Satu bulan. Dua bulan. Tiga bulan. Empat bulan. Lima bulan. Waktu terus berjalan tanpa bisa dihentikan, begitu pula hubungan Vivi dan Chika yang semakin hari semakin membuat iri.
Vivi dan Chika menjalin hubungan yang sangat-amat sehat, mereka berdua sering belajar bersama atau pergi ke perpustakaan bersama. Tidak jarang Chika pergi ke rumahnya Vivi untuk belajar bersama atau bermain bersama Rara di kandang sapi.
Hubungan antara Vivi dan Chika sudah diketahui oleh Saktia dan Shani, bahkan ibunya Vivi sudah tahu kalau mereka berdua berpacaran. Vivi dan Chika sama sekali tidak mendapat penolakan dari ibunya Vivi, dari orang tuanya Chika juga sudah pasti mendapatkan ijin karena kakaknya Chika, Shani berpacaran dengan Gracia. Jadi tidak ada yang bisa menghentikan mereka berdua.
"Minggu depan UAS." Keluh Mira, ia mengaduk es jeruk dengan kesal.
Ara menusuk-nusuk bakso menggunakan garpunya, "Semester depan les."
"Try out. Ujian praktek. Simulasi ujian. Latihan ujian. Astaga, bayangin aja udah males." Vivi meletakkan kepalanya di atas meja.
Mira menghela napas panjang, ia menopang dagunya di atas meja, "Apes jadi anak kelas 12. Gak punya pacar buat penyemangat."
"Lo sama Chika gimana?" Tanya Ara.
"Sama-sama fokus buat belajar."
"Trus habis itu putus." Sindir Mira.
Vivi mendelik, ia menepuk tangan Mira sampai kepala Mira hampir terjatuh ke atas meja. "Kita belajar bareng, gak belajar sendiri-sendiri."
Mira mengangkat kedua bahunya ke atas, "Siapa tahu?"
Ara meletakkan kedua tangannya di atas meja, ia menatap Vivi, "Serius nih, semisal kalian berdua putus gimana?"
"Gak mungkin." Tegas Vivi, ia menusuk baksonya dengan kuat sampai menembus ke bagian bawah bakso.
"Semisal, Drun. Semisal." Ucap Ara.
Vivi menghela napas panjang, ia mendorong mangkuk baksonya ke depan, "Gak tahu. Selama ini gue cuma suka sama Chika, gak tahu gimana jadinya kalo putus."
Mira menegakkan tubuhnya, ia menepuk pundak Vivi, "Hei, kalian gak akan putus."
Ara mengangguk kecil, "Nyokap lo kan setuju, kakaknya Chika juga sama kayak elo. Udah pasti setuju lah."
Vivi menjentikkan jarinya, ia tersenyum lebar, "Maka dari itu gue yakin 100% gak ada masalah antara gue sama Chika."
Mira tertawa kecil, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Vivi memang sudah bercerita kalau kemungkinan besar hubungan antara Chika dan Vivi itu akan mulus dan mendapat banyak dukungan seperti hubungan kakaknya Chika. Sebagai teman, Mira hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Vivi dan Chika.
"Sapi lo gimana? Jadi dibeli?" Tanya Mira.
Vivi mengangguk, ia menarik kembali mangkok baksonya, "Nanti sore orangnya mau dateng, katanya mau beli dua."
"Wiiiih, lo jadi orang kaya beneran nih." Ucap Ara.
"Abis lulus SMA nanti lo ngembangin ternak sapi aja, kalo perlu lo kuliah dipeternakan." Saran Mira.
"Ambil jurusan peternakan aja, lo bisa ngembangin ternak lo itu." Imbuh Ara.
Vivi menusuk baksonya, ia menggigit kecil sambil menganggukkan kepalanya, "Gue juga udah bahas itu sama nyokap gue."
Mira menoleh, "Nyokap lo pasti setuju."
"Ya, soalnya kalo bukan gue yang ngurus sapi, siapa lagi?" Tanya Vivi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katarsis
Teen FictionKetika takdir mengatakan 'tidak', apa yang akan mereka lakukan selanjutnya?