- Page 11 -

811 143 11
                                    

Pagi ini dada Seungmin terasa sakit lagi, kata dokter tidak terlalu kritis tapi Seungmin tetap harus istirahat dan berhati - hati.

Orang tua Seungmin juga tidak bisa menjaga Seungmin selama dua puluh empat jam, bisnis ayahnya sedang turun. Jadi keluarganya harus bekerja lebih keras untuk membiayai pengobatan Seungmin.

Minho masih setia membolos untuk menjaga Seungmin, rasanya jika meninggalkan Seungmin sendirian seperti gelisah terus menerus. Tak lupa juga dibantu oleh Chan.

"Min masak nonton telletubies sih?" keluh Minho disaat Seungmin memintanya untuk menyalakan televisi dan menonton kartun.

"Iya min, yang bener aja masa telletubies sih? Kan ada kartun yang lebih keren, misal Shiva gitu?" Chan ikut mengeluh.

"Yaudah kalo kalian berdua gak mau ikut nonton keluar aja sana, pergi hush hush," Usir Seungmin.

"Iya iyaa ini kita ikut nonton udah jangan ngambek, sini Chan duduk sebelah gue," jawab Minho.

Seungmin dengan tenang menonton kartun di televisi, tapi sejujurnya hatinya gelisah. Semalam suara Hyunjin kembali terdengar, Hyunjin terus mengajak dirinya bermain bersama lagi, apakah ini tanda untuknya. Apakah ini artinya Seungmin harus menyerah.










Ayah Minho, dokter Lee mengamati anaknya yang selalu perhatian ke Seungmin. Dia tahu perasaan anaknya itu, maka dari itu banyak yang dia rahasiakan soal Seungmin.

Dokter Lee kembali ke ruangannya, dia kembali membaca resume hasil operasi Seungmin tahun lalu. Dia mencoba mencari celah untuk menyelamatkan Seungmin dan membuat anaknya Minho kembali ceria.

"Dokter, keluarga pasien Kim Seungmin ada disini," seorang perawat datang bersama kedua orang tua Seungmin.

"Ah silahkan duduk," ujarnya.

Bunda dan Ayah Seungmin duduk di hadapan dokter Lee, mereka berdua sama - sama gelisah. Takut sesuatu yang buruk akan dikatakan oleh Dokter Lee.

"Begini, ada hal yang perlu saya katakan," ujar Dokter Lee.

"Kenapa dokter? Apakah anak saya baik - baik saja?" tanya Ayah Seungmin

"Keadaan dia cukup membaik, tapi dia perlu di operasi,"

"Lagi?" Dokter Lee mencoba tersenyum mendengar pertanyaan tersebut. 

"Iya, hanya itu yang dapat kami lakukan. Jadi kami butuh persetujuan dari kalian selaku orang tuanya," Bunda Seungmin mulai meneteskan air matanya.

"Baik kami akan menyetujuinya, kira - kira kapan operasinya?" Tanya Ayah Seungmin.

"Awalnya saya merencanakan operasinya sekitar seminggu lagi, tetapi setelah saya membaca dokumen dan memeriksa keadaan Seungmin, hal itu harus dilakukan lusa," jawab Dokter Lee.

"Lusa? Dokter yakin akan menyelematkan Seungmin?"

"Saya tidak bisa berjanji, tetapi saya akan usahakan yang terbaik."

Kedua orang tua Seungmin keluar dari ruangan Dokter Lee, Bunda Seungmin masih terus menangis. Memikirkan bagaimana nasib anaknya di kemudian hari, apakah anaknya akan selamat esok.

"Ayah yakin anak kita kuat, dia pasti bisa bertahan. Tuhan sayang Seungmin, seperti kita."

Di sisi lain ada Minho yang melihat kedua orang tua Seungmin keluar dari ruangan ayahnya, dia dengan jelas melihat bundanya Seungmin menangis. Perasaan Minho menjadi tidak enak.

Minho dengan segera masuk ke ruangan ayahnya, "Pa, kenapa Bundanya Seungmin keluar dengan keadaan nangis?" tanya Minho begitu di dalam.

"Bukan urusan kamu, papa sibuk sana keluar," jawab Papanya ketus.

"Paaa ini urusan aku, apapun yang berhubungan sama Seungmin semuanya urusan aku,"

"Kamu gak perlu tahu,"

"Pasti ada yang papa sembunyiin kan?"

"Lee Minho keluar dari sini! Kenapa kamu gak pernah dengerin kata papa?"

"Paa, aku cuman mau tahu keadaan Seungmin,"

"Kalo papa suruh kamu keluar ya keluar, kenapa kamu gak bisa nurut kaya kakak kamu?!" Marah Dokter Lee.

"Mulai kan papa bandingin aku sama Juyeon, harusnya aku ikut mama dulu,"  Minho keluar ruangan dan membanting pintu.

Dokter Lee menghela napasnya, andai dulu dia tidak egois dan mementingkan gelar kedokterannya pasti dia dan istrinya tak akan berpisah. Si kembar Juyeon dan Minho juga tak akan berpisah seperti ini.













Minho masuk ke kamar Seungmin, dilihatnya Seungmin yang sedang terbaring sambil menggenggam tangan Chan. Keduanya sedang terlelap di dunia mimpinya.

Minho selalu berharap menjadi orang yang ada di posisi Chan, dia berharap menjadi orang yang mengisi hati Seungmin. Dulu dia di kalahkan oleh Hyunjin, walau sekarang Hyunjin telah tiada tapi kali ini lagi - lagi dia dikalahkan oleh orang lain. Apa boleh buat mungkin memang bukan Seungmin jodohnya.

Chan terbangun, dia mengerjapkan matanya. Tanpa dia sadari senyumnya terukir begitu melihat tangannya di genggam dengan erat oleh Seungmin.

"Chan gue perlu bicara sama lo," ujar Minho begitu menyadari Chan telah bangun.

"Apa?"

"Karena Seungmin lagi tidur, gue pikir gapapa ngomong disini,"

"Maksud Lo apaan sih ho?"

"Tadi gue ke ruangan bokap. Orang tua Seungmin baru keluar dari ruangan papa, gue liat bundanya nangis. Yang gue pikirin adalah berarti keadaan Seungmin gak baik baik aja,"

"Hah?"

"Gausah sok bego, gini deh kalo seorang orang tua keluar dari ruangan dokter dengan keadaan nangis berarti ada berita buruk,"

"Maksud lo sakit Seungmin makin parah?"

"Siapa yang tahu" jawab Minho.

Mereka berdua tidak sadar, sedari tadi ada yang mendengarkan semuanya. Seungmin dengar semuanya, dadanya semakin sesak dan dia merasa semakin gelisah dengan keadaannya. Jika sudah tak ada harapan, dia tak apa jika harus bertemu Hyunjin.





———

Udah kecium endingnya gimana?

𝐅𝐎𝐔𝐑𝐓𝐄𝐄𝐍 𝐏𝐀𝐆𝐄𝐒 <Chanmin Special Valentine>✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang