Prolog

1.5K 84 18
                                    

Bruk

Tatapan seisi kelas langsung tertuju pada seorang gadis yang kini terduduk lemas dilantai. Tidak ada satupun diantara mereka yang merasa iba. Justru semuanya tertawa seolah apa yang terjadi pada gadis itu adalah sebuah lelucon.

Detik selanjutnya, beberapa lembar uang seratus ribu tercecer dihadapannya.
"Beliin kita makanan," Ucap Sheila yang merupakan salah satu gadis paling berpengaruh di SMA Damares.Ayahnya adalah seorang konglomerat yang memberi donasi besar ke sekolah tersebut setiap tahunnya.

"Tapi-"

"Nggak usah banyak bacot Lengkara. Lo nggak punya kekuatan apa-apa disini," sambung Sheila dan langsung beranjak dari tempat itu diikuti kedua sahabatnya.

Lengkara tidak ada pilihan lain.Perlahan ia memungut uang-uang tersebut lalu berdiri dan keluar dari kelas yang ia rasa seperti sebuah neraka itu.

Kejadian seperti ini adalah hal yang biasa bagi Lengkara. Membelikan teman-teman sekelasnya makanan sudah menjadi tugasnya sehari-hari. Kehidupannya yang tidak semewah anak-anak lain membuat ia tidak memiliki siapa-siapa disekolah tersebut. Yang ia punya hanyalah status sebagai korban bully yang tidak dipedulikan oleh pihak sekolah. Siapa yang peduli dengan anak dari seorang Kariawan biasa? Pekerjaan ibunya yang hanya kariawan biasa diperusahaan kecil tidak membuat Lengkara terpandang di SMA Damares yang notaben orang tua siswa disana adalah konglomerat indonesia bahkan luar negeri. Ayahnya sudah meninggal sejak tiga tahun lalu dan Kakaknya kini sedang kuliah diluar negeri membuat hidup Lengkara dan ibunya semakin sulit.

"Ini pesanannya Ra."Lamunan Lengkara seketika buyar. Sang penjaga kantin yang sudah terbiasa dengan kehadiran Lengkara dan pesanan-pesanannya pun hanya tersenyum.

" Harganya biasa kan?" Tanya Lengkara sembari mengambil uang milik Sheila dan teman- teman sekelasnya yang lain.

"Masih biasa kok,"jawab si penjaga kantin tersebut.

Setelah memberi uang dan mengambil semua pesanannya,Lengkara langsung pergi dari tempat itu dengan berlari kecil. Akan menjadi masalah baru jika ia terlambat membawa makanan-makanan tersebut.

Bruk

" auwww" Pekik Lengkara saat dirinya tak sengaja menabrak seseorang dan ambruk dilantai. Baru pukul sepuluh pagi namun sudah dua kali Lengkara merasakan sakit karena terjatuh dilantai.
"Sorry." Lengkara mengangkat wajahnya begitu suara pria dihadapannya terdengar. Pria itu menatapnya dengam perasaan bersalah.

"Sini gue bantu," Lanjut Pria itu sembari membantu Lengkara memungut plastik yang dipenuhi makanan untuk anak-anak.

"Makasih" Balas Lengkara sambil tersenyum. Pria dihadapannya itu memiliki wajah yang sangat tampan dan terlihat manis.

"Ini semua punya lo?" Tanya pria itu penasaran. Yah mungkin orang lain pun akan merasa penasaran dengan kebiasaan Lengkara setiap jam istirahat yang selalu ke kantin untuk memborong makanan yang ada disana. Seandainya mereka tau jika ada Raja dan Ratu yang menantinya dikelas.

"Saya permisi," Jawab Lengkara tanpa berniat membahas apa yang ditanyakan pria dihadapannya. Toh, ia tidak akan mengubah nasib Lengkara menjadi lebih baik.

Baru saja Lengkara ingin melangkah namun dengan cepat Pria itu menahan langkahnya.
"Devan" Ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya. Lengkara hanya menatap uluran tangan pria itu dan membalasnya dengan senyuman karena tangannya sedang penuh dengan makanan.

"Lengkara" Balas Lengkara memperkenalkan namanya. Kemudian, gadis itu langsung beranjak dari tempat itu meninggalkan sang pria yang kini ia kenal dengan nama Devan. Sejujurnya Lengkara sering melihat Devan pada saat ada pertandingan basket disekolah karena pria itu adalah kapten basket SMA Damares. Namun Lengkara tidak perna tau namanya dan tidak perna ingin tau. Baginya,orang dengan kualitas tinggi seperti Devan itu tidak pantas Lengkara cari tau namun lihatlah yang barusan terjadi. Ia dan Devan berkenalan walau hanya sebentar.

LENGKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang