violin, ice skates, and the feelings between

2.6K 400 133
                                    

Tahu-tahu tangan Jake terulur di depan Sunghoon. Sunghoon menyambut uluran tangan itu, dan Jake membantunya berdiri. Kali ini Sunghoon tidak berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. Buat apa? Jake sudah melihatnya. Berani taruhan Jake juga melihatnya jatuh-bangun dari tadi. Sunghoon menatap Jake malu-malu. Duh, padahal ia lebih tinggi sekian senti, tapi Jake membuatnya merasa jadi seukuran kurcaci taman.


"Halo, Hoonie."

Sunghoon tersenyum. "Tahu dari mana aku di sini? Heeseung-hyung?"

"Oh, enggak. Hyung cuma bilang kamu keluar beli jaket." (Dalam hati Sunghoon menepuk jidat--Heeseung betul juga, itu bohong yang bodoh sekali.) "Tapi terus aku lihat sepatu skate-mu nggak ada. Pasti kamu lagi skating."


Sunghoon menunduk. Jake menyentuh pipinya pelan.


"Kamu kenapa, Hoonie?"


Ditanya begitu, rasanya seluruh pertahanan Sunghoon ambruk seketika. Segala macam perasaannya--galau dan julid dan bucin dan lain-lainnya--tumpah bercampuran tanpa tertahankan. Bibirnya gemetaran.


Sunghoon menangis tanpa suara.


"Ay, Sunghoonie."


Jake setengah menyeret Sunghoon keluar rink. Ia membantu melepas sepatu skate Sunghoon dan membimbingnya duduk di bangku. Sunghoon diam dengan bulir-bulir airmata turun di pipinya. Ia sepenuh hati bersyukur bahwa Jake tidak bilang 'jangan nangis' atau mempertanyakan kenapa ia menangis. Ia sendiri tidak yakin kenapa tiba-tiba ingin menangis.


Jake menepuk-nepuk tangan Sunghoon lembut seperti cara nenek-nenek menenangkan cucunya. Sunghoon menghela napas panjang. Bohong sekali kalau bilang saat ini ia tidak sedang mau meninggoy. Seumur-umur sepertinya belum pernah jantung Sunghoon berdebar sekencang ini. Kalau tiba-tiba jantungnya lompat keluar dan jatuh di kaki, Sunghoon tidak akan kaget. Ia mendengus, mengusap wajahnya dengan lengan baju. Jake menatapnya.


"Sunghoon mau cerita, apa aku yang tanya?"

"Kamu--kamu tanya."

"Oke. Sunghoonie, sudah puas nangisnya?"

"Kamu mau aku nangis lagi?"

Jake menepuk jidatnya. "Bukan gitu maksudku..."

Sunghoon nyengir. "Canda."

"Ah, dasar!"

"Eh, maaf."

"Ngapain minta maaf?"

"Aku kan--" Sunghoon melotot. "Kita ini ngapain sih?!"


Keduanya terdiam. Sunghoon memalingkan wajah sambil cemberut. Jake meraih tangan Sunghoon dan menggenggamnya sambil dielus lembut. Dalam hati Jake mengutuk dirinya sendiri, niat menghibur Sunghoon tapi malah jadi canggung begini.


Tapi bukan Sim Jaeyun namanya kalau tidak penuh perhitungan. Yep, Jake masih punya plan B. Dan plan C kalau-kalau plan B gagal juga.


"Sunghoonie."

"Hem."

"Kalau aku main biola, kamu mau skating nggak?"

up and down [jakehoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang