Chapter 4

61 22 10
                                    

Happy Reading!

***
Chinta merapikan bajunya setelah mobil Papanya berhenti tidak jauh dari gerbang sekolahnya. Setelah merasakan rapi, ia mencium tangan Papanya lalu keluar mobil.
Chinta masuk dengan langkah yang lamban, ia terlalu malas berjalan. Sangking malasnya kata ngesot terlintas di otaknya. Tapi ia tidak mungkin melakukannya, setidaknya cukup di dalam kamar saja ngesotnya.

"Chinn!" Teriak seseorang sembari berlari kecil mendekati Chinta.

Chinta menoleh dengan wajah lempeng dengan gerakan yang lambat.

"Anjirr, kaget gue liat muka lo." Ujarnya tiba di hadapan Chinta.

"Apa Mas?" Chinta menaikkan alisnya.

"Nama gue memang ada Masnya tapi jangan manggil Mas juga kali. DIMAS atau nggak DIM!" Ujarnya penuh penekanan saat menyebutkan namanya.

"Apaan?." Tanya Chinta tidak memperdulikan omelan Dimas.

"Makin ribet ya ngomong sama lo." Ujar Dimas jengah.

"Ngomong sama tembok noh." Ujar Chinta menunjuk tembok lalu melanjutkan jalannya.

Chinta menghentikan langkahnya kemudian, saat merasakan tidak ada pergerakan dari belakang. "Ngapain lo di depan tembok?" Tanya Chinta mengangkat alis.

"Mau ngomong." Ujar Dimas polos.

"Sekalian ngomong sama tangki air sebelah, mereka tetangga. Ngejalin hubungan tetangga lebih baik." Chinta melanjutkan jalannya. Ia menyimpan satu kata di benaknya "Gesrek."

Di lain sisi
"Sejak kapan lo tetangga sama dia?" Dimas menunjuk tangki air.

Chinta memasuki kelasnya. Ia duduk di tempat singgasana ternyaman, yaitu bangku pojok paling belakang. Walaupun ia duduk paling belakang dan terpojokkan, tapi ia adalah juara kelas peringkat satu darii belakang.

"Chintaa!." Teriak Dimas berjalan kearah meja Chinta.

"Paan?" Tanyanya dengan suara datar tak bernada.

"Lo harus tanggung jawab." Ujar Dimas duduk di hadapan Chinta dengan wajah yang serius.

"Gue hamilin lo?" Tanya Chinta santai.

"Anjayy lama lama gue tenggelamkan juga lo di mesir." Ujar Dimas gemas.

"Emang apaan?"

"Tanggung jawab karena lo gak jenguk gue." Ujar Dimas meminta pertanggung jawaban karena semenjak Dimas sakit tidak ada sesiapapun yang datang menjenguknya.

"Lupa gue." Ujar Chinta santai.

"Sudah sekian lama kita kenal terus lo lupain gue dengan segitu gampangnya. Emang gue orangnya gampang di lupain gitu?" Ujarnya dengan nada tak percaya.

"Banget malah." Sahut Aksa. Ia tiba-tiba ada di antara mereka berdua dengan membawa cewek Cantik yang sedang tersenyum canggung.

"Anjirr, lo mem..." Dimas menggantungkan ucapannya saat melihat gadis yang ada di sampingnya "Eh bidadari." Ujarnya tersenyum selebar mungkin.

"Liat cewek langsung bermulut manis lo." Ujar Aksa yang tidak habis fikir dengan tingkah laku Dimas yang super king buaya.

Chinta mengangkat alisnnya seakan menanyakan "siapa dia?" Saat berpapasan tatap dengan Aksa.

"Kenalin ini Dara, pindahan dari semarang, sekelas sama gue, dan Anak Om Daniel." Ujarnya saat Chinta memberikan pertanyaan lewat batinnya. Ia memperkenalkan Dara secara lengkap agar teman temannya tidak bertanya ini ono lagi.

C H I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang