Malam harinya mereka berkumpul di halaman villa. Saling berbaur satu sama lain. Saling bercerita maupun menjahili satu sama lainnya seperti Adel dan Riko. Dua makhluk yang jarang sekali akur.
Rean yang berada diantara mereka pun merasa seperti bukan orang asing. Dia diterima dengan baik oleh saudara maupun sahabat Ayna, terlebih karena ada Adel dan Deeva yang merupakan sepupunya juga.
Walau ada satu orang yang sejak kedatangannya menatap tidak suka padanya.Ting...ting...ting
Suara yang dentingan gelas itu mendapatkan perhatian mereka semua. Siapa pelakunya? Tentu saja Danis."Oke terima kasih untuk perhatiannya ya walau gue udah sering diperhatiin kok jadi gak terlalu butuh perhatian kalian gitu.", canda Danis yang langsung mendapatkan lemparan beberapa butir biji jagung oleh Ara.
"Gak usah caper deh kak, yang jomblo disini tuh cuma Riko.", ujar Ara membuat Riko sedikit kesal.
"Eeh sadar dong Ra. Lo sama Key aja hubungannya gantung. Lagian yang jomblo tuh, yang real banget tuh kak Radit. Gak lihat lo dari tadi dia diam mulu dipojokan.", balas Riko sambil menunjuk kakaknya yang sejak tadi diam.
Benar-benar adik yang sangat berakhlak sekali. Dan yang ditunjuk pun hanya melirik sebentar lalu melihat ponselnya lagi. Benar-benar tidak berniat menanggapi ocehan Riko.
Dan terjadinya keributan-keributan kecil. Danis yang berada disana sebagai yang tertua pun merasa tertekan, ia hanya menghela nafas sambil sesekali melihat jenuh pada pertengkaran kecil itu.
Deeva yang berada di sebelah Danis pun, menyikut pelan laki-laki itu.
"Kan niatnya mau main game kak. Berhentiin dong yang lagi ribut.", bisik Deeva.
"Udah biarin aja nanti juga kalo capek berhenti sendiri."
"Yaudah kalo gitu aku balik kedalam. Mau tidur aja.", namun Danis menahannya.
"Yaudah nih aku suruh mereka berhenti.", balas Danis.
"Udah deh jangan gangguin Radit. Gak lihat apa itu muka udah ditekuk kek cewek lagi datang bulan yang gak dikasi kabar sama gebetannya."
Mereka yang mendengarnya hampir saja tertawa namun tertahan karena Danis yang memperingatkan mereka.
"Udah deh mending kita main 'jika' dan 'maka'. Udah pada paham kan permainannya? Riko ambil kertas sana.", ucap Danis sambil melambaikan tangannya menyuruh Riko tanpa menjelaskan apapun.
"Lah ngapa gak ngambil sendiri?", protes Riko.
"Heh buruan deh, Ko.", ujar Adel yang berada disebelahnya.
"Iya iya. Gue mulu perasaan yang disuruh-suruh."
Riko masuk kedalam villa dan mengambil beberapa lembar kertas yang memang sudah disediakan Danis lalu membagikan kepada teman-temannya itu.
"Terus ini nulisnya pake apaan? Pake daun, pasir, apa pake ranting?", ujar Viena.
"Yaelah sabar atuh kakak Viena yang cantik tapi sayang udah ada pawangnya.", Riko memberikan pulpen yang tidak lupa dibawanya tadi.
"Terus ini mau diapain kertasnya?", celetuk Riko yang tidak ada faedahnya padahal, ia tau apa yang harus dilakukannya.
"Lo lipat terus jadiin perahu ntar lo hanyutin aja di pantai. Ya lo tulis lah satu kalimat dengan awalan 'jika' atau 'maka'. Kayak pertama kali main aja.", jawab Deeva ketus.
"Kenapa pada sensi banget sih sama gue."
"Lagian banyak tanya sih.", balas Adel tertawa pelan.
Mereka pun masing-masing menuliskan satu kalimat berawalan 'jika' dan satu kalimat berawalan 'maka'. Lalu memasukannya kertas yang telah mereka gulung kedua gelas berbeda. Tapi tanpa sadar ada dua orang yang menghilang diantara mereka.
"Udah pada selesai nulis kan? Ayo siapa nih yang bakalan mutar botolnya? Ntar kalimat jika dan maka nya bakalan dipilih sama pasangan yang ditunjuk sama botolnya. Duduknya pada terserah deh, mau dekat pasangan masing-masing apa mau misah aja.", ucap Deeva menjelaskan peraturan yang ia buat.
"Eeh bentar adek gue hilang satu nih?!", ujar Danis.
"Kak Viena sama Ara ada kok.", balas Riko dengan polosnya.
"Adek gue kan 3."
"Ayna tadi kedalam Kak. Ngambilin gue minum.", ujar Rean dengan santainya.
"Ngapa gak ngambil sendiri? Kok lo nyuruh-nyuruh adek gue sih.", balas Danis terlalu dramatis membuat yang lain jengah.
"Ayna yang mau kak."
"Eeh kakak gue juga hilang? Gimana dong? Ntar siapa yang bakalan gue bully lagi.", ucap Riko tiba-tiba heboh.
"Tadi kak Radit masuk kedalam.", balas Adel.
"Kak gue susulin Ayna dulu.", pamit Rean setelah mendengar Radit juga tidak ada diantara mereka.
"Eeh Ko, susulin gih.", suruh Ara yang melihat Rean pergi.
"Gak deh Ra, makasi. Gue pantau dari sini aja takut lihat perang perebutan takhta.", balas Riko. Dan semuanya tentu paham maksudnya.
🌸🌸🌸
"Sibuk banget sekarang?", pertanyaan tiba-tiba itu berasal dari Radit. Ia berdiri tepat disamping Ayna yang sedang menuangkan air.
"Astaga Radit. Lo bisa gak sih kalo datang itu pake suara. Tiba-tiba udah disamping gue aja, kan gue kaget!", Adit hanya tersenyum mendengar bertapa cerewetnya Ayna.
"Hehe Sorry Na."
"Lo ngapain kesini? Mau ambil minum juga?", namun yang ditanya hanya menggeleng.
"Cuma mau ngobrol aja sama sahabat gue. Sibuk banget ya sekarang, sampe jarang banget ketemu sama gue."
"Kalo sering-sering ketemu ntar kasihan lo nya jomblo terus. Pada minder ntar yang mau dekatin kalo lihat lo bareng gue hehe."
"Na, kamu di cariin sama kak Danis.", kali ini suara itu berasal dari Rean yang tiba-tiba saja muncul. Menghentikan percakapan dua sahabat itu.
"Ohh yaudah ayo kesana. Nih minum kamu udah aku ambilin.", ucap Ayna pada Rean dengan senyum manisnya.
"Iya makasi. Kamu duluan aja ya.", ucap Rean.
Ayna pun pergi terlebih dahulu meninggalkan dua laki-laki yang saling bertatap tajam. Rean menghabiskan air yang telah diambilkan Ayna tadi, lalu menuangkannya lagi sebelum berlalu menyusul Ayna.
"Ck.. posesif. Baru pergi bentar aja udah dicariin.", gumam Radit tak suka melihat Rean.
Rean yang mendengar berbalik menatap Radit.
"Sorry bro, gue posesif? Gue bukan posesif tapi gue cuma gak mau ngasi celah buat lo ngerebut Ayna. Gue gak bakal ngelarang Ayna buat berteman sama siapapun termasuk lo! Tapi ingat satu hal, she is mine!"
"Dan satu lagi mending lo pikirin baik-baik lagi deh. Niat awal lo berteman sama Ayna karena tulus mau berteman atau ada hal lain. Dan gue yakin selama lo sahabatan sama dia lo paham tentang dia. Dia gak akan mau ngerusak persahabatannya buat apapun. Jadi lo tinggal pilih, mau tetap jadi sahabat dan ada disisi dia terus, atau perjuangin perasaan lo. Tapi kalo gagal kemungkinan lo bakalan kehilangan lebih banyak hal.", ucap Rean menepuk pundak Radit sebelum akhirnya benar-benar pergi menyusul Ayna.
Dan ucapan Rean membuat Radit terdiam. Perkataan Rean ada benarnya dan sekarang membuat perasaan dan pikirannya menjadi kacau. Ia memutuskan kembali ke kamarnya dan membiarkan teman-temannya yang lain bermain tanpa dirinya.
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved
Teen Fiction"Mencintai seseorang yang tak pernah kamu temui itu bagaikan mencintai tokoh fiksi, hanya bisa dikagumi namun sulit tuk digapai." Itulah kalimat yang selalu Ayna Faeyza dapatkan setiap kali harapannya hancur oleh seseorang yang sama sekali belum per...