6. Hadapi Kenyataan

7 1 0
                                    

Tidak terasa kini sudah 7 bulan Shasa kembali merantau, ketika dulu merantau untuk menuntut ilmu, kini ia beradu nasib mencari penghasilan. Beruntung lah ia yang mendapat pekerjaan sebagai admin keuangan di sebuah perusahaan besar.

"Hah bagaimana ya..apa aku tidak usah pulang ? Tapi kan aku di undang ..tidak baik jika tidak memenuhi undangan" gumam Shasa sambil melipat baju-bajunya yang ia angkat dari jemuran.

"Tapi bagaimana dengan hatiku. Aku tidak yakin mampu untuk melihat nya bersanding dengan perempuan lain, bagaimana ya Allah.." batin Shasa.

"Assalamu'alaikum Sha..aku pulang " ujar Zafa sambil membuka pintu kos.

"Waalaikumsalam ..cepet banget belanjanya Zaf..."

"Iya aku belanja secukupnya saja...gimana kamu jadi pulang naik bus apa naik kereta ?" Tanya Zafa.
"Eum aku masih bingung jadi pulang atau tidak Zaf..enak nya gimana ya menurut kamu ?"

"Loh kenapa ? Kita kan di kasih libur 3 hari. Kenapa gak jadi pulang ?" Tanya Zafa

"Nggak papa sih..em sebenarnya ada sesuatu yang membuatku berpikir bahwa lebih baik aku tidak usah pulang sekarang"
Jawab Shasa ragu.

"Ada apa ? Apa tentang undangan itu ? " Tanya Zafa . Shasa terdiam sambil memalingkan muka untuk menutupi rasa sedih nya.

"Sha..apa aku benar ? Kamu tidak ingin menghadiri pernikahan Ananta ?" Tanya Zafa lembut sambil duduk di kasur tepat di sebelah Shasa.

Melihat Shasa yang masih memalingkan muka tak mau menatapnya, membuat Zafa yakin bahwa tebakannya benar.

"Sha..kamu percaya bukan ...bahwa apa yang terjadi sesuai keinginan mu itu adalah petunjuk Allah. Dan apa yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan mu itu adalah bentuk penyelamatan dari Allah." Ujar Zafa sambil memeluk Shasa, yang kini air matanya kembali mengalir.

Suara Isakan tertahan kini mulai terdengar dari gadis ber gamis abu-abu itu.
Shasa membalas pelukan Zafa sambil menahan isakannya.

"Sha-Sha yak-kin banget Sama Allah Zaf. Tapi entahlah air matanya nggak mau berhenti mengalir, dada Shasa sesak, sakit sekali Zaf. Shasa iklas..tapi Shasa belum bisa lupa" ujar Shasa mengadu sambil sesekali tercekat karena isakannya.

"Sha..kamu harus yakin bahwa Allah akan ganti yang terbaik, yang tidak akan membuat hati Shasa sesak dan sakit. Yang mencintai Shasa karena Allah. Sekarang kamu jangan nangis ya..nggak baik kan nangisin calon suami orang. Doakan yang terbaik untuk mereka ya" ujar Zafa melepaskan pelukannya sambil menghapus air mata sahabatnya sekaligus teman satu kamar kos nya.

Shasa menghela nafas berulang ulang, untuk mengatasi rasa sesak di dadanya.
"Huh.. bismillah. Shasa harus bangkit . Jangan cengeng" ujar Shasa sambil berusaha tersenyum, yang justru terlihat sangat menyedihkan.

Zafa hanya tersenyum sedih melihat sahabatnya patah hati seperti itu lagi. Dulu ia baru-baru bertemu Shasa, ia pernah melihat yang lebih parah. Shasa yang menangis meraung-raung saat sakit hati karena rasa cinta nya pada Ananta yang tak bisa ia miliki. Hingga ada hal yang membuatnya kembali berharap tetapi dengan cara yang berbeda. Yaitu melangitkan namanya lewat doa.

Namun mau bagaimana lagi, memang bukannya sudah sama sama tau. Bahwa berharap kepada manusia adalah rasa kecewa yang paling di sengaja.

"Shasa akan pulang..hari ini..naik bis" ujar Shasa sambil menatap sahabat nya dengan raut sedikit ragu.

"Eum gimana kalau Zafa temenin,,, Zafa ikut kerumah kamu. Tapi kalau di izinkan sama umi dan Abi..gimana ? Boleh ?" Tanya Zafa smabil tersenyum tulus.

"Aku pulang sendiri aja gak papa Zaf...kamu kan sudah bilang umi kalau mau pulang hari ini..dan bukannya aku harus belajar menerima kenyataan ?." Ujar Shasa sambil tersenyum getir. Betapa mirisnya ia saat ini.

"Yasudah Shasa banyakin istighfar ya..jangan nangis lagi. Hati-hati juga yaa" ujar Zafa kembali memeluk Shasa erat.

****
Vote coment please

Avicenna El Shanumra

Zafarina Humaira Mahreen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zafarina Humaira Mahreen

Zafarina Humaira Mahreen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KEKASIH IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang