Chapter 9

36 16 14
                                    

Happy reading!

***

Chinta sedang berada di kantin saat ini merasakan kenikmatan donat coklat kesukaannya. Gigitan demi gigitan ia terus mengatakan "hmmm" sampai di gigitan terakhir, ia seakan akan lupa akan dunia.

Chinta menjilat tangannya "Sungguh nikmat!"

Ia meminum susu coklatnya lalu beranjak membayar donatnya. "Ini bu makasi ya" ujarnya dengan senyuman.

Chinta berjalan melewati koridor sambil memasang earphone, memutar lagu kesukaanya yaitu bts. Langkahnya ditemani angin yang begitu kencang hingga membuat rambut gadis itu bertebrangan sembarangan, bukannya memperbaikinya ia malah menikmatinya. Ia menghentikan langkahnya berinisiatif menutup mata untuk merasakan ketenangan. Setidaknya untuk saat ini.

Seseorang menepuk pundaknya "Ngapain kamu?" Ujarnya mengerutkan dahi bingung.

Chinta langsung membuka matanya melihat sang pemilik suara. Ia langsung membulatkan matanya saat melihat ibu Lina lah yang ada di hadapannya. "Mati gue guru killer kok ada di sini." Batinnya.

"Bolos kamu ya?" Tanya bu Lina tanpa basa basi.

"Ga kok bu tadi dari wc bu kebelet." "Tapi boong." Batinnya.

Guru itu memperhatikan lambang nama Chinta. "Kelas berapa kamu?" Tanyanya kemudian.

"Kelas XI bu."

Bu Lina menatap Chinta lekat lekat memperhatikan mimik wajah Chinta dengan seksama. Chinta yang di tatap seperti itu langsung mengeluarkan keringat, jantungnya berdetak tak karuan. "Ngapain si anjing bikin deg deg aja." Batinnya.

"Di wc ada air ga?" Tanya bu Lina kemudian.

Chinta menjatuhkan rahangnya "Ha?"

Bu Lina langsung memasang wajah kesal "Kamu tuli ya?"

Chinta secepat kilat langsung menjawab "Ada bu."

"Yaudah sana masuk kelas." Ujar bu Lina berlalu pergi.

Chinta membuka earphone yang masih ia pakai sejak tadi "Untung ni earphone ga di liat." Batinnya.

***

Dimas terbangun dari tidur indahnya saat nyamuk yang tidak memiliki akhlak mengisap darahnya lalu mengakibatkan rasa gatal di pipinya.

"Binatang tu nyamuk." Ujarnya menggaruk pipinya yang gatal.

Dimas melihat kearah belakang memastikan apakah Chinta ada di sanah atau tidak. Kosong itulah yang ia liat. "Nih anak ngilang ga ngajak ngajak." Batinnya.

Sudah seharusnya Dimas tidak penasaran akan hal itu karena pelajaran terakhir ini memang pelajaran yang tidak di sukai oleh murid-murid terutama Chinta. Chinta lebih baik ke kantin untuk makan dari pada mendengarkan seluk beluk mengenai sejarah.

Tok tok tok

Semua mata langsung tertuju di pintu, mereka melihat Chinta di sanah. Chinta langsung masuk tanpa dipersilahkan masuk oleh guru.

"Maaf pak, saya tadi dari wc kebelet." Ujarnya memasang muka bersalah.

"Oh yaudah sanah duduk."

Chinta membalas senyuman lalu berjalan menuju mejanya. "Untung pak asril pikun." Batinnya.

"Dari mana lu?" Tanya Dimas saat Chinta duduk di bangkunya.

"Dari makan donat."

"Anjir ga ngajak ngajak."

Chinta menjitak kepala Dimas "Kan lu tidur babi."

Dimas mengelus kepalanya dari bekas jitakan. "Oh iya lupa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

C H I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang