Vivi mengerjapkan kelopak matanya, ia menatap dinding kamarnya. Vivi menoleh saat merasakan cahaya matahari menerobos masuk dari celah-celah jendela. Benaknya bertanya-tanya, kenapa matahari masih saja bersinar sangat terik setelah melewati malam yang panjang?
"Vi, bangun."
Vivi menarik selimut sampai menutupi kepalanya, bukannya langsung bangun tapi ia malah semakin menyamankan tubuhnya.
Ibunya berjalan menghampiri Vivi dan duduk di tepi kasurnya Vivi. Tangannya menarik selimutnya Vivi perlahan. "Kamu masih hidup?"
"Gak."
Ibunya menghela napas panjang, "Belum siap buat berangkat ke sekolah."
Vivi menggeleng pelan, "Belum."
"Mau di rumah sehari lagi?"
"Enggak."
Vivi memang sempat meliburkan diri dari sekolah dengan alasan sakit. Yah, walaupun yang sakit bukan secara fisik, tapi tetap saja jiwanya sedang sakit dan ia butuh istirahat selama dua hari.
"Mau mobil baru?"
Vivi menatap ibunya, bagaimana mungkin ibunya membelikan mobil baru dengan keuangan yang pas-pasan seperti ini. "Kita gak punya uang buat beli mobil baru, bu."
Ibunya tertawa kecil, "Sekarang kamu mau berangkat sekolah apa enggak?"
"Aku gak tahu."
"Bangun trus mandi, udah jam 6."
"Iya." Vivi menyibakkan selimutnya, ia berjalan keluar dari kamarnya untuk menuju kamar mandi.
Saktia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat adiknya yang seperti mayat hidup semenjak kejadian makan malam dengan Chika yang gagal. Saktia memaklumi kalau Vivi seperti kehilangan gairah hidup, tapi keputusan Vivi untuk menjauh sepertinya ada sisi baiknya juga.
"Apa semua bakal baik-baik aja?" Tanya ibunya.
Saktia mengangkat kedua bahunya ke atas, "Aku gak tahu."
"Apa yang harus dilakuin biar dia kayak dulu lagi?"
"Gak tahu."
Ibunya menghela napas kasar, ia menatap malas ke arah Saktia. "Gak tahu aja terus."
Saktia tertawa kecil, ia mengambil tempe goreng dan ia masukkan ke dalam mulutnya. "Emang aku gak tahu, buk."
Ibunya tidak lagi menanggapi ucapan Saktia, ia mengambil menyiapkan bekal untuk Vivi. Ia tidak tahu apakah hari ini Vivi akan les di GO atau tidak, mengingat Vivi dan Chika berada di tempat yang les yang sama, kemungkinan Vivi tidak ikut les. Walaupun begitu, ia tetap menyiapkan bekal untuk Vivi.
"Saktia!" Tegur ibunya saat melihat Saktia memasukkan tempe goreng ke dalam wadah berisi kecap manis.
Saktia mengerutkan keningnya, ia memasukkan tempe goreng berbalut kecap manis ke dalam mulutnya. "Kenapa?"
"Kamu jorok banget sih." Ibunya menarik wadah kecap jauh dari jangkauan Saktia.
"Enak kok." Jawab Saktia sambil tetap mengunyah tempe goreng manis itu.
Ibunya meletakkan bekal makanan di atas meja makan, ia menatap Saktia "Kamu hari ini kuliah, kan?"
Saktia menggeleng pelan, "Libur."
Ibunya memicingkan mata dan menatap tidak percaya kepada anak sulungnya itu. "Ini hari senin, jangan alesan buat bolos lagi."
"Aku baru bolos sekali di matkul ini, maksimal itu bolosnya tiga kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Katarsis
Teen FictionKetika takdir mengatakan 'tidak', apa yang akan mereka lakukan selanjutnya?