0.0

1.7K 121 7
                                    

"Ketemu ngga?!"

Plan semakin panik karena ia tak menemukan apapun di toilet- tempat terakhir di mana ia membawa tasnya. Ceroboh memang karena ia baru menyadari saat kembali ke ruang tunggu bandara bahunya terasa begitu ringan. Sontak saja Plan langsung berlari ke toilet, berharap tasnya masih ada di sana. Tapi nyatanya, ia sudah keburu kehilangan barang berharganya itu. Ia sudah bertanya pada beberapa orang yang ia temui di toilet namun tak ada yang menemukannya. Ia coba mencari di sekitar ruang tunggu, tapi tak melihat ada yang membawa tasnya.

"Makanya kamu tuh jangan teledor, Plan!" Yacht masih sempat-sempatnya mengomel di saat Plan sudah hampir menangis akibat panik.

"Gimana dong ini? Semua barang berharga saya ada di tas itu!" Plan menggaruk kepalanya, masih sembari mengamati sekeliling siapa tau ada yang membawa tasnya.

"Termasuk handphone?"

"Kalau itu ada di kantong celana. Tapi dompet, paspor dan segala macam ada di tas Yacht. Huweeeee!" Plan menggelosor di lantai, sudah bersiap merengek bak bocah lima tahun.

"Guys, saya sudah ke bagian pusat informasi buat laporin tas Plan yang hilang. Kalian yang tenang dulu, toh penerbangan kita masih sekitar 40 menit lagi," Gun, kawan Plan yang lain datang memberi info.

"Empat puluh menit tuh ngga lama lagi, Gun!" Yacht mendengus sebal. Ia masih berhasrat mengomeli Plan tapi ia memilih untuk mengabari kawan-kawan mereka yang sudah lebih dulu berada di Bangkok. "Mau nunggu atau kita mencar nyari lagi nih?"

"Lebih baik kita nungg-"

"Nggak! Saya ngga bisa diam dan cuma nunggu doang!" Plan sontak beranjak dan meninggalkan Yacht juga Gun yang hanya bisa menghela napas pendek.

Plan mana pernah menyangka kalau liburannya ke Korea kali ini harus diakhiri dengan drama kehilangan tas. Ia memang pecinta drama Korea bahkan sangat mengidolakan Park Seojoon, tapi bukan berarti ia ingin hidupnya sedramatis ini. Plan merutuki dirinya sendiri akibat kecerobohan yang tiada habis. Padahal ia sudah sering dinasehati orang tua juga para sahabatnya agar menjaga barangnya baik-baik. Tapi nyatanya?

Bulan lalu ia kehilangan topinya saat hangout di kafe bersama Yacht. Beberapa minggu lalu, jam tangan mahalnya lenyap ketika ia tak sengaja meninggalkannya di toilet mall. Sehari sebelum keberangkatan ke Korea, Plan baru menyadari tumblr kesayangannya terselip entah di mana. Terakhir kali ia membawanya untuk piknik bersama keponakannya, dan setelah itu ia tak ingat lagi.

Dan kali ini, Plan kembali kehilangan satu barang berharganya. Kalau bisa dibilang tas itu adalah yang paling berharga karena terdapat banyak barang penting di dalamnya. Dompet, paspor, kamera, sampai komputer tablet, semuanya berada di sana. Bagaimana ia bisa kembali ke Bangkok tanpa paspor? Dan yang tak kalah sial, semua file pekerjaannya ada di tablet dalam tas itu. Apalah jadinya Plan nanti jika ia kehilangan hasil kerja kerasnya selama ini?

Sudah satuh tahun ini Plan bekerja sebagai fotografer lepas untuk berbagai majalah. Pernah suatu hari ia ditawari untuk menjadi salah satu tim dokumentasi acara survival stasiun televisi swasta. Di acara itulah ia bertemu dengan Yacht juga Gun. Yang awalnya cuma menjadi partner satu tim dalam beberapa hari, akhirnya menjadi sebuah tim tetap dan dikontrak khusus untuk acara tersebut. Dan sejak itu ia dan dua kawannya semakin sering mendapat job untuk meliput di luar kota maupun luar negeri. Banyak sekali momen yang berhasil ia tangkap dengan baik melalui kameranya. Dan semua file hasil bidikannya ada di dalam tas itu begitupun dengan kamera andalannya, yang tentu saja Plan tidak ingin kehilangan mau bagaimanapun caranya.

"Gimana?"

Gun bertanya setelah menemukan Plan yang beringsut lesu di dekat eskalator, macam anak kecil yang tersesat. Pemuda kurus itu menggeleng kaku, wajahnya sudah sangat kusut.

Marry Me, Phiravich! (2Wish) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang