Sinar mentari menerobos masuk, mengusik tidur Ayna. Gadis itu terlihat masih ingin tetap berada di bawah selimutnya yang nyaman. Namun ia sadar ini bukan waktunya untuk tetap tidur. Ia bergegas bangkit dan menuju ruang mandinya. Membersihkan dirinya lalu bersiap dengan pakaian yang lebih rapi.
Ayna yang telah selesai bersiap, melirik jam tangan yang ia kenakan. Masih ada waktu sebelum jemputannya datang. Ia menarik kursi belajarnya lalu menyalakan laptopnya.
Gadis itu tersenyum di depan laptop yang cameranya telah menyala, siap untuk merekamnya. Gadis itu pun mulai menceritakan bagaimana perasaannya akhir-akhir ini.
Dan ntah sudah menjadi video keberapa yang sudah ia rekam selama setahun belakangan. Dan itu pun sudah jadi seperti kebiasaannya dipagi hari. Bagaikan mengirim pesan namun tak pernah ada balasan bahkan menjadi pesan yang tak pernah sampai pada penerimanya. Hanya sebatas sebagai diary.
"Sayang, Rean udah ada dibawah tuh. Cepetan turun.", panggil sang bunda dari depan pintunya.
"Iya Bun, bentar lagi Ayna keluar.", balasnya.
Gadis itu pun menyudahi rekamannya dan mematikan kembali laptopnya. Dan bagaimana sang Bunda bisa mengenal Rean? Itu karena sebuah ketidaksengajaan. Saat laki-laki itu mengantar Ayna pulang, kebetulan sang Bunda sedang berada di taman depan dengan sang Ayah. Mau tak mau Ayna pun memperkenalkan laki-laki itu kepada kedua orangtuanya lebih cepat daripada yang ia rencanakan.
Dan mereka pun sadar walau Ayna memperkenalkan Rean sebagai teman biasa seperti Radit tapi, kenyataannya ia ialah laki-laki istimewah bagi Ayna.
Gadis itu pun bergegas keluar, menemui sang Bunda dan Rean.
"Ayah mana, Bun?", tanya Ayna saat melihat sang Ayah tak ada diruang tamu bersama sang Bunda dan Rean.
"Barusan aja pergi. Ada urusan katanya sama Om kamu."
"Yaudah deh. Bunda, Ayna pamit sekarang ya.", ucapnya mengecup pipi sang Bunda.
"Izin bawa Ayna nya, Tan.", pamit Rean.
"Iya, kalian hati-hati ya. Rean jangan ngebut ya. Tante titip Ayna."
"Iya Tan."
🌸🌸🌸
"Ayna udah sampe?", tanya Danis pada adiknya Ara yang sedang duduk bersama Key.
"Belum. Lagian kenapa gak bareng aja sih tadi?", Tanya balik Ara.
"Katanya sih kemarin mau pergi sama doi. Yaudah deh gue minta dia nyusul aja. Daripada gak datang.", jawab Danis duduk diantara Ara dan juga Key.
"Doi? Bukannya Kak Ayna sama Kak Radit ya?", tanya Key.
"Radit mah temanan doang mereka."
"Lah sama Kak Radit kelihatan gak dibolehin lah terus yang sekarang kok dibolehin? Kan kita gak kenal.", tanya Ara heran dengan keputusan sang Kakak.
"Ya makanya kenalan. Terus ya sama Radit itu bukannya gak dibolehin Ra. Tapi, ya lihat sendiri dong. Ayna nya aja cuma nganggap teman gak lebih."
"Ya terus kalo yang ntar datang cuma dianggap teman juga gimana?"
"Dahlah terserah. Lihat aja ntar kalo dia nya suka ya support aja. kalo dia nya suka tapi cowoknya gak baik ya ntar palingan gue depak. Gak boleh dekat-dekat sama Ayna.", balas Radit panjang kali lebar.
"Keluar deh sikap overprotective nya.", ujar Key yang sejak tadi menjadi pendengar yang baik.
"Lo juga kalo berani nyakitin Ara, awas aja bakalan gue musnahin lo ya. Walau pun lo awalnya gue restuin sama Ara."
"Gak bakalan lah. Merjuangin nya aja susah gak bakalan deh gue sakitin. Bahkan sampai sekarang aja ditolak mulu gue.", curhat Key."Berarti lo kurang berjuangnya.", balas Danis.
"Udah deh mending masuk gih sana.", usir Ara pada kakaknya.
"NO! Gak boleh berduaan. Sana gih Key jauh-jauh.", ucap Danis malah mengusir Key.
"Lo yang sana. Gangguin aja lo lagi PDKT juga.", Key balik mengusir Danis
"Dih terserah gue dong. Adek gue ini.", Danis merangkul Ara sambil meledek Key.
Sedangkan Ara memutar matanya jengah melihat keributan kedua laki-laki di sebelahnya. Hingga akhirnya satu panggilan mampu menghentikan keributan kekanakan Danis dan Key.
"Ara!", panggil Ayna yang baru saja tiba.
Ara yang melihat Ayna pun langsung melepas rangkulan kakaknya dan langsung memeluk gadis itu.
"Kenapa Ra?", tanya Ayna bingung dengan tingkah Ara."Capek."
"Capek? Kenapa?", tanya Ayna bingung.
"Tuh abis lihatin bocah ribut.", ucap Ara menunjuk Danis dan Key.
"Lagi mode kakak laki-laki ya?", tanya Ayna yang dibalas anggukan oleh Ara.
"Mode kakak laki-laki?", tanya Rean yang sejak tadi diam mendengarkan.
"Overprotective.", Rean hanya menggangguk paham mendengar jawaban Ayna. Sedangkan Ara menatap intens laki-laki asing yang berada disebelah sepupunya itu.
"Oiya kenalin ini Rean.", Ucap Ayna memperkenalkan Rean yang berada di sampingnya.
"Dan Rean, ini Ara. Adek sepupu yang katanya sikapnya beda tipis lah sama aku. Sedangkan yang dibelakang Ara itu, yang kanan Kak Danis dan kiri Keynand."
Danis dan Key pun berdiri menyapa Rean. Merekapun saling berkenalan sebelum akhirnya masuk, bertemu dengan yang lain. Danis masuk terlebih dahulu dengan Ara dan Ayna dalam rangkulannya.
Sedangkan Rean dan Key mengikuti mereka dari belakang. Mereka hanya menghela nafasnya pelan melihat begitu overprotective kakak laki-laki dari perempuan yang mereka sukai. Sepertinya lebih sulit meluluhkan hati kakak laki-laki itu dibandingkan perempuan yang mereka sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved
Teen Fiction"Mencintai seseorang yang tak pernah kamu temui itu bagaikan mencintai tokoh fiksi, hanya bisa dikagumi namun sulit tuk digapai." Itulah kalimat yang selalu Ayna Faeyza dapatkan setiap kali harapannya hancur oleh seseorang yang sama sekali belum per...