Part 7

17.6K 2.1K 187
                                    



­"Ist, lama" ucap Mark yang langsung menerobos kamar mandi saat Jeno keluar.

Jeno yang sempat di tabrak Mark hanya mencibirkan bibirnya. Merasa kesal tapi ya sudahlah. Dia sadar jika dia malam ini hanya numpang tidur.

Jeno mendudukan dirinya di ranjang Mark, tangannya sibuk mengeringkan rambut dengan handuk yang ada di lehernya.

Tak sengaja matanya menatap ponsel Mark yang ternyata ada panggilan dari Jaemin. Jeno hanya tersenyum pasrah dengan kisah cintanya yang sepertinya akan menyakitkan.

Lagipula dia tidak ingin merusak hubungan kakaknya. Walaupun kadang dia tertingkah tidak sopan, namun dia tetap sangat menyayangi Mark. Jadi bagaimanapun dia harus menjadi adik yang berbakti.

"Kenapa aku harus memiliki selera yang sama dengan Mark hyung" lirih Jeno, "Dari milyaran orang di bumi, kenapa harus Jaemin??"

Jeno melempar handuk basahnya ke keranjang samping pintu. Kini dia mengambil gitar dan memainkannya. Rasanya malam ini dia ingin bernyanyi dan melepaskan kesedihannya.

Jika Jeno sedang melepaskan beban dengan bermain gitar, Mark kini sedang duduk di kamar mandi. Dia tidak mandi, hanya menulis beberapa lirik sambil mendengarkan gemericik air. Bahkan dia membuat sketsa wajah Haechan yang selalu terbayang di pikirannya.

"Kenapa begitu sulit mendekatimu?"

Mark tersenyum dengan hasil sketsanya. Terlihat manis walau hanya menggunakan pensil. Mark memang sengaja menyimpan beberapa kertas, pensil dan alat lain di laci kamar mandinya. Karena kadang Mark tiba-tiba saja dapat inspirasi di kamar mandi.

Jeno masih bermain gitar saat Mark selesai di kamar mandi, membiarkan Jeno dengan segala kegiatannya kini Mark mengambil ponselnya.

"Yak, kau tidak bilang jika ada panggilan" ucap Mark

"Itukan ponselmu, mana bisa aku mengangkat. Nanti aku melanggar privasi orang" balas Jeno

Mark kini duduk di kursi belajarnya. Menghidupkan laptop dan membuka beberapa buku.

"Hai Jaeminie. Kenapa menelpon malam-malam?" tanya Mark yang kini sedang bertelepon dengan Jaemin tentunya.

"Hyung, temani aku. Aku sendirian di rumah Appa sama Eomma pergi keluar kota" ucap Jaemin yang membuat Jeno membolakan mata, pasalnya Mark men-loundspeaker telponnya

"Berapa hari mereka pergi?"

"Tidak tau, aku kesepian. Lagipula kau bisa mengajariku beberapa materi kan. Kau tega aku kesepian"

Jeno menggelengkan kepala, mencoba menepis semua pikirannya. Mencoba menetralkan pikirannya. Mencoba membersihkan pikirannya, dan semuanya...... gagal.

Jeno hanya memijit kepalanya yang berdenyut, dia malah membayangkan apa yang Mark dan Jaemin lakukan jika mereka berdua. dan seketika itu wajah Jeno menjadi merah.

Sungguh, Jeno ingin menghantamkan kepalanya saat ini juga. Bagaimana bisa dia membayangkan hal begitu intim seperti itu.

"Baiklah, aku akan kerumahmu sekarang" ucap Mark yang berdiri dari duduknya dan berjalan menuju lemari untuk mencari jaket.

"Ah tidak jadi hyung, aku mengirim pesan ke Haechan tadi. Dan dia bilang dia bisa menemaniku"

Mendengar nama itu Mark tersenyum, "Aku akan kesana ya"

"TIDAK" teriak Jaemin, dan Mark reflek terkejut, "Aku tidak ingin kau menganggu malamku" ucap Jaemin sebelum mengakhiri panggilannya.

Jung Family (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang