Mira duduk di sebelah Vivi, ia mengeluarkan sebuah minuman kaleng yang tadi sempat ia beli di minimarket lalu ia berikan kepada Vivi.
Vivi menerima minuman kaleng itu, tapi ia tidak langsung meminumnya dan hanya menatap minuman kaleng itu genggaman kedua tangannya.
Mira menghela napas panjang, ia mengambil minuman kaleng itu, menarik penutupnya lalu kembali ia berikan kepada Vivi. "Minum dulu."
Vivi mengangguk, ia meminum minuman kaleng itu sambil kepalanya mendongak ke atas. Ia memejamkan matanya dan meneguk minuman itu dengan cepat. Setetes minuman menetes keluar dari mulutnya, ia tetap mengangkat minuman kaleng itu tinggi-tinggi walaupun minuman itu menetes keluar dari mulutnya.
Mira melepaskan jaketnya dan ia sampirkan ke punggung Vivi. Tanpa diberi tahu pun ia sudah tahu kalau Vivi mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Mungkin apa yang ia bicarakan saat di kantin tadi menjadi kenyataan. Vivi putus dengan Chika.
Vivi menurunkan tangannya, ia menjatuhkan minuman kaleng ke bawah begitu saja. "Masih ujan."
"Hei, lo bisa ngelewatin ini." Ucap Mira.
"6 bulan gue mengagumi dari jauh, trus pacaran karena hal sepele. 6 bulan pacaran dan sekarang putus." Vivi menoleh, ia menyentuh dadanya. "Sakit, Mir."
"Gue tahu."
Vivi menggeleng, ia menepuk dadanya beberapa kali. "Lo gak tahu, Mir. Lo gak tahu gimana rasanya."
"Gue tahu."
Vivi menoleh, ia menggoyang-goyangkan lengan Mira. "Lo gak tahu, Mir."
"Gue tahu."
Vivi menjatuhkan keningnya di pundak Mira, "Rasanya gue dimainin. 12 bulan yang sia-sia. Gue korbanin waktu, tenaga, perasaan, uang, tapi ini yang gue dapetin. Diremehkan."
Mira mengangguk, "Jadi lo gak sempet makan di sana?"
"Gak selera."
"Mereka ngasih apa?"
Vivi menegakkan tubuhnya, ia mengerutkan keningnya. "Pasta Olio atau apalah, kak Shani punya restoran Italia."
"Pasta Aglio e Olio." Ucap seseorang yang duduk di halte yang sama dengan Vivi.
Vivi menoleh, alisnya naik ke atas satu, "Hah?"
Perempuan itu membalik buku yang tengah ia baca, "Pasta Aglio e Olio, dari restoran yang bernama Noi, pemilik restoran itu namanya Shani Indira."
Mira ikut menoleh, "Mbak tahu restoran itu?"
"Saya mengenal pemiliknya." Perempuan itu menutup bukunya, ia tersenyum ke arah Vivi dan Mira. Tangan kanannya terulur ke samping. "Namaku Viny."
Mira menjabat tangan Viny, "Kak Viny temennya kak Shani?"
"Iya."
"Kak Viny juga kenal Chika?" Tanya Vivi sambil menjabat tangan Viny dengan erat.
Viny menyimpan buku ke dalam tasnya, ia mengangguk kecil, "Beberapa kali aku ketemu Chika sebelum akhirnya Chika pindah ke sini."
"Oh gitu." Gumam Vivi.
Viny menoleh,"Kalian penasaran sama Pasta Aglio e Olio?"
Vivi dan Mira menganggukkan kepala mereka secara bersamaan, "Iya, kak."
Viny tersenyum ia mengeluarkan ponselnya dan langsung menelfon seseorang. Vivi tidak menyangka bisa bertemu dengan temannya Shani yang baik hati seperti orang ini. Mungkin sekarang perempuan ini sedang memesankan pasta yang enak itu untuk dirinya dan Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katarsis
Teen FictionKetika takdir mengatakan 'tidak', apa yang akan mereka lakukan selanjutnya?