7. Hawthorn

982 158 2
                                    

Hawthorn adalah pohon penuh magis dan sangat terkait dengan Beltane (Beltane atau Beltain adalah festival Gaelic May Day. Paling sering diadakan pada 1 Mei), festival kuno yang merayakan musim semi. 

Dalam mitologi Celtic itu adalah salah satu pohon paling suci dan melambangkan cinta dan perlindungan. Pada bulan Maret kuncup daun pohon Hawthorn terbuka, kemudian daun hijau pucat muncul.

□■□■□■□■□

Si kembar memasuki apartemen, dan memuji bahwa rumah itu tidak kalah bagus dari rumah besar bergaya barat yang mereka tempati bersama Ayah mereka. Dua anak itu mengecup pipi ibunya secara bergantian dengan wajah yang semringah. Anak-anak yang manis, dan kedua pasangan itu diberkati oleh mereka yang terlahir sehat tanpa kekurangan dari fisiknya. 

Himawari, punya sikap pendiam, tidak terlalu ulet, dia lebih suka menyendiri. Akhir-akhir ini lebih sering memeluk boneka pemberian ayahnya, seekor rakun yang lucu berwarna cokelat. 

Boruto, anak yang licah, berbeda dari adik kembarnya yang tidak terlalu punya ekspresi atau banyak tingkah. Tapi selain itu, patut dibanggakan bahwa anak itu dewasa, mandiri, dan punya kasih sayang yang besar kepada ibunya, juga adik kembarnya yang tidak terlalu punya fisik cukup kuat. Itulah mengapa Naruto memperhatikan Himawari, dan membuat Bolt agar mengawasi adiknya lebih ketat lagi. Apalagi, melihat keduanya perpaduan darinya dan Hinata. Sudah jelas, dia tidak mau Bolt menjadi orang yang setengah-setengah untuk menaruh perhatian pada saudarinya.

"Mama sudah sehat?" tanya Himawari, dan ibunya memberikannya anggukan. Senyumannya lebar untuk menyambut anak-anaknya, hingga tidak ingin membuat mereka khawatir. "Papa bilang, aku dan Bolt boleh ke sini untuk menjenguk Mama. Kalau Mama sudah sembuh, kami boleh tinggal di sini." 

Naruto mengalihkan tatapannya ketika Hinata menghadiahi pertanyaan dari pandangan tersebut. Jadi aku belum benar-benar dapat dipercaya?

Dua pengasuh memasuki tempat itu dengan koper kecil yang ditarik. "Mereka akan tinggal sehari di sini, jadi jangan khawatir," ujar Naruto, ingin membuat Hinata merasa lega sedikit saja. "Belum saatnya untuk bersama anak-anak," lalu Naruto mengisyaratkan kata-kata tanpa suara dari bibirnya. "Hukuman tetap hukuman, tidak ada keringanan."

Hinata menghela napas tanda bahwa dia tidak mau lagi memperpanjang rasa kesalnya. "Sayang, bagaimana kalau kita makan siang?" 

"Kami sudah makan siang, Ma," jawab Bolt. "Sebelum ke sini kita makan banyak. Semua sayuran itu enak dengan saus cokelat yang tidak aku tahu apa namanya. Mm, tapi agak pedas. Apakah itu lada hitam?" tanya Bolt masih kurang mengerti. "Bubuk hitam yang selalu Mama gunakan saat bikin hambagu." 

"Oh, kalian makan siang dengan hambagu?" Bolt dan Himawari secara bersamaan mengangguk. "Apakah kalian memakan semua sayuran itu?"

"Sayurannya enak," seru Himawari gembira. "Lebih enak dari punya Mama?" tanya Himawari kali ini pada Bolt. "Lebih dari hambagu punya Mama, 'kan?" anak perempuan itu hanya butuh pendukung.

"Aku tidak bermaksud untuk mengejek masakan Mama," kata Bolt dengan sedikit menyesal. "Tapi hambagu milik mereka sangat enak. Semua sayuran itu juga rasanya tidak hambar." 

"Baiklah, Mama akan belajar lebih giat lagi agar sayurannya tidak hambar," ujar Hinata dengan mengusap kepala Bolt. "Kalau begitu kalian boleh pergi main."

"Tapi anak-anak harus tidur siang," sela Naruto, menyuruh dua pengasuh si kembar membawa si kembar ke salah satu kamar. "Dan kita perlu makan siang."

"Dengan sup pedas lagi?" Hinata menggoda Naruto kali ini. "Jadi, kalau tidak mau makan itu, katakan apa yang harusnya aku masak untuk makan siang hari ini." 

Meet Again ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang