10. Rendra: Hanya Ayna

98 14 15
                                    

Ayna masih terdiam sedari tadi. Sudah satu jam mobil ini memutari kota, tapi wanita di sampingku ini seakan mengunci mulutnya dan membuang kuncinya entah kemana.

Pertengkaran tidak jelas seperti tadi sudah sering terjadi di antara kami bahkan Kayla sering menjadi saksi perdebatan kami dan hanya tersenyum girang sambil berkata, "Muka papa lucu."

Kemudian perhatian Ayna akan tertuju sepenuhnya pada Kayla dan berlalu meninggalkanku sambil membawa Kayla bersamanya.

"Rendra."

Wanita ini jika bicara kenapa selalu setengah-setengah?

"Hm." Jawabku seadanya.

"Kamu tau kita mau kemana?"

"Jangan tanya aku, Ayna. Kamu sendiri ingin pergi kemana?"

Kenapa jadi tebak-tebakan begini?

"Ayna? Kamu tidak tau tujuanmu kemana?"

"Ya menurutmu saja."

Ketus sekali.

Aku langsung memutar kemudi dan segera menuju butik langganan keluargaku sebelum kami berkeliling kota tujuh kali lagi dan matahari mulai terbit. Wanita di sebelahku tidak bisa diajak bekerja sama.

Setelah aku dan Ayna membeli apa yang kami butuhkan, aku segera menyeretnya kembali ke apartemen sebab dia terus-terusan ingin pulang ke rumahnya. Aku tidak bisa membuang banyak waktu hanya untuk bolak-balik mengantarnya ketika aku juga harus menyiapkan banyak hal untuk Kayla. Entah sejak kapan rasanya aku punya dua anak perempuan.

Aku tidur sebentar di kamarku dan Ayna di kamar Kayla.



Saat aku bangun di pagi hari, apartemenku sudah ramai oleh orang-orang yang aku kenal. Ayna pun pasti mengenal mereka. Ada ibuku, Kak Serena dan Abun bersama dua keponakanku. Lalu ada Dirga, Aya, dan juga Johan.

"Eh baru bangun, Masren." Hanya ada satu orang yang memanggilku dengan sebutan itu. Aku hanya mengangguk pada Dirga.

Setelah bangun tadi aku sudah mencuci muka dan sikat gigi jadi aku langsung bergabung dengan yang lainnya di dapur.

Dari jauh, aku sempat melihat ibu dan Ayna mengobrol dengan santai. Sebelumnya, mereka berdua sesekali tertawa sampai akhirnya Ayna berlalu pergi saat aku tiba di dapur. Agak aneh melihat ibu sangat dekat dengan Ayna sampai aku sadar saat aku keluar kota mereka berdua pasti sudah sering bertemu dan mengobrol.

"Gini baru namanya rumah, Ren. Biasanya sepi bikin ibu makin malas mampir." Ucap ibu sambil mencium kedua pipiku.

"Iya, bu." Balasku seadanya.

"Ayna mana?"

Aku pasti akan mendengar suara jangkrik jika saat ini adalah malam hari. Namun, sekarang masih pagi dan aku yakin seketika ruangan ini jadi sunyi.

Aku mendengar tawa Johan dan Dirga yang tertahan.

Ibu tersenyum tipis dan menepuk pundakku. "Di kamar Kayla. Samperin aja, Ren."



Aku melangkahkan kakiku menuju kamar Kayla dan langsung dihadapkan dengan Kayla yang mencoba menutup resleting dress seorang wanita yang punggungnya seputih susu. Maksudku...ah sudahlah.

Aku terpaku di tempat. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sungguh, itu---Ayna?

"Papa, bantuin mama dong. Kayla mau ketemu Aya di luar."

"Aa--iya, Kay."

Entah apa yang aku pikirkan saat ini. Sementara Kayla dengan santai keluar dari kamar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝑼𝒏𝒆𝒙𝒑𝒆𝒄𝒕𝒆𝒅 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆𝒔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang