DEKLARASI

63 4 0
                                    

Awal mula kebebasan datangnya dari pengekangan, tanpa dikekang terlebih dahulu maka kebebasan tidak akan ada artinya. Hari itu dunia sedang gencar dengan adu tembak, setiap ujung mereka ciptakan dengan pertumpahan.

Aku yang waktu itu masih di bawah pengawasan salah satu militer angkatan darat, ayahku, masih terheran heran, sedang terjadi apa dengan kehidupan ini.

Di umurku yang masih belum remaja, saat umur 12 tahun itu aku melihat banyak teman temanku yang berduka setiap harinya aku tak paham dengan semua kejadian ini.

Apa sumber masalah ini bisa terjadi, dimana letak kegagalan dunia yang belum diperbaiki.

***

Setiap pagi ayahku selalu berangkat kerja, dengan perlengkapan yang sama, kendaraan yang sama supra jadul kepunyaan kakekku, ya seperti biasanya. Namun hari itu iya meminta izin kepada ibu negara, ibuku, karena dia tidak akan pulang dalam beberapa minggu kedepan.

Tidak seperti biasanya sebelum berangkat ayah berpesan kepadaku "Jaga ibu baik baik, untuk beberapa hari kedepan ayah tidak akan menjaga kalian, dan biasakanlah" Sambil mengusap rambutku.

Ku termenung mencoba mencerna kata katanya.

"Siap!" jawabku dengan lugu dan penuh kepolosan

Seperti biasa, aku salam, ibu salam dan memeluk ibu, rasa rasanya seperti tak akan bertemu lagi

Tak berselang lama ayah menyalakan kendaraannya, "Cksss" "Brmm" "Brmm" ia menjalankan kendaraannya

"Dadah ayah hati hati dijalan" Ucapku selamat jalan, ayah hanya melambaikan tangannya

suaranya makin menjauh makin menghilang.

Setelah itu ku nyalakan televisi, dengan berita yang sama seperti kemarin, huru hara di kota huru hara di segala penjuru dunia, ku lihat banyak orang  bersedih, merana, kenapa mereka, ada apa ini.

"Nak sarapan" Panggil ibu teriak di dapur,

"iya bu sebentar..." jawab ku sambil mematikan televisi

Ku pergi ke dapur menyantap makanan ibu yang sangat lezat, ya hanya telur dadar dan ikan, tetapi entah kenapa makanan ibu selalu nikmat dilidah.

Aku yang biasanya setelah sarapan pergi sekolah, ku diam di rumah, karena beberapa sekolah di tutup termasuk sekolahku.

Karena terdapat banyak demonstran yang berkeliaran membabi buta di daerah sana.

Menjelang malam, ayahku tak pulang ternyata apa yang ia katakan benar ia takkan pulang

"Ibuu ayah kemana kok belum pulang?" Tanyaku polos,

"Ayahmu sedang bekerja nak" jawab ibu,

"Bukannya ayah selalu pulang malam ya?" Ku kembali bertanya,

"Kamu tidak ingat pesan ayah tadi pagi?, ayah akan pulang minggu depan" Jawab ibu dengan sabar

"hehe iya ya aku lupa bu" balasku cengengesan

***

Langit sudah mulai menggelap, lampu lampu dinyalakan, sebelum tidur aku baca doa terlebih dahulu dan berharap agar hari esok akan baik baik saja

Seminggu kemudian...

Ayah tak kunjung pulang, aku mengulangi pertanyaan yang sama kepada ibuku

"ayah kemana, kok belum pulang?"

Ibuku menjawab "Ayah janji akan pulang hari ini"

Entah hari ini yang mana yang ibu maksud tapi yang aku tau ayahku pasti menepati janjinya karena dia adalah seorang kstaria.

Tidak seperti biasanya hari itu suasananya sangat beda dengan hari lainnya, ku pergi ke warung untuk membeli bawang merah dan cabe untuk bahan makanan favoritku dan ayahku, telur dadar, karena saat itu ayahku akan pulang.

Aku melewati rumah yang dimana pemilik rumah tersebut adalah temanku yang ayahnya seorang tentara juga, sangat ramai orang disana entah menunggu siapa, aku kira hanya kumpul keluarga biasa, tapi aku heran karena rumah itu sebelumnya tak pernah ramai

Tapi aku tak mempedulikan hal itu, aku pergi ke warung karena tak sabar mau pulang menemui ayahku

***

Sesampainya di rumah kembali, ku tak melihat motor ayah, suara nafasnya pun tak ku dengar, saat ku masuk rumah ibuku tak ada, akupun menyimpan belanjaan di atas meja, dan pergi menonton Televisi

"28 orang Tentara tertembak oleh senjata api, diduga para pelaku adalah seorang mahasiswa demonstran yang unjuk rasa atas diruntuhkannya pemerintahan oleh kemiliteran, pelaku mengambil senjata api saat salah seorang tentara lengah dan di tusuk oleh pisau dari belakang"

Aku dengan terkejut menangis, mencari ibuku, langsung terlintas dipikiranku, apakah ayah selamat?

Ternyata ibu sedang berada di rumah temanku, rendi, yang ayahnya adalah seorang militer, yang rumahnya sedang penuh dengan keluarga besarnya

"IBUUU!! Lihat berita di Televisi buu 28 Tentara tertembak" Teriak ku histeris

Ibu termasuk semua keluarga rendi terdiam, mereka sepertinya sudah tau akan hal ini

"IBUU IBU DENGER AKU GA BUU"

"BERISIKK BAY!!" Rendi keluar dari rumahnya

"Ayahku sebentar lagi pulang, jangan berisik disini" jelas rendi sambil menangis

Ambulan tiba membawa mayat seorang militer, ayahnya rendi, semua keluarga menangis histeris melihat tubuh ayah rendi yang terkapar tak berdaya, dibawanya tubuh itu kedalam rumah rendi.

Ibu pun masuk ke dalam rumah rendi ikut menangis karena keluarga itulah yang paling dekat denganku dari aku masih belum lahir, dan sekarang orang yang paling berharga di keluarga itu telah pergi

Aku langsung teringat ayahku, ibu belum menjawab pertanyaanku, aku menangis masuk ke dalam rumah rendi, bukan untuk menangisi ayahnya tapi tangis ini untuk ayahku ya tak kunjung ada kabar

Kupanggil ibuku "IBUU!!!"

SENGSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang