0.4

642 86 12
                                    

Perasaan Plan kali ini tak bisa dideskripsikan dengan jelas oleh kata-kata. Terlalu sulit untuk menemukan arti dari debaran kencang ketika pesan singkat Mean menyambutnya pertama kali saat membuka mata. Butuh sekian detik bagi Plan untuk menyadari bahwa ia tidak sedang bermimpi. Karena pesan yang datang dari Mean itu benar nyata adanya.
Hanya ucapan selamat pagi, memang. Tapi Mean tidak tau jika hal sepele itu membuat Plan bingung harus berikan respon seperti apa.

Tunggu. Bukankah yang justru harus melakukan pendekatan adalah dirinya? Lalu kenapa malah Mean yang susah-susah mengiriminya pesan sepagi ini?

*

Selamat pagi

Iya Kak, selamat pagi. Kenapa bangun pagi sekali?

Saya ada show di luar kota.

Sudah sarapan?

Plan berdecak. Kenapa canggung sekali rasanya? Dia kan sedang melakukan pendekatan, tidak patut kalau obrolannya kaku seperti ini.

Saya ngga pernah sarapan, Plan

Seenggaknya makan sesuatu. Atau minum susu kedelai? Saya sih biasanya kalau buru-buru cuma makan apel atau pisang.

I don't eat fruits.

Kenapaaa? Padahal buah itu enak lhooo!

Ya ngga suka aja. Dari kecil ngga pernah makan sayur sama buah.

Ngga pernah makan sayur tapi kok kamu tumbuh tinggi menjulang begitu? Ah, susunya cocok nih pasti! Hayo ngakuu!

Plan sontak menepuk dahinya sendiri. Apa-apaan yang barusan diketiknya? Sejenak Plan lupa kalau yang sedang berkirim pesan dengannya adalah seorang Mean Phiravich, bukan teman sesama fotografer yang sudah terbiasa dengan celetukan anehnya. Aduh, bagaimana kalau Mean jadi ilfeel?

Kamu lucu deh xD
Udah dulu ya, saya harus naik pesawat sekarang.

Oh, iya Kak. Safe flight ya. Kabarin kalo udah sampai.
See you! 💚


*

Dengan menghela napas dalam, Plan lempar ponselnya ke ranjang. Sedikit menggelikan memang karena ia harus membuat dirinya seolah sangat tertarik pada Mean. Dan emotikon hati hijau itu sampai berani Plan berikan demi Mean. Padahal biasanya, green heart itu hanya ditujukan untuk para gadis yang sedang didekatinya. Tapi kali ini- oh ya ampun.

Sama sekali tak pernah terlintas dalam pikiran Plan bahwa ia akan terlibat hubungan dengan seseorang yang tak ia inginkan.

...

"Gimana pendekatannya sama Mean? Udah sampai mana?" Tawan yang begitu melihat Plan selesai meeting dengan klien langsung menyerbu bak singa kelaparan. Bukan lapar makanan, tapi lapar akan gosip yang beredar.

Memang, Tawan sendiri yang membantu Plan mendapat nomor ponsel Mean. Tapi setelah itu dia tak pernah tau sejauh mana perkembangan Plan dalam mendekati Mean. Dia hanya bisa menduga-duga karena belakangan Plan tak bisa lepas dari ponselnya.

Marry Me, Phiravich! (2Wish) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang