3.

1.2K 164 63
                                    

"Trus gimana?" Tanya Mira.

"Bensinnya abis, gue nelfon mas Samsul buat bawain bensin."

Mira tertawa kecil, ia mengaduk teh hangat miliknya dengan pelan, "Bisa-bisanya habis nolongin orang kok malah minta tolong."

Vivi menopang dagunya di atas meja, ia menatap Mira. "Kenapa gue sama dia harus sering ketemu? Di GO lah, di kampus lah. Entah dimana lagi gue harus ketemu dia."

"Di sini." Jawab Mira.

Vivi mengerutkan keningnya, "Sekolah?"

Mira menggeleng, ia tersenyum tipis, "Gue yakin 100% di sini."

Vivi menoleh ke samping, ia membulatkan kedua bola matanya saat melihat Chika berjalan ke arahnya. Ia buru-buru menoleh ke arah Mira sambil memakan bubur ayamnya menggunakan tangan kiri. Pagi ini mereka memutuskan untuk membolos jam pelajaran bahasa Indonesia dan nongkrong di warung bubur ayam yang berada di depan sekolah.

"Kalo makan pake tangan kanan." Ucap Mira sambil menepis tangan kiri Vivi.

Vivi berdecak sebal, ia menjatuhkan sendoknya di dalam mangkuk. "Sialan lu, Mir."

"Gue aduin ke nyokap lo, biar Rara dijual baru tahu rasa lu."

Vivi menegakkan tubuhnya, ia mengambil sendok dan ia arahkan ke wajah Mira. "Lu ngomong lagi gue tusuk lu."

Mira melipat kedua tangannya ke depan dada, "Siapa takut?"

Vivi memalingkan wajahnya ke depan, ia sudah tidak lagi melihat Chika berada di warung bubur ayam ini. Ia menoleh ke samping dan melihat Chika berjalan kembali ke perkumpulan anak kelasnya Chika. Pagi ini Chika sedang berolahraga dan Vivi tidak tahu kenapa Chika datang ke warung bubur ini kemudian langsung pergi begitu saja.

"Bang, tadi cewek kesini ngapain?" Tanya Vivi.

Abang tukang bubur menoleh ke arah Vivi, "Oh, eneng tadi bayar bubur kalian berdua."

"Tahu gitu gue pesen es jeruk." Gumam Vivi.

Mira tersenyum-senyum, ia menyikut lengan Vivi, "Kalian berdua udah ditakdirin."

"Takdirin apanya?" Vivi menyendok bubur ayam kemudian ia masukkan ke dalam mulutnya.

Ia tidak sempat sarapan di rumah karena ia buru-buru harus berangkat ke sekolah agar tidak terlambat. Kebetulan Mira juga belum sarapan, jadi mereka berdua ijin ke kamar mandi dan berujung makan bubur ayam depan sekolah.

"Pak, buburnya satu sama dua anak kelas 12 yang bolos di jam pertama."

Tubuh Vivi dan Mira seketika menegang, mereka secara kompak menoleh ke samping kanan dan mendapati guru bahasa Indonesia mereka berdiri di samping mereka sambil memberikan tatapan tajam.

"Bu Astuti." Vivi tersenyum kikuk, ia meletakkan sendok di dalam mangkuknya. "Ayo bu sarapan bareng. Mira yang bayarin."

Mira tersenyum palsu, ia mengangkat jempolnya ke atas, "Iya, bu."

"Hitungan 10, gak masuk kelas. Saya gundulin kalian berdua." Tegas bu Astuti lalu berjalan masuk ke dalam gerbang. "Satu!"

Mira dan Vivi buru-buru menghabiskan bubur mereka masing-masing, untungnya mereka tidak perlu mengunyah jadi mereka langsung menelan. Sentuhan terakhir, mereka tidak melupakan untuk meminum teh hangat mereka untuk mendorong bubur mereka yang masih menyangkut di tenggorokan.

"Makasih, bang." Ucap Vivi kemudian berlari menyusul bu Astuti.

"Tengkyu, bang." Mira mengikuti Vivi dari belakang.

KatarsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang