Radit Adel

5 2 0
                                    

Adek yang sedari tadi diam-diam mengikuti kakaknya itu sedikit terkejut, melihat sang kakak mendekati perempuan yang tak asing baginya. Dan sikapnya berbanding terbalik saat bersamanya.

"Pantesan gue gak dibolehin ikut. Ternyata pengen ketemuan sama doi.", gumamnya pelan.

"Tapi kok bisa? Kok ceweknya mau ya? Hmmm? Tapi kalo diperhatiin kok ceweknya gak asing ya? Mirip siapa ya?", ucap Adel monolog.

Adel yang terlalu fokus memperhatikan dua orang yang sedang dipantaunya, tanpa sadar juga sedang dipantau oleh seseorang yang memperhatikannya dengan bingung. Orang itu menghampirinya dan menepuk pelan bahunya.

"Kak Ayna." Ucapnya refleks saat menyadari perempuan yang sedang bersama sepupunya adalah kakak kelasnya. Sekaligus saingannya.

"Ayna?", seketika Adel membalikkan punggungnya terkejut.

"Eeh Kak Radit? Kok bisa disini?", tanya kikuk.

"Ini tempat umum. Terus lo sendiri ngapain disini? Seingat gue, lo bukan orang yang hobi main ke toko buku."

"Hehe iseng doang. Sekali-kali nyobain ke toko buku gak masalah kali kak.", Radit hanya menggangguk saja sebagai balasan.

"Mau kemana kak?", tahannya.

"Pulang lah. Kenapa?"

"Nebeng boleh?", ucap Adel dengan suara pelan. Radit mengangkat sebelah alisnya.

"Tadi emangnya pergi sama siapa?"

"Sama kakak sepupu..."

"Terus orangnya kemana? Ntar lo dicariin kalo gak pulang bareng dia.", tolak Radit halus.

"Gak bakalan dicariin. Orangnya lagi ketemuan sama gebetannya. Mana kepikiran lagi sih sama adeknya. Nyebelin banget.", curhat Adel sambil
menunduk menatap ujung sepatu yang ia kenakan.

Radit yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas. Tidak tega harus meninggalkannya sendiri. Terlebih mereka sudah saling kenal sejak kecil dan Radit sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri.

"Yaudah ayo gue antarin pulang."

"Kak Radit seriusan mau ngantar Adel?", tanyanya menunjukkan puppy eyes nya.

"Iya Del, Ayo."

🌸🌸🌸

"Kak Radit, Adel boleh nanya sesuatu?", tanyanya sedikit berteriak. Takut Radit tidak mendengar suaranya karena helm yang dikenakan.

"Apaan?"

"Kak Radit sama Kak Ayna itu hubungannya apaan sih?", tanya Adel karena teringat tentang Ayna dan Rean yang dilihatnya tadi.

Pertanyaan itu membuat Radit terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab.

"Teman.", singkat padat namun terdengar begitu berat diucapkan.

"Yakin cuman teman? Cewek sama cowok susah banget buat dipercaya cuma temanan doang kak. Kadang salah satunya pasti punya rasa lebih.", mendengar perkataan blak-blakan Adel, ingin rasanya Radit menurunkan gadis itu sekarang juga.

Inilah yang membuat Radit selalu berinteraksi sedikit dengan Adel. Selain karena pertanyaannya yang polos, pernyataan blak-blakan, gadis itu juga terlalu berisik bagi Radit.

"Terus lo sama Riko apaan?"

"Kalo Adel sama Riko real cuma temanan doang.", jawabnya yakin.

"Kenapa lo bisa yakin gitu? Bisa jadi Riko punya rasa lebih atau mungkin..."

"Gak mungkinlah! Adel sukanya sama orang lain."

"Siapa?", gadis itu langsung diam tak bisa menjawab. Hampir saja dia terjebak oleh pertanyaannya sendiri.

"Kenapa diam?"

"Laper.", ucapnya pelan.

Radit menghela nafasnya lagi mendengar jawaban Adel. Radit benar-benar sudah seperti seorang abang yang sedang diminta menjaga adiknya. Mengantarnya pulang, mendengar celotehannya dan sekarang harus menemani gadis itu makan.

Namun Radit tetap menghentikan motornya di depan sebuah cafe. Adel pun turun terlebih dahulu tanpa di minta. Gadis itu masuk dan duduk di meja dekat kaca dengan tenang.

"Berasa beneran lagi jagain adek gue.", gumamnya.

"Kak Radit mau pesan apa?", tanya Adel saat Radit sudah berada tepat dihadapannya.

"Lo aja.", Adel mengangguk tanpa mau bertanya lagi.

Adel bersenandung pelan layaknya anak kecil yang sedang menunggu makanannya datang. Sedangkan Radit memainkan ponselnya, seperti seorang kakak yang bosan menjaga adeknya. Jika orang lain yang tak mengenal mereka melihat. Pasti mereka akan berpikir bahwa Radit dan Adel memang kakak dan adik sungguhan.

"Kak Radit?", panggil Adel namun hanya direspon dengan gumaman.

"Gitu banget responnya.", ucap Adel pelan. Tak terdengar bersemangat seperti tadi.

"Iya, kenapa Del?"

Adel mengangkat kepalanya tersenyum.
"Gak ada apa-apa. Hehehe... cuma mau bilang selamat ya kak Radit udah keterima di Fakultas Kedokteran."

"Makasi ya."

"Tapi Adel kepo deh. Kenapa harus milih Fakultas Kedokteran? Kak Radit bukannya suka basket ya?"

"Pengen aja."

"Iih gak mungkin. Pasti ada alasannya dong."

"Makan dulu.", Radit mengalihkan. Ia bersyukur makanan pesan Adel datang tepat waktu. Setidaknya itu bisa membuat gadis dihadapannya diam untuk sejenak.

Adel pun menurut. Gadis itu makan dengan tenang, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

🌸🌸🌸

My BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang