P.s : hati hati 18++
"Amber...." Eric langsung berdiri menghampiri Amber yang baru saja datang dengan sekujur tubuhnya basah dan juga penuh luka di lutut dan tangannya.
Namun Amber hanya diam dan melewati Eric begitu saja.
"Kau mandi dulu, nanti kita bicara. Aku tunggu di kamar." Eric membiarkan Amber berlalu dan pergi ke kamar mandi.
Sambil menunggu, ia menyiapkan kotak p3k serta teh hangat untuk Amber. Eric termenung sambil menopang kepalanya dengan kedua tangan. Pasti telah terjadi sesuatu, apa yang Amber pikirkan. Itulah yang berkecamuk di pikiran Eric.
Tak lama Amber selesai mandi dan masuk ke kamar sambil menggosokan rambutnya dengan handuk. Amber menggunakan tanktop hitam dan hotpants, lukanya begitu terlihat. Di kedua siku serta kedua lutut dan beberapa ada di tangannya juga.
"Kemari, kau berbaring." Eric menyiapkan bantal untuk Amber menyandar. Tanpa kata Amber menurut perkataan Eric.
"Katakan apa yang terjadi." Eric meminta pada Amber, sambil ia membantu mengobati luka Amber.
"Biar aku saja." Amber mencoba mengambil kapas dari tangan Eric.
"Aish! Tidak tidak. Kau fokus saja pada ceritamu."
"Tidak ada apa-apa." Amber tetaplah wanita, dan ini kata pamungkas seorang wanita ketika ditanya kenapa.
"Aisssssh! Iya aku minta maaf karena sore hari aku pergi tanpa bilang padamu dan kau mengantarkan makanan iya kan? Makanannya sudah ku makan itu enak sekali. Apapun itu aku minta maaf." Ucap Eric sambil sesekali menatap Amber.
"Hmm yeah."
"Lalu kenapa kau seperti ini? Ada lagi salahku? Katakan saja."
"Aku melihatmu bersamanya. Itu membuatku marah. Aku marah pada diriku yang takut kehilanganmu dan terlalu protektif."
"Ah itu ya, maaf sekali aku tidak mengatakan padamu. Dia meminta bantuanku secara mendadak. Maaf aku salah."
Amber tidak mengatakan apapun hanya menunduk saja.
"Kau jangan menyalahkan dirimu Am, aku yang salah. Terimakasih kau sangat perhatian." Eric mengelus rambut Amber sebentar dan kembali mengobati luka Amber.
"Lalu... maafkan aku Eric aku merepotkanmu dengan seperti ini. Aku tidak bisa meninggalkan kebiasaanku untuk berolahraga keras jika aku sedih. Karena hal yang paling aku takut adalah sendirian. Aku takut kehilanganmu.." Amber menitihkan air mata.
"Kenapa kau pikir aku akan meninggalkanmu hm?" Eric mengusap air mata Amber dengan jari-jarinya. "Aku tidak pernah meninggalkanmu. Aku serius ketika mengatakan Amber, ayo kita laksanakan marriage pact kita. Aku memilihmu untuk berada disini. Tak mungkin aku melepaskanmu Am.." Eric kini memeluk Amber.
Eric merasakan air mata hangat Amber yang mengalir di pundaknya. Eric terus mengelus punggung Amber dan berharap dia akan baikkan.
"Sekali lagi ku katakan, Aku yang memilihmu untuk menikah denganku, menjadi ibu dari anakku, dan selalu denganku sampai akhir hayat. Kau percaya itu? Awalnya akupun tidak percaya seorang llama akan menikah denganku. Llama yang telah menjadi sahabatku selama tahun tahun lamanya. Sekarang ia menjadi sahabatku dan istriku.." Eric memundurkan dirinya pelan dan..
"Amber look at me." Ucap eric yang kedua tangannya kini memegang pipi Amber. "I'm sorry, aku belum menjadi sahabat dan suami yang baik untukmu. Ku harap kau memaafkanku. Amber, ayo kita berjalan dan hadapi bersama. Maafkan aku untuk apapun itu. Jangan pernah pergi, I love you so much Am."
"Aku juga minta maaf Eric, entah mengapa setelah menikah aku menjadi lebih sensitif dan egois. Egois kalau kau hanya boleh bersamaku saja. I love you too Eric."
Tanpa aba-aba Eric mencium bibir Amber. Ciuman kali ini membuat sedikit gerah dan butuh angin. Tangan Eric sudah mulai bergerilya begitu pula Amber yang sudah melakukan hal yang sama.
"Amber,Is it okay? Sudah siap?" Eric menatap Amber dan berbisik nakal pada Amber.
"Yes, just do it. Tapi, pelan-pelan. Lukaku belum kering."
"Ah ternyata kau mau mulai duluan ya Amber." Eric menyadari ternyata beberapa kancingnya sudah lepas.
"Haha, noooo." Eric juga mulai nakal dengan pakaian Amber.
Beberapa menit berlalu dan kini mereka sudah siap bergulat.
"Aw eric!"
"Aku akan memakan llama sekarang!"
I just wanna love you
Give me that chance
Wanna hold you
Baby you know
That i need you i need you"I love you Am and I always need you."
"Love you too Eric."
Mereka berdua pun tertidur setelah menyelesaikan aktifitas mereka untuk pertama kali.
***
"Eric, kau tidak akan bangun? Babe?" Amber menjawil jawil pipi Eric yang masih disampingnya namun tak kunjung terbangun. Amber memikirkan cara apa yang akan membuatnya bangun. "Babe, let's do it one more time." Bisik amber pada Eric, menggoda adalah salah satu cara, tidak ada lagi.
"Hmmm yea." Eric menarik Amber kepelukannya lagi, namun matanya belum terbuka sepenuhnya.
"Apa kau tidak akan bekerja? Pabo." Amber mencubit hidung Eric.
"Hmmm tidak, aku izin untuk istirahat hari ini bersama istriku dirumah. Aku rindu sekaliiii istriku ini." Wajah mereka sejajar dsn saling bertatapan.
"Really? Ayo kita buat rencana hari ini!" Amber terliha senang karena suaminya hari ini libur, sudah lama mereka tidak quality time karena kesibukan masing-masing.
Tiba tiba ponsel Amber berbunyi .
Amber memperhatikan layarnya, tanpa mengangkatnya Amber langsung mematikan hp nya."Why ?"
"Akhir-akhir ini banyak nomer tak dikenal menelepon. Beberapa diantaranya terus mengirim pesan ancaman padaku. Tapi mungkin tidak apa-apa.. hanya surat kaleng ya." Ucap Amber.
"Apanya yang bukan apa apa? Kau membuatku cemas! Mana nomernya akan ku cari tau satu persatu."
"Ssstt. Sudah lagi pula aku bisa mengabaikannya, jika memang dia nekat datang padaku. Aku pasti bilang."
"Kau harus bilang ya, tak ada yang disembunyikan. Aku khawatir.." eric mengencangkan pelukannya.
"Maaf eric sebenarnya tak hanya itu saja,tapi aku tak ingin membuatmu khawatir." Ucap Amber dalam hati.
"Babe, lets take a bath." Eric mulai bangkit dan melirik Amber nakal.
***
Au ah aku deg degan banget ngetiknya ampun. Dahlah dahlah aku tunggu nam juniornya pokoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage Pact | Amber fx and Eric Nam Fanfiction
FanfictionMenikah dengan sahabat sendiri karena sama-sama membuat marriage pact. Pada awalnya mereka berpikir mungkin akan menguntungkan satu sama lain untuk bisnis Tapi, apakah akan terus berjalan untuk bisnis? Ataukah mereka akan... jatuh cinta satu sama...