Salah satu kekurangan Jeffrey yang tidak diketahui orang lain adalah lelaki itu emosional. Setenang apapun sikap Jeffrey jika berhubungan dengan pekerjaan secara profesional, Jeffrey sangat mudah terusik jika berhubungan dengan masalah personal.
Sepanjang lima tahun bersama, bisa dibilang Jeffrey menangis lebih banyak daripada Sabrina. Sabrina hanya pernah menangis sekali didepan Jeffrey, sedangkan kekasihnya itu sudah beberapa kali meneteskan air mata didepannya.
Pertengkaran mereka yang pertama, terjadi lima bulan setelah mereka dalam masa pendekatan. Sabrina tertidur ketika mereka sedang saling menelpon hingga subuh, tanpa tahu bahwa Jeffrey menyatakan perasaannya tepat dua detik setelah ia terlelap. Dan yang membuatnya semakin dramatis, ponsel Sabrina mati tak lama kemudian. Membuat Jeffrey mengira bahwa ia telah ditolak.
Itu bukan pertama kalinya Sabrina tertidur ditengah sambungan telepon mereka. Nyatanya, Jeffrey selalu menjadi orang yang mematikan telepon karena Sabrina tertidur. Namun kegugupannya hari itu membuat dirinya hanya bisa menyimpulkan bahwa Sabrina menolaknya.
Sehingga, ketika keesokan harinya Sabrina duduk disebelahnya, mengajaknya bercanda seperti biasa, bahkan dengan santainya menanggapi candaan teman-teman mereka tentang hubungannya dengan Jeffrey, he was mad. Ia dengan tiba-tiba menarik lengan Sabrina, membawanya ke mobilnya dan memuntahkan amarahnya disana. Menganggap Sabrina memainkan perasaannya.
Sabrina yang merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun tentu saja tidak terima. Dan setelah menyadari kesalahannya, Jeffrey menangis. Meminta maaf karena sudah menyimpulkannya sendiri, dan bahkan membentak Sabrina.
Sabrina tentu saja tercengang saat itu. Melihat Jeffrey kehilangan kontrol diri adalah sesuatu yang sangat langka, dan melihat lelaki itu meneteskan air mata tentu adalah kali pertama baginya.
Sarbina berpikir bahwa berada diposisi itu, dimana ia merupakan satu-satunya orang tempat Jeffrey menurunkan perisainya, adalah sesuatu yang sangat manis. Sabrina senang karena merasa istimewa.
Namun saat ini, ketika ia mendapati ada lima missed call di ponselnya ketika ia tinggal untuk mandi tadi, Sabrina berandai-andai bahwa Jeffrey merupakan orang yang setidaknya bisa mengontrol emosinya dengan sedikit lebih baik.
Ponselnya bergetar dan kali ini Sabrina langsung mengangkatnya, "Halo?"
"... Kamu diapartemen?" tanya Jeffrey dengan suara rendah.
"Iya, aku baru selesai mandi."
"Good, i'll be there in ten."
Lalu Jeffrey mematikan panggilan itu begitu saja. Sabrina menghembuskan nafas keras, dari sana Jeffrey jelas terdengar tidak baik-baik saja. Kekasihnya itu datang bukan untuk menyelesaikan masalah kemarin, apalagi melepas rindu.
Jeffrey sampai di apartemen Sabrina tepat sepuluh menit sesuai perkataannya. Aura gelap sudah bisa dirasakan begitu tatapannya beradu pandang dengan Jeffrey.
Sabrina berbalik, hendak menggiring Jeffrey untuk berbicara di sofa apartemennya ketika tangan Jeffrey menahan pergelangan tangannya. Sabrina menghela nafas, setidaknya mereka bisa duduk ketika berbicara kan?
"You've been cheating on me? Like how long?" tanya Jeffrey tajam.
Sabrina langsung membalik badannya menatap Jeffret dan ternganga atas pertanyaan itu. Sejauh manapun ia memperkirakan reaksi Jeffrey, ia hanya mengira Jeffrey akan berpikir ia mempunyai teman lelaki yang tidak diketahuinya atau paling parah ia dijodohkan. Sabrina sama sekali tidak memperhitungkan Jeffrey akan meragukan kesetiaannya. Terlebih dengan menggunakan kata-kata seperti itu.
"I'm sorry, what?" tanya Sabrina, luar biasa tersinggung.
Jeffrey masih menatap Sabrina tajam, "Mamaku bertemu denganmu di spa tadi sore. Dan kamu pulang dengan teman mamaku, ibu Brandon, yang kamu panggil dengan sebutan mommy, yang entah berapa hari lalu kamu menginap dirumahnya." kata Jeffrey langsung mengutarakan semua yang didengarnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky
Romance[Book 2 of XOXO Series] Sabrina tidak tahu bagaimana dan sejak kapan semua ini berubah. Hubungannya yang sudah terjalin selama 5 tahun, entah sejak kapan sudah tidak lagi sama. Jeffrey masih tetap sama, masih bersinar dengan ketegasan dan kelembutan...