09. Rendra: Tentang Ayna

106 12 8
                                    

Selamat datang kembali.
Siap dengan kelanjutan Rendra-Ayna?
Let me present you, Rendra's PoV.

***

Sebelumnya...

"Pa? Liat pa! Itu liat. Itu mama Kayla kan?"

Aku dan Kayla sudah berada di dalam mobil. Bersiap untuk pulang ke apartemenku.

Namun, semua kegiatan itu harus tertunda karena untuk kedua kalinya Kayla kembali memanggil Mama dari kejauhan pada wanita yang datang menjemput Aya. Berdasarkan pengamatanku selama ini Aya adalah teman Kayla.

Hari ini adalah kali kedua Kayla memanggil Mama pada wanita asing yang tidak aku kenali. Aku hanya kenal dengan Johan yang mana adalah kakaknya Aya yang saat itu berada di mobil yang sama dengan mobil yang dinaiki wanita asing itu.

Aku dan Johan berkenalan karena sering bertemu saat Aya bermain dengan Kayla di TK atau saat Aya datang untuk bermain bersama Kayla di apartemen.

Aku tidak tahu apakah wanita itu adalah kakaknya Johan, kakak iparnya Johan, kekasihnya Johan, atau malah istrinya Johan.

Dari yang aku tahu, Johan adalah guru di salah satu sekolah seni. Disana, Johan adalah pengajar alat musik piano.

Sekolah seni tempat Johan mengajar adalah sekolah yang sama dengan tempat mengajar sepupuku, Dirga. Dirga adalah pengajar alat musik drum.

Dari Dirga, aku jadi lebih tahu tentang Johan yang belum menikah dan saat ini masih berkencan dengan seorang gadis yang bekerja sebagai guru di sekolah dasar yang masih satu kota dengannya.

Aku tidak tahu kenapa Dirga mengetahui banyak hal seperti itu, tapi yang jelas wanita asing itu bukan kekasih apalagi istrinya Johan.

Lantas, siapa wanita itu?

"Kayla turun ya, pa?"

"Besok aja ya, Kay. Kita pulang dulu. Udah waktunya makan siang."

"Oke deh, tapi janji ya besok?"

Kayla menunjukkan jari kelingkingnya yang mungil. Manis sekali putriku.

"Janji. Besok ya, nak."

Aku menautkan jari kelingkingku dengan miliknya. Lalu, mengelus lembut rambutnya yang sudah mulai panjang.

"Oke, pa."

Aku tidak tahu, apakah wanita itu akan datang lagi ke TK atau tidak.




Entah sudah berapa lama sejak aku berjanji dengan Kayla bahwa dia akan bertemu dengan wanita asing yang terus dipanggilnya Mama.

Sayangnya, sampai sekarang wanita itu tidak menampakkan dirinya lagi di TK.

Aku tidak tahu kenapa Kayla baru memanggil Mama pada wanita itu.

Aku tidak pernah mengenalkan mamanya Kayla yang sebenarnya. Selama lima tahun, Kayla juga tidak pernah menanyakan keberadaan mamanya.

Aku memang belum siap jika waktu itu akan tiba. Aku belum tahu harus mengatakan apa pada Kayla tentang mamanya.

Namun, aku lebih tidak siap dengan situasi ini. Saat Kayla akan memanggil orang lain dengan sebutan Mama. Seharusnya jika Kayla memang merindukan mamanya atau ingin tahu dimana mamanya, dia pasti sudah memanggil wanita-wanita di dekatku dengan sebutan Mama.

Sayangnya, kenapa baru sekarang? Kenapa disaat aku sudah cukup yakin bahwa Kayla tidak akan bertanya apa-apa padaku tentang mamanya?

Kayla yang sebelumnya sudah minim bicara dan berekspresi menjadi semakin murung. Dia bahkan terlihat seperti tak merasakan apapun. Sikapnya membuatku khawatir.

𝑼𝒏𝒆𝒙𝒑𝒆𝒄𝒕𝒆𝒅 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆𝒔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang