8.

999 164 18
                                    

"Bu, Vivi belum pulang?" Tanya Saktia sambil menutup pintu kamarnya dan berjalan menghampiri ibunya di dapur.

Ibunya menggeleng, "Masih di kandang, orang yang beli sapi kan dateng sore tadi."

Saktia menghela napas panjang, ia melirik jam tangan di tangan kirinya, "Sekarang udah jam 6, dia diundang makan malam jam 7 di rumahnya Chika."

"Kamu jemput sana, suruh siap-siap, biar gak telat."

"Iya-iya." Saktia meraih kunci mobil lalu berjalan keluar dari rumahnya.

Sejak pulang sekolah tadi Vivi sudah bercerita panjang lebar kalau nanti jam 7 malam Vivi akan makan malam bersama keluarganya Chika. Siapa yang tidak senang mendengar kabar itu? Sudah pasti ibunya Vivi mendukung penuh hubungan antara Chika dan Vivi.

Saktia melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah menuju tempat dimana Vivi berada. Jarak antara rumah mereka dengan kandang memang sedikit jauh, untuk meminimalisir bau dari kandang sapi supaya tidak sampai ke rumah mereka.

Hanya perlu waktu 15 menit saja dan Saktia sudah sampai di kandang ternak sapi. Ia melihat sebuah truk yang mengangkut dua sapi besar-besar, disana ia juga melihat Vivi dan mas Samsul sedang berbicara dengan seorang bapak-bapak.

"Ini ceknya." Ucap bapak itu sambil memberikan selembar kertas kepada Vivi.

Vivi menerima kertas itu, ia mengangguk kecil, "Makasih, pak."

Bapak itu berjabat tangan dengan Vivi, ia menepuk pundak Vivi. "Kamu persis kayak bapakmu."

Vivi tertawa kecil, "Namanya juga anaknya, pak."

"Ya sudah, kalau begitu saya pergi dulu. Tahun depan saya kesini lagi." Ucap bapak itu kemudian berjalan pergi meninggalkan Vivi dan mas Samsul.

Vivi melambaikan tangannya, ia tersenyum lebar, "Hati-hati dijalan, pak."

Saktia berjalan menghampiri Vivi, "Dek!"

Vivi menoleh, ia tersenyum tipis, "Kak Saktia, sapinya udah dibeli."

"Tahu, tadi juga lihat."

Vivi menatap ke arah mas Samsul, "Besok pagi gak usah cari sapi, gue ada rencana mau besarin kandangnya dulu baru cari sapi."

"Siap, besok gue cari tukang dulu."

Vivi mengangguk, "Gue dateng pagi-pagi buat ngasih gambaran."

"Oke."

"Dek." Saktia menarik lengan baju Vivi agar menatap ke arahnya. "Jam 7 lo ada makan malam sama Chika."

"Tahu." Vivi memasukkan kertas cek itu ke dalam dompetnya.

"Trus kenapa belum pulang?"

"Masih ada satu jam, kak. Buru-buru juga ngapain?"

Saktia mengusap kasar wajahnya, ia menarik tangan Vivi. "Ayo balik, lu belum mandi sama siap-siap."

"Iya-iya." Vivi berjalan di samping Saktia, ia menoleh ke arah mas Samsul lalu melambaikan tangannya. "Sampai ketemu besok, mas."

Tidak mungkin Vivi bisa melupakan jadwal dimana ia akan bersama-sama dengan keluarganya Chika. Selama ini, belum pernah berkunjung ke rumahnya Chika, jadi ini akan menjadi kunjungan yang paling menakjubkan dalam hidupnya. Ia benar-benar menanti saat hari ini tiba.

"Dek, lo itu mau makan malam sama calon mertua." Ucap Saktia sambil menyalakan mesin mobilnya.

Vivi menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, ia menoleh ke luar jendela. "Apa bedanya sama makan malem biasa?"

KatarsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang