That Yeoja

149 16 1
                                    

Amber memasuki studio, dan langsung membanting pintu. Ia menyalakan musik dengan volume yang kencang. Lagu yang diputar secara acak, namun entah kenapa sedikit relate dengan keadaannya.

Lagu K.will- please don't

Ia duduk di kursi dan menenggelamkan wajahnya di meja. Air matanya terus berjatuhan.
Ada yang Amber pendam selama ini, dia tidak pernah mengatakan pada siapapun termasuk Eric. Dia bingung harus memulai dari mana. Apa yang harus ia katakan. Apa ia harus mengatakannya atau tidak.

Hp nya terus berdering, banyak pesan masuk. Seperti sebelumnya, nomer asing terus mengiriminya pesan. Bukan hanya pesan ancaman, tetapi juga beberapa foto dengan wanita itu. Amber meyakini itu foto lama, tetapi tetap saja menyakitkan baginya. Ditambah lagi, wanita itu selalu mengatakan hal yang tidak-tidak. Seperti, Eric menikahi Amber hanya karena popularitas untuk mendongkrak namanya, dan berbagai kalimat yang intinya Eric tidak benar mencintai Amber melainkan hanya memanfaatkannya.

Bahkan wanita itu bisa tau beberapa situasi, saat Eric sedang pergi keluar atau tidak pulang karena tour. Wanita itu meyakinkan Amber bahwa mereka sedang bersama. Tidak tau bagaimana, tapi ia memiliki bukti kebersamaan itu.

Amber sangat sensitif sekarang. Mungkin jika ini terjadi sebelum dia mengandung, mungkin dia bisa saja melawan. Tapi kali ini tidak.

Amber hanya menelan semua sendirian, bahkan ia tidak bisa bercerita kepada Ailee yang notabene adalah teman terdekatnya. Amber berpikir bahwa itu hanya akan membebani Ailee, karena jadwal Ailee sedang padat-padatnya. Amber yang biasanya tidak menutupi apapun dari teman terdekatnya, kali ini berbeda.

Belum lagi, akhir-akhir ini Eric sangat sibuk dengan jadwalnya. Pulang jam 3 atau 4 pagi, sedangkan Amber sudah tidur pastinya. Tidak bisa dibilang hubungan mereka merenggang, tapi tidak bisa juga dibilang hubungan mereka merekat. Amber sangat paham dengan situasi Eric, tidak mungkin juga ia membebani dengan hal seperti ini. Padahal ini sangat mengganggu psikologis Amber yang padahal harusnya dia tidak boleh memikirkan hal berat.

Rasa sesak terus menyerang dada Amber. Air matanya sudah mulai mengering, tetapi masih banyak hal yang ingin ia tangisi. Ia sadar bahwa harusnya tidak seperti ini, dia harus memikirkan kondisi anak yang ada di dalam perutnya. Tetapi, ini terlalu sakit hingga ia tak bisa menahannya.

Terputarlah lagu SHINee- love pain.

Amber menikmati alunan beserta liriknya, hingga ia terlarut dalam mimpinya. Matanya mulai menutup dan rasanya sangat damai sekali untuknya.

Ia melihat kenangan indah bersama Eric yang penuh canda tawa. Pelukan hangat serta kecupan dan genggaman tangan Eric yang begitu terasa. Suatu hal yang sangat Amber rindukan. Wangi tubuh Eric yang selalu diingat kemanapun ia pergi.

Sungguh lucu, satu atap tapi ia sangat merindukan suaminya itu.

"Aku ingin seperti ini. Eric yang selalu ada dan menyayangiku seperti ini."

"Aku mencintaimu Am.."

Dia ingin mempercayai Eric sepenuhnya, tapi apa daya wanita itu selalu menggoyahkannya. Hidup penuh kecurigaan bukanlah hal yang didambakan.

"Aku ingin disini saja."

Amber merasa damai berada di ruang terbuka dengan Eric yang berada di dekapnya. Wangi Eric yang tak lepas dari penciumannya. Eric yang hangat seperti dulu.

Amber terlalu nyaman dengan tempat itu, hingga dia terlarut dalam mimpinya yang terlalu dalam.

-
"Aku tidak bisa seperti ini." Eric bangun dari duduknya. Firasatnya mengatakan bahwa ia harus menghampiri Amber. Ia segera berlari ke studio, syukurlah itu tidak dikunci.

Ia melihat Amber duduk sambil menenggelamkan wajahnya di meja. Ia langsung menghampiri Amber.

"Sayang.." Eric mengelus rambut Amber, namun rasanya agak dingin. Padahal AC menyala kecil.
"Amber.. sayang.. jangan tidur disinu" Eric bermaksud untuk mengangkat Amber ke kamar, agar dia bisa tidur nyaman.

Dilihatnya wajah Amber yang sudah sangat pucat dan tubuhnya dingin..

"Amber.." panggil eric. Namun tidak ada respon apapun. Eric mencoba mengguncangkan tubuh Amber pelan, tapi tetap tidak ada respon.

Eric mulai panik dan membawanya ke rumah sakit dengan mengendarai mobil. Amber benar tidak ada respon apapun saat itu.

"Tolong istri saya!" Eric berteriak, dan segera para petugas kesehatan membawa Amber.

Eric merasakan lututnya lemas, ia terududuk di lantai. Ia tak ingin melakukan apa-apa sampai mengetahui keadaan Amber.

Tak lama dokter keluar dari ruangan. Mengatakan bahwa Amber

" mengalami anemia cukup berat. Itu biasa terjadi pada Ibu hamil. Namun, jika terus dibiarkan maka akan membahayakan Ibu dan tentu juga janinnya. Makanannya harus terpantau, jangan banyak pikiran apalagi stress. Usahakan bapak sering memberikan perhatian ya. Nanti akan kami tangani, dan semoga akan segera sadar."

"Terimakasih dok."

Eric memasuki ruang inap, karena kebetulan Amber sudah dipindahkan sejak tadi.

Eric duduk di samping ranjang Amber, ia menatap istrinya itu. Begitu banyak hal yang ia lewatkan. Kurangnya perhatian akhir-akhir ini, merasa ada penyesalan di dalam diri Eric. Untuk apa dia bekerja penuh jika harus tidak ada untuk Istri dan anaknya.

Eric baru sadar, bahwa sejak tadi handphone Amber berbunyi. Eric sengaja membawa hp Amber saat ke rumah sakit untuk menghubungi keluarga Amber.

Saat Eric lihat ternyata banyak pesan dari nomor tak dikenal. Eric terkejut saat melihat pop up message nya yang begitu kasar.

Eric membuka kotak pesan itu. Dilihatlah semua pesan yang dikirim wanita itu pada Amber..

"Maafkan aku Amber... inikah alasanmu menjadi seperti ini?" Eric mengelus rambut Amber, dilihat wajah Amber yang begitu tenang. "Percaya padaku, aku tidak ada apa-apa dengannya. Dia menjebakku, aku tidak pernah mencintainya. Karena kau yang kucintai sejak dulu. Bangunlah, maafkan aku.." eric menenggelamkan wajahnya ke tangan Amber, dan menangis sejadi nya. "Maafkan appa juga nak, tidak bisa menjaga eomma dengan baik. " Eric mengelus perut Amber yang sudah mulai membulat.

Tiba-tiba ponsel Amber berbunyi dan tertulis nama Ailee disitu.

Eric mengangkatnya, dan Ailee terkejut kenapa bukan Amber yang mengangkatnya.

"Sorry Ailee.. Amber tidak sadarkan diri.."

"APA???? APA YANG TERJADI???"

"Semua salahku Ailee..."

"Iya memang kau tidak pernah becus mengurusnya! Kau tidak pernah memperhatikan dia ! Sampai kau tak tau nyawa nya dalam bahaya!"

"Hm?"

"Yang menabrak Amber, aku sudah tau orangnya! Bahkan dia membawa pisau saat itu, tapi untunglah Amber langsung lari keluar menuju keramaian."

Eric teramat terkejut. Terlalu banyak hal yang ia lewatkan, bahkan itu bisa mengancam nyawa Amber dan anaknya.

"Aku tau siapa orang itu Eric. Kau juga pasti tau.."

"Yongsun?"

"Hmm. Sebaiknya Amber di LA dulu bersama keluarganya.."

"Tapi.."

"Demi keselamatan Amber.. kau juga sibuk dengan tour kan?"

"Aku akan memikirkannya."

"Baiklah, aku akan kesana jika latihanku selesai. Jaga Amber." Ailee langsung menutup teleponnya.

Eric berpikir keras apa yang harus ia lakukan. Begitu terkejutnya ia mendengar kenyataan. Bahkan Amber tidak pernah bercerita apapun tentang ini, padahal nyawanya sedang dalam bahaya. Entah apa maksudnya...

"Amber, Ku akan melakukan apapun untuk keselamatanmu. Bangunlah, aku berjanji akan menjadi suami dan ayah yang baik.. aku mencintaimu.."

Tangan Amber mulai bergerak, matanya perlahan terbuka...

"E..ric.."

Our Marriage Pact | Amber fx and Eric Nam Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang