10. Cafe wayang

7 1 0
                                    

Hiruk pikuk kehidupan di malam hari tak ubah membuat semangat setiap orang menyurut. Bagai mendapat angin segar, setelah seharian berkutat dengan aktivitas yang menguras tenaga dan pikiran. Malam hari lah terkadang ada kesempatan mencuri waktu untuk sekedar bersenda gurau dengan teman maupun sahabat.

Seperti malam ini, di sebuah cafe dengan suasana yang begitu merakyat dengan nuansa klasik berpadu modern. Sangat nyaman , di suguhi pemandangan kerlap kerlip lampu kota yang nampak indah dan danau buatan yang menjadi daya tarik tersendiri. Itulah icon yang membuat banyak orang berpikir dua kali untuk berpaling dari cafe ini.

Dua wanita itu kini tengah bercengkrama, membahas apapun yang entahlah bagaimana ceritanya bisa membuat mereka tertawa lepas

"Hahaha iya iya Zaf..pas kamu di marahin Kating itu kan. Sampai kamu nangis, dan aku yang nenangin kamu. Makanya kita jadi deket" ucap Shasa masih dengan tawa yang menghiasi wajar manisnya.

"Duh parah banget sih emang...kok aku bisa ketukar papan nama kan kebangetan. Tapi lucu juga kalau flashback begini hahaha " Zafa pun tak bisa mengendalikan tawa nya.

"Iya ya ..kadang hal yang dulu kita benci yang membuat kita kesal dan bahkan menangis. Saat kita ingat sekarang bisa membuat kita tertawa." Jawab Shasa dengan pikiran menerawang

"Ya gitu deh. Intinya apapun itu ya harus kita jalani dengan ikhlas kan. Dari hal ini kita bisa belajar. Bahwa segala sesuatu itu relatif, mau senang atau sedih, tinggal dari sudut pandang mana kita melihat." Timpal Zafa dengan senyum simpulnya.

"Selalu realistis dan dewasa. Itulah Zafarina " ucap Shasa menaik turunkan alisnya menggoda

"Haha kamu bisa aja. Apapun yang terjadi pada hidup kita, itu sudah Allah atur dengan begitu baiknya. Tugas kita adalah belajar dan terus belajar untuk ikhlas dan bersyukur" Ucap Zafa sambil tersenyum

"Benar sekali. Tidak ada yang kekal di dunia ini. Begitupun dengan rasa sedih, pasti ada akhirnya. Dan juga sebaliknya " lanjut Shasa

Hingga suara tepuk tangan riuh membuat fokus kedua wanita itu teralihkan pada sumber yang menjadikan banyak pengunjung kafe histeris bersorak.

Ternyata ada seorang lelaki yang juga pengunjung cafe itu akan menyumbangkan sebuah lagu, itupun dengan paksaan dari teman-teman di mejanya.

"Loh pak Aksa.." gumam Shasa ragu, pasal nya lelaki itu masih terus didorong-dorong oleh temannya, hingga tidak terlalu jelas.

"Kamu kenal Sha ? " Tanya Zafa penasaran.

"Eum kayaknya iya,, tapi tunggu dulu deh. Belum jelas soalnya, apa cuma mirip kali ya Zaf" jawab Shasa sambil mengalihkan padangan nya untuk menatap lawan bicaranya.

"Oh bisa jadi...lihat aja nanti" jawab Zafa sambil mengendikkan bahunya lalu kembali menikmati makanan dan minumannya.

"Zaf gimana rekan kerja kamu yang kamu bilang kecelakaan waktu itu , sudah sembuh belum ?" Tanya Shasa teringat tentang cerita Zafa satu Minggu yang lalu.

"Oh kak Zafran ya... Alhamdulilah sih udah baikan menurut kabar di grup, tapi belum masuk kerja sih" jawab Zafa dengan sedikit mengingat.

"Alhamdulilah...emang gak pada jenguk ya Zaf ?" Tanya Shasa lagi.

"Niat nya sih mau jenguk, tapi dia bilang di grup gak usah gitu, jadi ya temen-temen gak maksa" terang Zafa

"Oh pantes kamu juga gak ada ngomong mau jenguk dia" sahut Shasa sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Tepuk tangan riuh kembali terdengar saat suara merdu itu menyapa telinga setiap orang yang sedang berkunjung di cafe itu.

Shasa pun menoleh kan kepala nya untuk melihat siapa yang sedang bernyanyi dengan suara yang begitu indah

KEKASIH IMPIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang