Tiap pagi, ia hanya sendirian. Berteman sepi, dan bersenandung kesunyian. Hal ini, menjadi rutinitas kewajibannya. Menghadap sang Esa, mengharapkan hari nanti bahagia.
Kebiasaan kali ini terpatahkan dengan pemandangan di hadapannya. Bagaimana tidak, satu angkatan teman sekolah SMA nya sudah berdiri dihadapan rumahnya.
Ini belum pagi, tapi SUBUH!!
Kania yang melihat itu hanya merasa heran. Baru kemarin mereka main kenapa kini sudah ada lagi? Bukannya Kania melarang, ini tidak seperti biasa. Mereka akan berkunjung ke rumah Kania hanya waktu kerja kelompok ataupun lebaran. Lagipula rumah Kania jaraknya sangat jauh dari rumah mereka. Sudah Kania bilang kan, kalau di desanya hanya dia remaja satu-satunya yang melanjutkan SMA?
"Kenapa kalian pagi-pagi sekali sudah kesini?" Tanya Kania heran.
"Kamu biarin kami diluar Kania? Kamu tega?" Deni bersuara dengan melankolis.
Mendengar itu, Kania hanya menggaruk kepalanya yang dilapisi jilbab.
"Ayo silahkan masuk!" Perintah Kania.
"ASSALAMU'ALAIKUM KANIA!" Mereka mengucapkan salam secara berbarengan.
"Waalaikumsalam!"
Kini rumah Kania sudah sangat penuh oleh teman satu angkatannya. Bukan satu kelas loh ya, SATU ANGKATAN!
"Kalian mau ngapain?" Tanya Kania semakin heran melihat mereka mengeluarkan satu persatu bekal yang dibawa.
Ada yang bawa nasi, lauk, sayur, bahkan kue.
"Kita mau sarapan bersama dong Kania!" Ucap gemas Edo.
"Saya nggak nyiapin apa-apa loh!" Ucap tak enak hati Kania.
"Nggak apa-apa Nia, ini kan acara buat kamu. Kamu siapin piring buat kamu sendiri aja!" Jelas Rara.
Ini bukan hanya sekedar sarapan, melainkan seperti makan siang.
"Eh Den, kamu bawa apa?" Tanya Edo penasaran.
"Bawa sambal terasi Mak Ijah lah!" Jawabnya dengan bangga.
Memang Mak Ijah(ibu Deni) terkenal dengan sambal terasinya.
"Bawa sambel doang?" Tanya Faizal menimpali.
"Nggak dong!"
"Lah, bawa apa lagi kamu?" Tanya Faizal sekali lagi. Pasalnya, yang dilihatnya Deni hanya membawa sambal saja.
"BAWA DIRI DONG!!" Dengan bangga dia menjawab pertanyaan faizal.
"HUUUUU"
Seruan tak terima dari teman-temannya pun terdengar. Sedangkan yang menjadi bahan ejekan hanya diam menikmati makanan enaknya.
Sungguh beruntung!
~~
"Harus banget sekarang ya Nia?" Tanya Rara kesekian kali.
Dengan penuh senyuman lembutnya Kania mengangguk.
"Kenapa nggak besok aja sih Nia?" Tanya Rara sekali lagi dengan sedih.
Melihat hal itu, Kania hanya menghela nafas.
"Jadi gini Ra, kalau semakin cepat saya kesana, saya bisa langsung cari kerja dan kalau beruntung saya langsung dapet. Kamu tau sendiri kan Ra, cari kerja di kota itu sulit? Saya cuma mau memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Dan saya disana harus segera cari tempat tinggal." Jelas Kania dengan lembut dan mencoba memberi pengertian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Rindu (Hiatus)
General FictionJujur, aku merindukannya. Sangat-sangat rindu terhadapnya. Baginya, aku adalah hujan. Disaat dia berjalan, dia akan singgah, atau justru ia menebus air untuk menuju tempat pulang.