🌸🌸🌸
Setelah selesai sarapan, Ayna langsung kembali menuju kamarnya. Dan sudah sejak tadi ia bolak balik memperhatikan penampilannya. Setelah merasa cukup gadis itu pun akhirnya keluar. Di ruang keluarga ia menemukan kedua orangtuanya sedang menonton tv bersama.
"Bun, Yah. Ayna pergi dulu ya.", pamitnya.
"Mau kemana?", tanya sang Ayah.
"Toko buku Yah. Ada novel yang mau Ayna cari.", jawabnya yang diangguki Ayahnya.
"Ohh... toko Buku aja?", giliran sang bunda yang bertanya.
"Rencana awal sih toko buku aja tapi gak tau lihat ntar aja deh.", jawabnya.
"Udah ya. Ayna mau pergi dulu.", ujarnya cepat sebelum sang bunda dan Ayahnya mulai bertanya lagi. Ia akan bingung nanti harus menjawab apa lagi.
Melihat Ayna yang buru-buru pergi membuat kedua orangtuanya tertawa pelan.
🌸🌸🌸
"Loh kak Rean mau kemana?", tanya Adel yang ntah sejak kapan sudah berada dirumah itu.
"Toko buku.", jawabnya Rean singkat. Terkadang Adel bingung sebenarnya Rean itu manusia atau bukan. Selalu pelit berbicara, pelit ekspresi dan dingin. Padahal sewaktu kecil ia sama sekali tidak seperti itu.
"Mau ngapain?"
"Tante Vira mana?", bukannya menjawab malah pertanyaanlah yang Rean lontarkan.
"Belanja."
"Terus lo ngapain disini? Kenapa gak ikut?", tanya Rean lagi.
"Maunya sih ikut Tante aja. Tapi disuruh Bunda nemanin lo jalan. Lo kan gak ada teman disini. Kan gak lucu kalo ntar mama Fara dengar kabar anaknya yang kayak es berjalan mati bosan disini. Eeh lo nya malah mau ke toko buku. ", jawab Adel yang hanya dijawab 'oh' oleh Rean.
Rean mengabaikan keberadaan Adel dan melanjutkan rencananya pergi. Melihat dirinya diabaikan, Adel mengikuti Rean sambil menghentakan kakinya kesal.
"Mau kemana lo?", tanya Rean yang melihat Adel berada dibelakang mengikutinya.
"Ikut! Boleh ya? Ya? Ya?", mohonnya.
"Gak.", tolak Rean.
"Iih ikut! Kak rean? Ikut ya? Mau nyari novel baru nih. Ya? Ya? Ya?", melasnya.
"Tapi pulang sendiri. Sampe toko lo harus misah, okay?"
"Kenapa?", Rean menatap Adel datar karena terus bertanya. Ingin mengabaikan tapi Rean tidak setega itu. Mau gimana pun Adel tetap adiknya.
Melihat Rean menatapnya datar, Adel langsung menganggukan kepalanya cepat. "Ok ok. Ntar sampe di toko adel bakalan misah dari kak Rean. Gak bakalan ngikutin. Terus bakalan pulang sendiri. Gak bakalan ganggu deh."
"Udah ngomongnya? Buruan naik."
"Naik motor? Kenapa gak mobil aja? Ntar kalo kita kehujanan gimana? Itu langitnya agak mendung tau.", ucap Adel membuat Rean makin kesal. Kenapa dia harus punya Adik secerewet itu? Tapi apa yang dikatakan Adel ada benar juga. Langit terlihat mulai gelap.
🌸🌸🌸
Rean memasuki salah satu toko buku sendirian. Adel telah menghilang dari sekitarnya sesuai permintaan laki-laki itu. Ia memilih beberapa buku yang ia anggap menarik, membayarnya lalu berniat duduk di salah satu meja cafe yang terhubung langsung dengan toko buku itu. Ia memilih meja didekat jendela.
Namun retinanya tidak sengaja melihat keberadaan Ayna disana. Gadis itu sedang membaca sebuah buku dengan sepasang headset yang menempel di telinganya. Ia ingin menghampirinya namun langkahnya terhenti saat melihat ada seorang remaja seusianya mendekati Ayna.
Namun tak ada respon apapun hingga laki-laki asing itu pergi dengan sendirinya. Ia tersenyum melihat sikap Ayna yang berbanding terbalik saat mengobrol secara online dengannya.
Rean duduk dihadapan Ayna. Laki-laki itu menatap lurus gadis itu hingga membuatnya risih. Ayna mengangkat wajahnya dan terkejut melihat Rean ada di depannya.
"Hai?"
"Eeh?", Rean mengisyaratkannya untuk melepaskan headsetnya terlebih dahulu.
"Hehe sorry aku lupa masih pakai headset."
"Iya gak masalah kok. Kamu beda ya."
"Maksudnya?"
"Waktu chat-an sama aku dulu keliatan ramah tapi setelah aku lihat secara langsung ternyata kamu cuek juga."
"Kamu juga gitu, cuek di chat tapi ramah di real life."
"Tapi emang gak nyesel gitu tadi udah nyuekin cowok ganteng gitu?"
"Tadi? Emang sebelum kamu ada yang nyampirin aku gitu?"
"Eeh? Kamu gak nyadar kalo tadi ada orang lain?", Gadis itu menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Rean.
"Udah lupain aja. Kamu dengarin apa tadi?"
"Kamu mau dengar?", Rean menganggukan kepalanya lalu berpindah duduk disamping Ayna.
Mereka menikmati musik itu bersama dengan Ayna yang kembali fokus pada bukunya. Mengabaikan keberadaan Rean.
"Segitu menarikkah ceritanya?", Lagi-lagi Ayna hanya menjawabnya dengan gerakan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved
Teen Fiction"Mencintai seseorang yang tak pernah kamu temui itu bagaikan mencintai tokoh fiksi, hanya bisa dikagumi namun sulit tuk digapai." Itulah kalimat yang selalu Ayna Faeyza dapatkan setiap kali harapannya hancur oleh seseorang yang sama sekali belum per...