Sesuatu yang bersifat sementara justru bisa membuat kita lebih menghargainya.
🌸🌸🌸
Setelah perkenalan singkat Rean dengan semua yang ada di villa, laki-laki itu sekarang sedang berjalan santai dipinggir pantai dengan Ayna disebelahnya. Mereka berencana ingin menikmati senja bersama.
"Gimana?", pertanyaan itu muncul dari Ayna.
"Hmm?", laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya tak mengerti.
"Gimana rasanya ketemu sepupu dan sahabat-sahabat aku?", ucap Ayna memperjelas pertanyaannya.
"Menyenangkan.", seru Rean sambil tersenyum menghadap Ayna yang juga ikut tersenyum menatapnya.
"Kamu punya adek sepupu yang dekat banget sama kamu. Sepupu yang sebaya, yang kelihatan cuek tapi diam-diam perhatian. Kakak laki-laki yang ngejaga kamu banget.", tambahnya lagi.
"Makasi Rean.", ucapan gadis itu membuat Rean menatapnya bingung.
"Untuk apa?"
"Untuk semuanya. Terima kasih telah muncul di hadapanku. Terima kasih telah membawaku melihat pelangi dari rumah pohon. Dan terima kasih karena mau ikut kesini.", ntah dapat keberanian dari mana sampai semua kata-kata itu terucap dari Ayna. Bahkan ia lupa akan niatnya beberapa hari lalu untuk melupakan laki-laki disampingnya itu.
Rean yang gemas pun mengacak pelan rambut perempuan dihadapannya itu.
"Terima kasih juga Ayna.", Ayna menaikkan sebelah alisnya tak mengerti. Rean yang melihatnya pun hanya tersenyum padanya.
"Terima kasih karena tetap ada di sekolah saat itu. Terima kasih karena mau menerima ajakkanku kerumah pohon. Dan terima kasih juga karena mengajakku kesini, bertemu saudara dan sahabatmu. Dan sekarang menemaniku menunggu senja datang.", ucap Rean tulus, membuat pipi perempuan dihadapannya bersemu merah dan salah tingkah karena ucapannya. Padahal perempuan itulah yang memulai percakapan seperti itu.
"Jangan mudah luluh ya dihadapan laki-laki lain.", ucap Rean tiba-tiba sambil tetap tersenyum menatap Ayna.
"Kenapa?"
"Karena aku gak mau nambah saingan lagi.", Ayna yang mendengarnya terdiam sejenak sampai akhirnya mereka berdua sama-sama tertawa. Aneh rasanya bisa berbicara seperti itu satu sama lain.
Dan lagi-lagi Rean dibuat gemas atas tingkah perempuan dihadapannya. Padahal baru beberapa hari lalu mereka saling bertemu dan bersikap canggung. Namun kini keduanya terlihat begitu akrab bagaikan telah lama saling mengenal dengan nyata.
"Sunset.", seru perempuan itu berdecak kagum.
"Cantik.", ucap Rean namun pandangnnya tertuju pada perempuan disampingnya. Memperhatikan gadis itu yang tersenyum senang mengagumi mentari yang perlahan turun dan menghilang.
"Aku bingung kenapa kamu senang padahal hanya sunset?"
"Hmm... kenapa ya? Aku juga bingung tapi mungkin karena Sunset itu terlihat indah."
"Tapi, bukannya sesuatu yang terlihat indah justru sebagian besar hanya bersifat sementara?"
"Justru karena bersifat sementara itu kita bisa menghargainya. Mungkin dia hanya bisa dilihat dalam beberapa menit saja tapi dia memberikannya pemandangan yang begitu indah dalam waktu sedikitnya itu."
Laki-laki itu hanya tersenyum mendengarkan pendapat gadis itu. Benar saja mungkin sesuatu yang indah itu bersifat sementara tapi justru itu yang membuat kita bisa menghargainya.
"Ternyata mudah ya bikin kamu senang.", gadis disampingnya menoleh mengerutkan keningnya. Rean diam sejenak lalu melanjutkan perkataannya.
"Diajakin lihat pelangi dan ditemani menikmati sunset aja udah bisa sesenang ini ya."
"Kenapa harus ribet kalo hal sederhana aja udah begitu indah. Iya kan?", Rean hanya menggangguk menyetujui.
"Terus hal lain, selain sunset dan pelangi?", gadis itu diam sejenak seperti memikirkan sesuatu lalu menjawabnya.
"Sakura.", ucapnya dengan senang.
"Bunga sakura?"
"Iya, lebih tepatnya memperhatikan setiap kelopak bunga sakura mekar lalu berguguran. Kesannya kek romantis gitu apalagi bisa ketemu doi setelah sekian lama dibawah guguran bunga sakura."
"Heh gak boleh dibayangin.", ucap Rean menghentikan fantasi Ayna.
Gadis itu menatapnya kesal plus bingung.
"Kenapa?"
"Emang kamu mau pergi kemana sampe gak ketemu terus minta ketemu di bawah guguran sakura segala."
"Lah iya ya? Emang aku mau kemana ya?", pertanyaan Ayna itu membuatnya mendapatkan hadiah berupa jentikan pelan di keningnya dari Rean.
"Sakit Rean."
"Perasaan cuma pelan kok."
"Kan aku yang ngerasain bukan kamu. Sini?! Pokoknya aku mau bales."
Mendengar itu Rean pun berdiri, berlari kecil menjauh dari gadis itu.
"Nih bales nih kalo bisa.", ucapnya membuat Ayna kesal.
Dan terjadilah kejar-kejaran dipinggir pantai ditemani senja yang indah. Namun tanpa mereka sadari ada 2 pasang mata yang memperhatikan mereka dari tempat berbeda. Salah satunya tersenyum senang melihat kedekatan Rean dan Ayna. Bahkan ia mengabadikan moment itu melalui ponselnya.
Namun salah satunya terlihat begitu kesal. Terlihat sekali bahwa ia begitu cemburu. Ia mengepalkan tangannya begitu kuat untuk meredamkan kesalnya agar tidak meledak saat itu juga.
🌸🌸🌸
28 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved
Teen Fiction"Mencintai seseorang yang tak pernah kamu temui itu bagaikan mencintai tokoh fiksi, hanya bisa dikagumi namun sulit tuk digapai." Itulah kalimat yang selalu Ayna Faeyza dapatkan setiap kali harapannya hancur oleh seseorang yang sama sekali belum per...