Mau gimanapun, itu tetap rumah gue.
~Lengkara Valencia AgathaAlvares berjalan disamping Lengkara beriringan menyusuri koridor sekolah. Awalnya tidak ada pembicaraan diantara keduanya sampai Lengkara berbicara.
"Besok gue balik ke rumah, yah" pintah Lengkara pada pria disampingnya.
"lagi?" Lengkara mengangguk. Jelas Alvares bingung dengan gadis itu. Sudah berkali-kali tersiksa setiap ada dirumah itu tapi selalu ingin kembali ke sana lagi.
"Mau gimanapun itu tetap rumah gue Res," ujar Lengkara. Dia punya alasan untuk kembali ke rumah lagi. Hanya tempat itu yang menjadi satu-satunya tempat untuk mengingat setiap kenangan bersama cinta pertamanya.
"terserah"sahut Alvares singkat.
Meski dirinya tidak begitu yakin dengan permintaan Lengkara namun dirinya tidak bisa memaksa. Memang benar itu rumah Lengkara dan hanya disana gadis itu harus pulang.
.
.
.
"Sebenarnya kamu bisa transfer langsung tanpa harus bertemu." Alvares mengangkat wajahnya, mengalihkan pandangan dari ponselnya kepada wanita yang barusan berbicara."Ada yang mau saya bicarakan,"balas Alvares.
Wanita itu adalah Tania. Sejak tadi Alvares diminta memberikan sejumlah uang sehingga pria itu mengajaknya bertemu.
" Katakan!" Tania mengambil tempat duduk di hadapan Alvares dan menanti ucapan pria itu.
Alvares mengeluarkan sebuah Amplop berisi jumlah uang yang tadi diminta Thania tersebut lalu meletakan diatas meja.
"Apapun yang terjadi, jangan perna sentuh Lengkara lagi," tegas Alvares. Dia akan melepas Lengkara kerumah itu tapi juga harus memastikan keamanan gadis itu dari kejahatan ibu kandungnya.
Alvares berdiri dan hendak pergi namun ucapan Thania menghentikan langkahnya.
"Kamu jatuh cinta pada Lengkara?" tanya Thania ragu-ragu."Itu bukan urusan anda," jawab Alvares dingin.
"Tapi kamu tidak boleh ada rasa dengan anak saya"
"Kenapa?"
"Mencintai Lengkara akan menjadi masalah besar"
"Bukankah semua masalah ini karena perbuatan anda?"
"Sudah saya akhiri. Jadi kamu jangan buat masalah baru lagi"
Alvares diam. Dia tidak paham ucapan Thania yang terdengar ambigu. Dan untuk perasaannya, Alvares tidak bisa mengatakan sebagai cinta. Mungkin ini lebih tepat dikatakan sebagai rasa empati saat melihat gadis itu terluka.
"Jangan atur perasaan saya,"tekan Alvares sebelum melangkah pergi.
Keesokan harinya.....
Agatha memejamkan mata saat merasakan terpaan angin yang menabrak lembut wajahnya. Rasanya sangat nyaman. Mungkin ini menjadi salah satu alasan bagi Alvares yang selalu mendatangi tempat ini.Sesekali gadis itu menatap layar ponsel yang masih menampilkan pesan yang ia kirim pada Alvares.
Ares
Gue tunggu di rooftop, ResPesan tersebut hanya dibaca tanpa ada balasan, tapi Agatha tau betul bagaimana seorang Alvares Gatra Damares. Pria itu pasti datang.
"Udah lama?" Agatha tersenyum saat pria yang ia tunggu muncul dan berdiri disampingnya.
"Gue kangen," Jawab Agatha jujur. Kini matanya terbuka, menatap lekat Alvares yang juga tidak segan untuk membalas tatapan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA
Teen FictionPerselingkuhan kedua orang tua menjadi titik awal hubungan Lengkara dan Alvares. Lengkara yang harus memenuhi kesepakatan Sepihak akibat dijual oleh ibu kandungnya sendiri Dan Alvares yang berusaha mempertahankan senyuman Ibu tersayang. " Ikutin...