part 6

408 56 2
                                    

Siapa suruh ninggalin gue?
-Sheilla

Suasana di mobil Alvares menjadi begitu hening sepanjang perjalanan. Alvares hanya fokus pada jalanan sedangkan Lengkara tetap diam dan mengikuti kemanapun Alvares akan membawanya.

"Punya lo" Alvares melempar ponsel milik Lengkara kepada sang pemilik. Dengan sigap, Lengkara menangkapnya.

Beberapa menit perjalanan akhirnya mereka berdua tiba di apartemen Alvares, tempat yang menjadi tempat Alvares pulang saat balapan atau terlibat perkelahian.

"Lo disini aja" Ucap Alvares dengan tegas menunjukan bahwa itu bukanlah sebuah permintaan melainkan perintah.

Mata Lengkara yang sibuk menyusuri setiap sudut ruangan tersebut membuat dirinya tidak merespon ucapan pria yang kini duduk disalah satu sofa dengan seragam sekolah yang masih melekat seperti dirinya.

"Gue ada urusan jadi lo nggak boleh kemana- mana" Alvares bangkit berdiri dan hendak pergi namun jalannya dihalangi oleh gadis itu.
"Seragam gue gimana?" Tanya Lengkara. Ia memang berniat untuk tetap di apartemen Alvares sebentar untuk menenangkan pikiran. Setelah itu ia akan segera pulang kerumah.

Alvares menatap tubuh Lengkara dari ujung rambut hingga ujung kaki. Seragam sekolah gadis itu masih terbalut ditubuhnya, sepatu pun belum dilepas dan tas yang masih ditenteng olehnya.

"Nanti gue urus jadi lo cukup disini aja"Lengkara mengangguk patuh lalu memberikan jalan bagi Alvares untuk segera pergi.

Setelah kepergian Alvares, suasana didalam apartemen tersebut menjadi sangat sepi. Namun jangan khawatir karena kesepian adalah sahabat terbaik bagi Lengkara. Sepanjang hidupnya dihabiskan dalam kesepian, tanpa kasih sayang dan cinta.Tidak ada yang disebut keluarga dan sahabat.

" Untung hari ini bukan hari kerja"Ujar Lengkara mensyukuri hal tersebut. Ia memang bekerja paruh waktu di hari Kamis hingga sabtu. Sedangkan hari lainnya ia tidak diizinkan bekerja oleh sang bos dengan alasan agar ia bisa fokus belajar.

Drrrt....drrrtt

Geteran ponsel membuat Lengkara segera mengambil benda pipih tersebut dan membaca nama yang tertera pada layar. Untuk sesaat Lengkara merasa pikirannya kembali kalut saat nama Karina yang tertera disana. Dengan pasrah ia menerima panggilan tersebut.

"Hallo Rin" Sapa Lengkara dengan lembut meski Ia sangat yakin jika alasan Karina menghubunginya adalah untuk meminta uang.
"Gue butuh duit" Tidak meleset sedikitpun dari apa yang Lengkara pikirkan. Mengapa ia selalu dianggap mesin uang oleh sang kakak sih?
"Emang ibu nggak ngirim?"

"Sepuluh juta kurang "

"Yah lo cukupin aja duluh soalnya gue nggak punya duit Rin"

"Gaji lo kemanain semua?"

"Gue juga punya kebutuhan. Lagian ibu udah ngasih kenapa harus minta lagi?"

"Gue nggak peduli tentang kebutuhan lo karena gue juga banyak kebutuhan. Ini bukan indonesia, sepuluh juta nggak ada artinya disini"

lengkara menghembuskan nafasnya kasar.Gaji bulan ini dari kerja paruh waktunya telah ia ambil sejak bulan lalu saat Karina harus membeli buku untuk kepentingan kuliahnya. Lalu kemana ia harus mendapatkan uang?

LENGKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang