"Terus rencana kamu selanjutnya apa, Plan?"
Pertanyaan Gun tak diindahkan Plan. Pemuda kurus itu masih diam termenung sendiri di balkon apartemennya. Gun dan Yacht sengaja datang karena sudah lebih dari seminggu Plan mangkir dari pekerjaan. Beberapa project yang harus mereka kerjakan bersama terpaksa ditangguhkan. Tawan sempat menegur Plan yang tak datang menemui klien tapi pemuda itu masih saja bergeming. Awalnya banyak yang mengira kalau Plan sedang sakit. Tapi mana mereka sangka kalau alasan yang membuat Plan seperti ini adalah Mean.
Lebih spesifik; Mean yang mengetahui soal sumpah Plan di bandara, dan menganggap Plan hanya ingin mempermainkannya saja. Hal itu tentu saja mengakibatkan guncangan besar di hati Plan. Ia bahkan tak sanggup lagi menghitung berapa banyak duri tajam yang menusuk dadanya saat ini.
Tapi mengenai Plan yang berniat mempermainkan Mean, itu memang benar, meski kini tak lagi seratus persen. Karena Plan sendiri sudah mengakui perasaannya, bahwa ia tak ingin bermain-main. Ia ingin bersama Mean bukan hanya karena menepati sumpah, melainkan dorongan hati yang memintanya demikian. Tapi apa mau dikata, bumerang yang dilemparnya justru berbalik menyerang dan menghantamnya keras. Plan tersungkur, terluka, teraniaya, akibat kebodohan yang dibuatnya sendiri.
"Plan?" Yacht mendekati Plan yang terduduk memeluk lututnya, "Kamu ngga boleh tertekan begini terus. Kamu harus bangkit. Tunjukkan ke Mean kalau kamu mampu hidup tanpa dia. Buktikan kalau kamu bisa bertahan meski dia campakkan kamu."
Ucapan Yacht dibalas dengus malas oleh Plan, kepalanya menggeleng pelan, "Kamu tau apa yang paling mendominasi hati saya saat ini? Rasa sesal, Yacht. Saya menyesal kenapa bisa masuk ke dalam perangkap Mean dengan mudahnya? Saya menyesal kenapa saya bisa jatuh cinta sama dia?"
Plan meringis, "Tapi di sisi lain, saya ngga bisa pungkiri kalau saya nyaman sama dia, Yacht. Terlalu nyaman sampai saya selalu rindu ketika kami ngga ketemu. Dan saya masih ingin nepati sumpah saya buat menikahi dia."
"Plan," kini Gun yang mendekat lalu mengusap kepala Plan, "Saya pikir, kamu lupakan saja sumpah konyolmu itu. Kalau kamu terus paksakan, bisa jadi kamu akan semakin terluka."
Yacht mengangguk setuju, "Mean sudah tau rencana kamu. Dia pasti ngga bakal mau dekat sama kamu lagi, Plan."
"Tapi saya-" Plan membuang napas, "Saya sayang sama dia. Saya mau hidup sama dia."
"Oke oke, kami tau gimana perasaanmu ke Mean. Tapi kamu sendiri tau kan bagaimana dia ke kamu?" tanya Gun retoris, "Apa kamu yakin dia bakal menerima kamu lagi setelah apa yang udah terjadi?"
Plan sontak terdiam. Ia hanya bisa menghela napas dalam, berusaha keras menata pikiran dan hatinya yang begitu semrawut.
"Tapi Plan," Yacht berucap tiba-tiba, "Kalau kamu benaran ingin menikahi Mean, saya bersedia bantuin kamu."
Gun terhenyak, "Eh? Yacht? Seriusan kamu?"
Yacht mengangguk mantap, "Kalau cuma Mean yang Plan mau, kita bisa apa selain dukung dan bantu dia? Ya kan?"
Plan masih tertegun, tapi tak lama senyumnya terulas tipis. Ia lantas anggukkan kepala, kemudian membalas peluk hangat kedua kawannya.
...
Waktu menunjukkan pukul satu dini hari ketika Mean putuskan untuk kembali ke apartemen, setelah dua jam hanya duduk sendiri di sebuah bar. Ia biarkan manajer dan teman-teman modelnya pulang lebih dulu setelah pesta selesai. Sengaja Mean gunakan waktu sendirinya itu untuk merenung. Bukan karena ia sedang menyesali keputusannya, melainkan ia sibuk merapalkan mantra agar wajah Plan lenyap dari ingatan.
Delapan hari terlewati tanpa beban berarti. Tapi entah kenapa hari ini Mean merasakan ada sesuatu yang besar mengusik sampai relung jiwa. Hal itu bermula ketika Mean bertemu Tawan dan tim fotografinya saat menjalani pemotretan untuk majalah. Tanpa disangka tanpa dinyana, Tawan menghampiri Mean yang tengah beristirahat. Entah angin apa yang membawa Tawan, karena saat itu hal pertama yang meluncur dari mulutnya adalah soal Plan.
![](https://img.wattpad.com/cover/242533542-288-k259454.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Phiravich! (2Wish) ✔
FanficKetika Plan kehilangan tasnya di bandara, ia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia akan menikahi siapapun yang menemukan tas miliknya. Lantas bagaimana jika yang menemukan adalah sosok yang paling ia segani setengah mati? This is 2Wish! AU MeanxP...