Aku duduk dengan tak nyaman dan terus mencoba fokus mengerjakan tugasku. Aku sudah memakai 'penampung' itu agar tamu bulananku tidak berceceran kemana - mana.
Hanya saja, jas milik Rendra masih memeluk pinggangku dengan erat karena bercak darahnya tak mau hilang meskipun sudah berkali - kali ku bersihkan.
Bukannya bersih dari noda, kini rok milikku malah basah kuyup dan membuatku tak nyaman.
Mau tak mau.
Aku masih butuh jas milik Rendra untuk menutupi noda itu. Berarti besok aku masih harus berurusan dengan lelaki itu. Padahal rencana awalnya, aku dan dia tidak akan berurusan lagi seterusnya.
Semesta tengah bermain - main dengan kesabaranku rupanya.
---
Aku tengah fokus mengerjakan laporan yang akhir minggu ini harus segera aku berikan pada atasanku.
Tapi, fokusku buyar karena pengumuman dari pusat informasi yang diumumkan menyeluruh ke setiap ruangan di kantor ini. Menyebabkan banyak orang langsung menghentikan pekerjaan mereka dan suasana seketika hening.
"Panggilan untuk ibu Ayna Bening Rahayu bagian pemasaran untuk segera ke ruangan pimpinan. Terima kasih."
Di kantor ini, sebutan pimpinan hanya ditujukan untuk pak Wiryawan. Pemilik dan pemimpin tertinggi perusahaan ini.
Semua orang menatapku. Kepala bagian pemasaran juga menghampiriku dan berkacak pinggang.
"Ayna! Tadi juga ada panggilan lewat telepon di ruangan saya. Kamu harus segera ke ruangan pak Wiryawan. Kamu ngga buat ulah apa - apa kan, Ay?"
"Ngga kok bu. Saya ke atas dulu ya, bu. Permisi."
"Iya - iya sana. Segera temui beliau."
Aku segera berlari dan menuju lantai 10. Gedung ini memiliki 15 lantai. Namun, lantai 11 hingga lantai 15 adalah area pribadi pak Wiryawan dan keluarganya.
Mau tak mau.
Aku harus menemui pak Wiryawan untuk kedua kalinya. Pertama kali aku bertemu dengan pak Wiryawan adalah saat wawancara kerja. Beliau sangat baik dan bijaksana. Tegas hanya pada mereka yang memang perlu dipertegas. Selebihnya, beliau selalu bertutur lembut dan tenang.
Aku mengetuk pintu yang sama tebalnya dengan tubuhku. Perlindungan khusus untuk keamanan pemilik dan pemimpin perusahaan.
Pintu terbuka dan aku langsung saja melangkah masuk.
Pak Wiryawan terduduk di kursi kebesarannya dan menghadap jendela kaca yang mengepung ruangan ini.
"Demi Kayla, saya jadi harus memerlakukanmu dengan istimewa. Merepotkan saja. Saya jadi harus meminta bantuan pada kakek padahal sebelumnya saya selalu enggan meminta bantuan pada beliau."
Ternyata itu Rendra. Memangnya aku peduli? Tamu bulananku lah yang harus aku cemaskan. Tidak berceceran kan sedari tadi? Haduuuh.
"Ayo! Kita jemput Kayla sekarang!"
Mau tak mau.
"Tapi, barang - barang saya masih ada di meja kerja saya."
"Kenapa tadi tidak sekalian dibawa?!"
"Mana saya tau ternyata pengumuman itu dari bap-, dari k-kamu."
"Kenapa sih? Merepotkan setiap waktu. Ambil dulu barangmu. Itu, kenapa jasku masih terikat di pinggangmu? Enggan dilepas ya?"
"Saya masih butuh ini untuk menutup noda di rok saya."
"Jas mahal milik saya harus dipakai untuk menutup noda milikmu itu, hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑼𝒏𝒆𝒙𝒑𝒆𝒄𝒕𝒆𝒅 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆𝒔
FanfictionPerubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup Ayna setelah bertemu dengan gadis kecil bernama Kayla yang terus memanggilnya dengan sebutan Mama. --- Ayna hanyalah pegawai kantor pada umumnya. Mencoba bertahan hidup sendiri dan jauh dari keluarga, aya...