8. Heliotrope

916 150 4
                                    

Heliotrope berasal dari Peru, dan diperkenalkan pada abad ke-18. Orang Victoria menyukainya, dan dalam bahasa bunga, heliotrope melambangkan "pengabdian". Heliotrope berasal dari akar kata "Helios" karena tanaman ini menyukai cahaya dan daunnya akan mengikuti sinar matahari sepanjang hari.

Tanaman dari keluarga borage, dibudidayakan karena bunganya yang berwarna ungu atau biru. Aroma harum dari bunga ini digunakan untuk membuat parfum. Warna ungu muda, mirip dengan khas bunga heliotrope.

□■□■□■□■□

Akhirnya, setelah mengantarkan anak-anak kembali ke rumah besar keluarga Naruto. Hinata dapat mencium udara segar di luar. Melihat jalanan, juga makan siang bersama di sebuah restoran keluarga, yang dipilih olehnya karena masakan kari yang disukainya ada di sana. 

"Jadi, kau sering ke sini bersama anak-anak?" 

Hinata mengangguk sembari melihat suasana restoran tersebut seperti biasa, ramai oleh keluarga kecil untuk makan siang bersama sehabis jalan-jalan. "Kalau gajian keluar, aku akan mengajak anak-anak makan enak. Tidak perlu yang mahal, mereka sudah senang berada di sini, dan kami menganggap makan di sini sudah yang paling mewah. Tolong ke depannya, jangan mengajak anak-anak makan di tempat yang lebih mewah dari ini. Aku hanya ingin anak-anak hidup seperti anak-anak lainnya."

"Anak-anak lainnya itu seperti apa?" tanya Naruto, dia bertanya bukan karena tersinggung, tapi kurang mengerti apa yang dimaksud oleh Hinata. "Katakan saja, selama itu bagus untuk anak-anak aku tidak akan berani membantah niat baikmu itu."

"Anak-anak yang tumbuh dari keluarga kecil. Dibesarkan dengan kesederhanaan, aku tidak ingin mereka mendapatkan sesuatu dengan mudah ketika meminta. Setidaknya, harus ada usaha untuk melakukannya, seperti apakah dia mendapatkan nilai bagus, apakah dia bisa mempertahankan nilainya, tapi kita tidak boleh menuntutnya pula untuk menjadi cerdas, kita hanya perlu memberikan nasihat atau memberitahu mereka apa yang salah serta apa yang harus mereka lakukan. Lebih ke bagaimana untuk mengapresiasi pencapaian mereka dengan hadiah kecil, atau apa yang mereka inginkan."

Naruto memperhatikan semua anak-anak yang dikeliling oleh canda tawa, dan menunjukkan padanya bahwa anak-anak itu sangat bahagia bersama Ayah dan ibunya. Di sela-sela itu, Naruto merasa tidak yakin untuk tahun-tahun ke depan dia membuat si kembar tersenyum lebar seperti mereka. Kesibukannya, masalah internal mengenai keluarganya, hingga pada akhirnya membuat hubungan di antara mereka merumit.

Sementara itu, Hinata tahu kekhawatiran yang sedang Naruto pikirkan di meja makan mereka. Sama seperti sebelum-sebelumnya, mereka mengkhawatirkan anak-anak itu ketimbang diri mereka yang telah terbiasa untuk merasa sendirian, hingga yang mereka lakukan adalah sebuah pelampiasan, dan semua pelampiasan tersebut menjadi suatu kebiasaan yang pada akhir membuat mereka semakin terlihat buruk. 

Diam-diam Hinata tersenyum lembut, juga menepuk punggung Naruto. Pria itu terkejut ketika Hinata membuyarkan dirinya dari lamunan. Tidak lama kemudian pesanan mereka datang. Sepiring nasi kari yang panas dengan potongan dada ayam yang dibalut oleh tepung renyah. 

Makanan ini mungkin sangat murah dibandingkan dengan restoran Italia yang sering mereka kunjungi. Tapi kehangatan dalam bentuk keluarga lebih terasa. 

"Selamat makan," bisik Hinata. 

Naruto mengamati nasi kari sederhana di depannya. Aromanya sangat manis bercampur gurih. Kuah cokelat kental yang penuh dengan asap karena nasinya juga panas. Lalu dia melihat Hinata menaburkan bubuk cabai di atasnya. Hinata memang suka pedas, seperti kebanyakan perempuan di luar sana. 

"Jangan banyak-banyak, nanti perutmu mulas."

"Aku sudah biasa, jadi jangan khawatir."

Baiklah, dia tidak perlu merasa khawatir tentang Hinata yang menyukai masakan pedas. Mereka hanya perlu menikmati makanan mereka masing-masing, setelah itu dia bisa membawa perempuan itu pergi ke suatu tempat. Dan dia telah merencanakan hal tersebut, mungkin juga bagian dari sebuah kejutan. 

Selama 15 menit menghabiskan makan di restoran keluarga tersebut. Mereka kemudian memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Naruto menyetir pelan-pelan, Hinata hanya memperhatikan jalan tanpa sepatah kata. Lalu dia dikejutkan bahwa mobil tersebut membelok ke kantor catatan sipil.

"Untuk apa kita pergi ke sini? Bukankah kau harus kembali ke kantor?" 

"Kita urus dulu yang satu ini," ujar Naruto, sedangkan Hinata terheran-heran. Ia masih tidak tahu apa yang sebenarnya pria ini rencanakan, tapi mungkinkah ini soal hubungan mereka?

"Jangan bilang kau bakal—" gumam Hinata agak ragu.

"Seperti yang kau pikirkan."

"Naruto, inikah yang kau bilang pada Sakura?" Naruto hanya mengedikkan bahunya, dan mobil mereka kemudian berhenti di tempat parkir di depan kantor. Hinata masih tidak percaya bahwa mereka harus menikah, atau setidaknya hanya dalam semalam pria itu mengatakannya. "Tidak mungkin, apa-apaan kau ini, tidak bisa begitu, 'kan?"

"Kenapa tidak bisa begitu? Kita pergi mencatatkan pernikahan kita, lalu kita bisa mengatur upacara kuil, atau gereja, atau mungkin saja ya, dengan resepsi besar-besaran. Kita akan mengundang teman-teman kita setelah itu."

Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Spontanitas pria ini ada benar, dan semua terdengar, mungkin setidaknya tergambar sangat mudah. Hinata hanya perlu menggandeng tangan Naruto, lalu masuk ke kantor dan mereka siap mencatatkan pernikahan tersebut, dengan seorang saksi dari pihak mereka. Kemudian semuanya selesai, mereka resmi suami-istri. Tapi apakah semudah itu? 

"Mengapa kau gugup gemetar begini?" tanya Naruto heran. "Kau tidak apa-apa, 'kan? Apa perutmu sakit gara-gara bubuk cabai tadi?" 

"Tidak, aku hanya merasa sangat bingung," Naruto memperhatikan Hinata lebih serius kali ini. "Kita benar-benar menikah? Semudah itu?"

Naruto menggelengkan kepalanya. "Semuanya tidak mudah," kata pria itu. "Kita telah melalui banyak masalah. Kau pergi saat si kembar berada di perutmu. Kau membuatku marah besar, dan membiarkanku menyalahkan diri sendiri, kita berdua mencari pembenaran atas perasaan dan pemikiran masing-masing. Menebak-nebak kepergianmu karena apa, pun itu tidak mudah. Aku berusaha percaya bahwa anak yang kau kandung adalah anakku. Aku berusaha untuk tidak membencimu. Kau adalah kekasihku, aku yakin kau tidak pernah sekalipun bermaksud untuk menyeleweng di belakangku, terutama kau melewati semuanya sendirian, melahirkan mereka, menyayangi mereka. Kau berjuang, dan melalui semua itu adalah bagian terberatnya."

Di samping mobil yang terparkir itu mereka bergandengan tangan. Hinata menunduk, sedangkan Naruto memperhatikan perempuan itu lebih serius, dia hanya tidak ingin melewati apa pun yang mungkin dapat memahami Hinata lebih besar. 

"Aku tidak benar-benar memberimu sebuah cinta yang melimpah. Sebenarnya, aku ingin mengatakan, kalau aku menyesal hanya memberikanmu sesuatu yang mungkin tidak terlalu berarti. Maafkan aku, Hinata."

Hinata mengusap lengan Naruto lembut sambil menggelengkan kepala. "Kau tidak salah apa-apa, jangan meminta maaf lagi."

Usai sama-sama menenangkan diri, mereka berdua memutuskan untuk kembali berjalan menuju ke kantor catatan sipil. Namun, seseorang berlari kecil ke arah mereka. "Kalian ke mana saja? Baru datang? Aku dan Mr. Iruka sudah sejak tadi di dalam sana, bagaimana bisa kalian terlambat."

"Mr. Iruka?" 

"Adik angkat ayahku," ujar Naruto. "Dia akan jadi saksi untuk pernikahan kita."

Benar juga, mereka harus punya saksi agar pernikahan yang dicatatkan itu tampak sah. Sedangkan Hinata, tidak terlalu mengenal siapa itu Mr. Iruka yang dikatakan oleh asisten Naruto. Bagaimana pria itu berkomentar nanti tentang dirinya, apakah dia bakal diterima di keluarga Uzumaki?

□■□■□■□■□

BERSAMBUNG

CATATAN:

Cerita ini tamat di bab 10 ya. Jadi, 1 bab lagi tamat. Happy ending kok, cerita ini sebenarnya agak dark, tapi ya, tiba-tiba aku kehilangan alur, karena idenya pun udah lama, jadi bingung buat nyatuin semua ide tentang waktu itu.

Setelah itu, aku libur atau bisa dibilang hiatus lagi sampai waktu yang belum ditentukan. Mungkin seminggu, atau kembali berbulan-bulan. Aku hanya buka Wattpad untuk promosi Fanbook. Tapi sebenarnya setelah kerjaanku selesai lebih cepat, aku mau remake fanfiksi di antara tahun 2015 - 2018, jadi tungguin aja ya :)

Meet Again ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang