Malam ulang tahun yang menyenangkan akhirnya berakhir, digantikan pagi yang begitu indah. Ayna yang biasanya bermalas-malasan dikasurnya kini sudah bangun. Gadis itu tanpa dibangunkan sang bunda, kini telah siap dengan pakaian santainya.
Drrtt drrrttt
Ponsel gadis itu bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk. Dengan cepat ia meraih ponselnya. Membaca pesan dari seseorang yang ditunggunya sedari tadi.
My Beloved
•Selamat pagi pacarSebuah pesan sapaan dari sang pacar membuatnya tersenyum.
Tak ingin membuat para saudaranya menunggu akhirnya gadis itu keluar dari kamarnya. Ia akan sarapan bersama para sepupunya dan menghabiskan waktu bersama mereka.
"Ehmm!", suara deheman yang begitu keras membuat Ayna sedikit terkejut. Hampir saja ponsel di genggamannya terlepas.
Jangan tanya dari mana asal suara itu, sudah jelas pelakunya adalah Danis. Kakak sepupunya yang begitu overprotektif.
Terlihat ada Danis dan juga sepupunya yang lain serta sahabatnya yang tadi malam sepakat untuk menginap dirumahnya sedang duduk diruang makan. Mereka menatap Ayna dengan sebuah senyuman dan bersiap untuk meledeknya, kecuali Danis.
"Stop senyum-senyum! Ngeri banget gue lihat kalian kayak gitu.", ucap Ayna terlebih dahulu sebelum mereka sempat membuka suara.
"Senyum itu ibadah tau, Na.", jawab Maudy sahabatnya.
"Ya ya ya terserah kalian aja deh."
"Ada hal menarik apa sih di ponsel Lo? Sampai senyum senyum gak jelas gitu, mulai gila Lo ya dek?", tanya Danis.
"Kak serius ngasih pertanyaan gitu?", ujar Viena heran. Padahal jawabannya sudah jelas, pasti Ayna sedang bertukar pesan dengan pacarnya.
Dengan jengah Ayna melangkahkan kakinya menuju kursinya. Gadis itu bersiap untuk sarapan tapi tak ada satupun makanan dimeja makan itu.
"Pagi-pagi ngumpul diruang makan, mau sarapan apa mau interogasi gue sih?", tanya Ayna sinis.
Karena selain tak adanya makanan sekarang tatapan para saudara dan sahabatnya sedang tertuju padanya. Terlihat sekali banyak hal yang ingin mereka katakan, ntah itu ucapan selamat atau sekedar ingin meledeknya.
"Ya mau sarapan lah tapi sekalian kalo bisa interogasi juga gak papa.", ujar Maudy.
"Sarapannya masih di jalan, bentar lagi juga nyampe. Tungguin di depan gih kak.", ucap Ara menyuruh Ayna.
Dengan malas Ayna melangkahkan kakinya menuju pintu depan. Menuruti permintaan adik sepupunya itu.
Saat gadis itu membuka pintu, matanya seketika membulat mendapati sebuah kepalan tangan di depan wajahnya. Sang pemilik tangan yang tak lain adalah sang pacar pun refleks langsung menjatuhkan tangannya yang hendak mengetuk pintu itu.
Melihat Ayna yang masih terdiam membuat Rean seketika panik. Laki-laki itu langsung meletakkan plastik di genggamannya dan menangkup wajah Ayna dengan kedua tangannya.
"Ayna? Are you okey?", tanya Rean khawatir.
"Ha?"
"Tangan aku gak sampai kena wajah kamu kan?", Ayna hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan itu.
"Maaf.", ucap Rean pelan.
"Rean, aku gak papa. Aku cuma kaget aja.", jawab Ayna berusaha menenangkan Rean yang khawatir tanpa sadar ada yang memperhatikan mereka.
🌸🌸🌸
"Loh Ayna mana? Kurirnya belum datang?", tanya Danis pada Ara yang katanya tadi ingin menyusul Ayna yang lama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved
Teen Fiction"Mencintai seseorang yang tak pernah kamu temui itu bagaikan mencintai tokoh fiksi, hanya bisa dikagumi namun sulit tuk digapai." Itulah kalimat yang selalu Ayna Faeyza dapatkan setiap kali harapannya hancur oleh seseorang yang sama sekali belum per...