02. Negosiasi

136 34 7
                                    

Entah bagaimana lelaki yang aku kenal sebagai papanya Kayla sudah berada di hadapanku. Dia tengah menyesap teh khas Jepang dan terfokus betul pada minuman yang disesapnya.

Kini, kami berdua sedang berada di kantin kantor tempatku bekerja. Coba pikirkan, bagaimana bisa lelaki ini tahu tempat kerjaku?

Tadi, saat bel makan siang berbunyi, rekan kerjaku menghampiriku dan mengatakan ada seorang lelaki yang ingin bertemu denganku.

Aku segera terburu - buru ke kantin dan sesampainya di kantin aku melihat lelaki dengan setelan rapi melambaikan tangannya dengan malas padaku. Aku tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan lelaki ini, papanya Kayla.

"Bagaimana?"

Apanya yang bagaimana wahai bapak anak satu yang tampan? Apa maksudnya sih?

"Maaf, tapi sebelumnya apa maksud kedatangan bapak ke tempat kerja saya? Bagaimana bapak bisa tau?"

"Apapun untuk Kayla akan saya lakukan. Sekalipun itu akan mengganggu privasi orang lain."

Mengesalkan sekali. Lelaki dihadapanku ini berucap dengan nada tenang dan pembawaannya yang tegas. Sangat memungkinkan tatapan orang - orang akan terpusat pada eksistensinya di kantin kantor yang cukup lengang siang ini.

"Bukankah Anda mengatakan akan bertemu dengan Kayla lagi hari ini?"

"Apa bapak tidak memikirkan dampak yang akan terjadi selanjutnya? Pasti Kayla ingin terus bertemu saya lagi nantinya. Semantara itu, saya tidak akan berurusan lagi dengan bapak. Bujuk saja sendiri anak bapak!"

"Cih. Percaya diri sekali bahwa Kayla ingin terus menemui Anda,"

Aku memutar bola mataku malas. Cukup hari kemarin saja yang melelahkan bagiku. Tolong, jangan sertakan juga hari ini.

Helaan nafas terdengar. Sementara, aku mencoba menggigit bagian dalam pipiku. Menahan emosi.

"Begini, mari kita bicarakan baik - baik. Semalam suntuk Kayla tidak bisa tidur, tidur pun sangat gelisah dan tidak bisa sepenuhnya terlelap. Dia terus memanggil - manggil 'Kakak Mama' dan tak ingin berinteraksi dengan saya."

Aku hanya menyimak dan mencoba memahami betapa banyak yang harus dilakukan untuk menjadi orang tua yang baik dan perhatian.

"Saya tidak tau harus berbuat apa, pak. Saya tidak bisa dekat dengan anak - anak."

"Temui saja anak saya kalau begitu!"

"Atas dasar apa saya harus menemui anak bapak?!"

"Anda ini wah..."

Lelaki di hadapanku memalingkan wajahnya dan mengamati sekitar.

"Dengar, saya ini cucu pemilik perusahaan ini. Cucu bapak Wiryawan,"

Gue ngga peduli, seriusan.

"Saya Surendra Bagus Wiryawan. Panggil saja Rendra, seperti yang sudah saya katakan bahwa saya ini cucu bapak Wiryawan alias pemilik dan pemimpin tertinggi di perusahaan ini. Itulah mengapa saya bisa tau tentang tempat kerja Anda. Saya meminta seorang kenalan saya yang bekerja dalam perusahaan ini untuk mencari tau tentang Anda, Ayna Bening Rahayu? Benar kan?"

"Bapak telah melanggar privasi saya dan mengakses data pribadi saya di perusahaan ini. Kenapa juga saya harus membantu Anda?"

"Anda ini pasti tidak pernah menghargai usaha orang tua. Saya sudah bersusah payah mencari tau tentang Anda demi ketenangan hidup putri saya tapi Anda sendiri sama sekali tidak bisa diajak bekerja sama. Anda sudah cukup mengenal saya bukan? Maka Anda harus membantu saya."

𝑼𝒏𝒆𝒙𝒑𝒆𝒄𝒕𝒆𝒅 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆𝒔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang