Bertemu

9 2 0
                                    

'Apa pertemuan pertama selalu berakhir singkat?'

🌸🌸🌸

"Ok, jemput disekolah ya."

Laki-laki yang sedari tadi sibuk berkutik dengan laptopnya menyunggingkan senyumnya saat orang yang tadi ia kirimi pesan telah membalasnya, bahkan mengirimkan lokasi keberadaannya. Ia meraih jaket serta kunci motornya.

Saat melewati ruang keluarga tanpa sengaja ia bertemu dengan tantenya.

"Rean? Mau kemana kamu?", tanya sang tante yang kebetulan melihat keponakannya sudah rapi. Sepengetahuannya Rean tidak memiliki teman di jakarta, hanya sepupu itupun perempuan. Dan laki-laki itu takkan mau pergi keluar dengan para sepupunya kalau tak dipaksa.

"Mau jalan-jalan aja tan."

"Loh tumben banget? Biasanya kamu paling malas jalan-jalan."

"Bosan tan dirumah mulu."

"Oh.. yaudah kamu hati-hati. Jangan ngebut bawa motornya."

Tanpa membalasnya lagi ia langsung keluar. Rean melaju motornya menuju SMA ERLANGGA. Tak butuh waktu yang lama akhirnya ia sampai ketujuannya. Ia memarkirkan motornya diluar pagar sekolah.

Dan ia masih harus menunggu sekitar 30 menit. Karena 30 menit kemudianlah baru bel pulang sekolah akan dibunyikan. Sebenarnya ia sudah tahu jam berapa siswa siswi SMA ERLANGGA akan pulang, tapi tetap saja ia datang begitu cepat.

🌸🌸🌸

Siswa siswi kelas XII sebenarnya sudah diperbolehkan pulang lebih awal. Karena mereka hanya datang untuk mengurus beberapa data diri mereka jika ada kesalahan. Namun Ayna dan Radit tetap bertahan lebih lama disekolah daripada teman-teman mereka.

Ayna memilih tetap disekolah tepatnya diperpustakaan. Ia ingin menyelesaikan buku yang kemarin ia temukan. Dan sebenarnya itu hanya alibinya saja agar tidak bertemu sang bunda, yang tidak memberikan ia izin untuk memilih Univ yang ia inginkan. Walaupun dengan berat akhirnya ia akan mengikuti keinginan sang Bunda. Sedangkan Radit duduk diam menunggu Ayna selesai dengan bacaannya.

"Lo lagi ada masalah, Na?", tanya Radit tiba-tiba dan benar.

"Gak. Kenapa?", ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.

"Tumben aja lo pengen lama-lama disekolah.", jawab Radit yang benar adanya.

"Lagi pengen aja.", jawabnya yang tentu saja hanya alasan.

Karena Ayna selalu lebih suka membaca dikamarnya karena katanya lebih nyaman dan tidak ada yang mengganggunya. Dan saat ia lebih memilih berada diluar rumah lebih lama maka itu berarti sedang ada masalah yang ia pikirkan.

Berteman dengan Ayna sejak di sekolah dasar membuat Radit hafal bagaimana sifat dan sikapnya. Namun tetap saja ada beberapa hal yang tidak Ayna beritahukan tentangnya kepada Radit.

"Ayo pulang.", ajak Ayna menutup bukunya lalu meletakkannya pada tempat semula.

Mereka beranjak dari perpustakaan. Ayna berjalan menuju pos di depan pagar sekolahnya. Sedangkan Radit menuju parkiran untuk mengambil motornya.

Ayna berjalan sambil memperhatikan sekolah yang terlihat sepi. Teman-temannya telah banyak pulang dan adik kelasnya masih harus berada dikelas karena bel pulang belum berbunyi, tapi tetap ada beberapa yang berlalu-lalang dikoridor.

Tanpa sengaja indra penglihatannya menangkap seseorang yang tampak tak asing baginya. Ia pun berjalan menghampirinya.

"Rean?", panggilnya ragu.

Merasa dipanggil laki-laki didepannya pun menoleh padanya. Ia tersenyum tipis pada Ayna. Dan benar saja itu adalah Rean.

"Hai.", sapa Rean ramah.

"Hai.", balas Ayna tak kalah ramah.

Ia tidak menyangka sudah setahun lebih mengenal Rean. Dan laki-laki itu sempat hilang tanpa kabar. Namun sekarang ia sedang berdiri tepat dihadapannya untuk pertama kalinya. Ia memang pernah berharap akan bertemu bila satu Universitas dengan laki-laki itu tapi ia tidak menyangka akan secepat ini. Terlebih ia sudah berniat mengikuti keinginan orang tuanya dan berusaha melupakan orang yang ia temukan secara online.

"Apa kabar, Ayna?"

"Aku baik. Kamu sendiri apa kabar?"

🌸🌸🌸

Radit yang melihat Ayna sedang berbicara dengan seseorang yang asing baginya menyerngitkan keningnya. Itu tidak terlihat seperti Ayna yang biasanya baru mengenal seseorang. Mereka terlihat begitu akrab walau agak sedikit canggung.

Radit menghentikan motornya dihadapan dua orang yang sedang bercengkrama, mereka adalah Ayna dan Rean. Saling menanyakan kabar mereka masing-masing, lalu mereka berdiam diri, dan tenggelam dalam kecanggunan walau sesekali tetap ada pertanyaan yang mereka ajukan.

"Ayna ayo.", Ajak Radit membuat dua orang itu menoleh.

"Eh?"

"Siapa?", tanya Radit dan Rean bersamaan. Ayna menatap keduanya.

"Rean, dia Radit. Sahabat aku. Dit, kenalin ini Rean. Ehm...", Ayna bingung harus mengenalkan Rean sebagai apa kepada Radit. Terlebih hubungan yang ada antara Ayna dan Rean tidak begitu jelas. Untungnya Radit inisiatif untuk memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

"Oh hai, gue Radit. Raditya Rashaad.", ucap Radit menjulurkan tangannya.

"Gue Rean. Rean Rafidan.", ucap Rean menyambut uluran tangan Radit.

"Rean?", panggil Ayna ragu. Dia bingung bagaimana cara berpamitan pada laki-laki itu. Rean yang paham pun berucap lebih dulu.

"Sampai jumpa lagi Ayna."

"Kamu?", tanya Ayna karena melihat sepertinya Rean masih betah berlama-lama di depan sekolahnya.

"Aku masih harus nungguin teman.", mendengarnya Ayna hanya mengangguk tersenyum simpul.

Ayna dan Radit pun berlalu. Saat mereka mulai menjauh, kebetulan yang ditunggu Rean muncul.

"Sorry, lama ya kak?", tanya seseorang yang ternyata adalah Adel.

"Gak.", jawab Rean singkat.

"Kebiasaan banget sih. Hemat ngomong mulu.", keluh Adel tapi tetap mengikuti langkah Rean.

"Kita mau kemana sekarang?"

"Pulang."

"Ha?! Katanya tadi minta ditemanin jalan. Gimana sih kak?!"

"Udah malas."

"OMG! Ngeselin banget sih jadi orang. Untung aja sayang."gumamnya yang tentu saja didengar Rean namun laki-laki itu bersikap acuh.

🌸🌸🌸

My BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang