Chapter 5

55 22 5
                                    

Happy Reading!

***
Setelah makan, Dara mengajak Chinta keWC untuk menemaninya. Dara sebenarnya masih merasa canggung dengan Chinta, tapi apa boleh buat?, Ia malu jika berjalan keWC sendiri.

Dara membasahi wajahnya, mengeringkan dengan tisu lalu memakai bedak putih jhonhson.

"Lo jangan malu sama kita." Ujar Chinta yang ikut membasahi wajahnya.

"Maksudnya?" Tanya Dara tidak tahu jalan bicara Chinta sebenarnya.

"Maksud gue, lo jangan alim alim amat kalau sama kita. Lo bisa ngomong kasar sama kita, karena gue ngerasa gak enak kalau tiba tiba bilang kasar ke lo." Ujar Chinta jujur.

"Kita baru beberapa jam kenal, jadi gue gak enak langsung bilang kasar. Ntar Gue di cap cewek ngga tahu malu lagi sama kalian."

"Karena lo teman gue, jadi gak usah sungkan lagi." Ujar Chinta tersenyum.

"Siap babi girl." Ujar Dara membentuk hormat.

Mereka tertawa dengan durasi yang lama. bunyi bel yang berbunyi secara lantang menghentikan tawa mereka.

"Sudah bel, kembali kekelas masing masing." Ujar Dara.

"Yaudah, gue kekelas dulu." Ujar Chinta berlalu pergi.

Dara tersenyum, Iapun keluar WC menuju kekelasnya.

***
Dara menuju parkiran setelah telepon, bel pulang sudah bunyi beberapa menit lalu. Saat Ia tiba di parkiran, Ia melihat Chinta yang berjalan keluar gerbang.

"Chinta!" Panggil Dara berlari kecil menghampiri Chinta.

Chinta berbalik saat namanya di panggil.

"Dara!, lo belum pulang?" Tanya Chinta saat Dara tiba di hadapannya.

"Iya, tadi Papa gue nelpon gak bisa jemput gue." Ujar Dara jujur.

"Yaudah, main kerumah gue aja. Bentar lagi Bokap gue sam...."

Pipp pippp

Ucapan Chinta terpotong karena suara klakson yang telah berbunyi lantang menginterupsi dirinya untuk segera kesanah.

"Panjang umur, Bokap gue udah sampai. Yukk." Ajak Chinta memegang tangan Dara.

Dara mematung membuat Chinta tidak bergerak saat menarik tangan Dara "Tapi gue belum izin ke Bokap gue." Ujar Dara sedikit was was.

"Di mobil aja lo telpon terus minta izin." Usul Chinta.

"Iya ya." Ujar Dara tak terpikirkan.

"Yaudah ayo."

"Kita di belakang." Ujar Chinta lalu masuk mobil yang diikuti Dara.

"Temannya ngga di kenalin ke Papa nih." Ujar Ferdi belum menjalankan mobilnya.

"Jalan Pah." Ujar Chinta kesal.

Ferdi langsung menjalankan mobilnya saat mendapatkan interupsi dari sang anak yang mirip Mamanya itu.

***
Saat Dara keluar mobil, Ia kagum melihat rumah Chinta. Maklum, karena Ia memiliki rumah di bawah keinginannya. Tapi Ia senang, karena mendapatkan seorang Papa yang sayang banget sama dia walaupun Mamanya telah meninggal saat ngelahirin Adik bungsunya. Dulu mereka tinggal di semarang, tapi 1 tahun kepergian Mamanya. Papanya berniat ke jakarta dengan membawa Adiknya untuk mencari pekerjaan, tetapi Ia tidak di izinkan agar tidak repot mengurus surat pindah. Tapi 1 tahun lebih berlalu, Ia rindu dengan Papanya lalu mengurus surat pindah sendiri tanpa memberitahukan Papanya dan sekarang tibalah Ia sekolah di SMA Negeri Melati.

C H I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang