelembutan...