01. PERGI

43 4 0
                                    

Waktu selalu berada di ujung sore, sebelum malam, jauh pergi dari siang. Ku berjalan pulang menuju rumah, berbarengan bersama ibuku yang baru saja menahan isak tangis karena kasus sebelumnya

Saat sampai rumah ku berharap Ayah pulang, dan semuanya kembali normal, kita hidup seperti biasa, aku sekolah, ayah bekerja dan tentu saja ibu mengurus rumah

***

"Abay cepat tidur, ayah akan pulang tengah malam nanti" suruh ibu

Aku yang sedari tadi menunggu ayah pulang, duduk di kursi sambil melihat televisi "Ibu apa ayah masih hidup?"

"Ayahmu masih hidup, ayahmu adalah ayah yang kuat, tak perlu khawatir" jawab ibu

Aku yang selalu melihat televisi tidak yakin bahwa ayah masih hidup, tapi ibu selalu meyakinkanku

"Ayo cepat sekarang tidur sudah hampir larut malam!" Suruh ibu dengan nada keras, mata lebar, dan tangan dipinggang

Aku takut ketika ibu telah bersikap seperti itu, akupun mematikan televisi dan langsung pergi ke kamar tidur

***

Tengah malam

Bulan sedang purnama

Ku terbangun mendengar suara berisik di luar kamar

Entah kenapa,suasana dikamar tidur ini semakin mencekam, aku baru ingat berita di televisi yang aku tonton tadi

"Ratusan komplotan pemberontak tadi sore menyerbu komplek militer dan menculik para keluarga militer yang sedang bertugas"

"Diduga penculikkan ini dilakukan agar para militer menyerahkan pemerintahan kepada orang yang berhak mengelolanya"

"Dan tidak dipungkiri penculikkan ini tak akan berhenti sebelum pihak yang dituju tidak melakukan tindakan yang diinginkan"

Sebelum aku keluar kamar, ku lihat di luar jendela ada banyak sekali orang yang mengendap ngendap membawa banyak mobil van dan..

"PLAK!!" Suara tamparan

Tanpa pikir panjang ku buka pintu kamar dan disana ibu sedang melawan kedua lelaki yang ingin membawa ibu

Melihat ibu di sandra ku pergi ke dapur, membawa pisau dan menusuk salah seorang dari mereka tepat di dadanya

"ABAY PERGII DARI SINII!!" Teriak ibu yang akan di bawa keluar oleh teman satunya lagi

Aku tak mempedulikan teriakan ibu, ku lari dan hendak menusuk orang yang membawa ibuku

Tapi sebelum sampai, kepalaku sudah di hantam oleh benda tumpul dari samping

***

Pagi hari

Saat ku terbangun aku langsung ingat malam itu dan mau mencari ibu

Tapi aku terheran heran

Aku terbangun bersama beberapa teman teman ku Rendi, Adit, dan Wili

Aku langsung membangunkan teman temanku

"ADIT!" "RENDI!" "WILI!" "BANGUNN!" Kita sedang di culik

Mereka terbangun dari tidurnya dan terheran heran

Lalu datang seorang pria tinggi putih yang umurnya sekitar 25 taunan masuk keruangan, karena mendengar kebisingan disini

"Diam kalian, jangan berisik, kalian aman disini" kata pria tersebut

"Perkenalkan namaku Brian, aku adalah seorang intel luar negeri yang sedang menyamar menjadi pemberontak, aku ditugaskan oleh atasan untuk menyelamatkan beberapa anak yang diculik, dan di larikan ke luar negeri"

"Konflik ini tak akan selesai dalam kurun waktu 10 tahun"

"Ini adalah perang sipil yang telah merenggut banyak nyawa"

"Kalian akan dilarikan keluar negeri dan dilatih disana"

"Kita disini sedang menunggu pesawat datang"

"Kita sedang berada di bandara pribadi milik Tuan Sam"

"Jadi tenang beberapa menit lagi pesawat akan sampai"

Penjelasan panjang dari pria tersebut sambil membukakan pintu menuju keluar

Kami berempat diam, tak ada yang berbicara sepatah katapun, hingga akhirnya Wili menangis karena yang dia ingat dia sedang tidur disamping ibunya, tapi dia bangun di tempat yang salah

Rendi yang panik memikirkan beberapa cara agar keluar dari sini, dan selamat dari tipuan pria itu

Adit, dia santai dan hanya pasrah kepada keadaan, karena dia dilatih untuk percaya kepada pencipta atas apapun yang terjadi

Aku, aku hanya berusaha menenangkan diri sendiri dan tidak memikirkan masalah baru ini, aku hanya berpikir

"Kapan ayah pulang?"

"Apa ibu berbohong?"

"Ibu sekarang dimana?"

Pertanyaan yang selalu ku ulang dalam pikiranku

***

Pesawat datang, Brian masuk kedalam ruanganku, namun disana Rendi telah menyiapkan sebuah Besi panjang yang tergeletak dibawah dan memukul kepala Brian

Dia langsung lari keluar dan pergi menjauh

Kami ingin menyusulnya tetapi kaki Aku dan Wili ditahan oleh tangan Brian

"Lepaskan! Lepaskan!" Ucapku sambil menendang kepalanya dengan kaki satunya

Hingga datang teman teman Brian dan dia langsung membawa kami, membawa paksa, masuk ke dalam pesawat

Disana kami disuruh untuk tenang dan jangan takut

Seperti biasa Adit hanya diam dan tak bilang apapun

Wili menangis

Dan aku?

Aku masih bertanya tanya

"Kapan ayah pulang?"

"Apa ibu berbohong?"

"Ibu sekarang dimana?"

Brian mendatangi kami dari kursi depan, kepala dia dibalut perban, mungkin dia lupa ingatan

"Siapa namamu?" Ku bertanya memastikan

"Brian, namaku Brian, jangan menanyakan hal bodoh"

Ternyata dia tidak hilang ingatan

"Kalian akan dibawa keluar dari negara hancur ini, yang harus kalian tau, bukan negara ini saja yang sedang ricuh"

"Beberapa negara di luar inipun mengalami hal yang sama" Tutur dia

"Ke-kemana ka-kalian mau memba-bawa kami?" Wili bertanya sambil tersedu sedu menahan tangis

SENGSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang