Hayi diantar menuju ruang kesehatan oleh Sakusa yang ajaibnya masih menunggunya hingga urusan dengan para pengurus osis selesai.
"Apa yang mereka katakan," tanya Sakusa.
"Bukan apa-apa."
"Katakan."
"Bukan hal yang penting."
"Katakan padaku."
"Tidak akan."
Sakusa berhenti dan menoleh pada kakanya, menatapnya kesal.
Hayi hanya terdiam, ia tidak mungkin mengatakan ini pada siapa pun.
Sakusa akhirnya menyerah dan memutuskan mengantar gadis itu ke ruangan kesehatan dan meninggalkanya.
Sesampainya di ruang kesehatan ia bertemu dengan dua tirai yang tertutup, ia bisa menebak isinya merupakan dua bajingan tadi.
Hayi langsung ditangani oleh seorang siswi yang menjadi penanggung jawab disana.
"Kau harusnya menghubungiku, Hayi," ucap Sugawara, nadanya terdengar khawatir namun ekspresinya sangat serius.
Hayi tersenyum, yap ia tersenyum, hanya untuk Sugawara. Karena ia satu-satunya dari beberapa karakter lainnya yang terlihat normal.
"Aku tidak apa-apa Suga."
Suga menghela nafas, "aku tidak tahu kau bisa berkelahi."
Hayi terkekeh pelan, "lalu kau pikir jaket yang kukenakan ini hanya sebagai hiasan yang aku curi diam-diam dari club boxing?"
Suga lagi-lagi menghela nafas, tangannya terangkat untuk menyentuh sisi wajah gadis itu dengan hati-hati agar tidak melukai lukaa yang baru saja di obati.
Hayi terdiam, keduanya terdiam saling bertatapan.
Ibu jari Suga dengan lembut mengusap sebuah handiplas yang menutupi lukanya.
Hayi tersenyum dan mengusap-usap wajahnya pada telapak tangan hangat milik Sugawara.
"H-hayi..."
"Hmm?" Gadis itu hanya menggumam sembari menutup matanya menikmati sentuhan hangat Sugawara.
"Kenapa aku tidak menyadari kehadiranmu selama ini?"
Hayi terdiam, kedua matanya terbuka dan perlahan senyumannya memudar, tiba-tiba saja ia merasa grogi.
"Apa... maksudmu?" Tanya Hayi.
"Selama ini aku merasa keberadaanmu tidak terdeteksi olehku, kau tidak ada dimana-mana, hanya seorang gadis biasa, tapi–" Suga terhenti, ekspresinya menunjukan seperti ia sedanh merasakan kesakitan, "lihat kau sekarang, dihadapanku– kau ada dihadapanku–"
Suga terhenti dalam kata-katanya.
Sementara Hayi hanya bisa terdiam, tak tahu harus apa. Ia memandangi wajah Suga, pemuda itu terlihat sangat sedih, kenapa...?
"Jika kau lebih dulu muncul dihadapanku, Hayi," bisik Suga.
Hayi terdiam, "apa yang akan terjadi," gumamnya pelan.
Suga tersenyum lembut pandangannya beralih pada bibir proporsional dan kemerahan gadis dihadapannya. Terdapat luka dibibirnya, membuat pemuda itu menelan ludahnya kasar.
Hayi dibuat salah tingkah karena pemuda dihadapannya, gadis ini merasakan wajahnya mulai memanas.
Suga mendekat, membuat jantung Hayi semakin berpacu dengan cepat.
Pemuda itu menempatkan kecupannya pada dahi gadis itu dimana luka yang sudah dibalut berada, lalu beralih pada mata kirinya yang lebam, lalu batang hidungnya yang terluka, lalu luka-luka lain yang ada diwajahnya, lalu terakhir pemuda itu mengecup sudut bibir gadis itu dan kemudian tepat dibibir. Tidak lebih, hanya kecupan hangat dari Suga.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐞𝐫 𝐁𝐋'𝐬 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 🕊 hq !!
Fiksi Penggemar[BUKAN CERITA BL/YAOI] Kamu jatuh kedalam novel BL? warn ⚠️ - mature content 🍋 - explicit words - violence - harsh word - ooc - reverse harem - slightest!bl - straight! - hq x dom!oc - AU