Chapter 8

29 15 7
                                    

Happy Reading!!

***

Mereka pun akhirnya menyudahi permainan truth or dare lalu bersiap-siap untuk pulang karena malam yang semakin larut.

Aksa menaiki motornya "Gue pamit mo pulang, sa tra ganggu lo lagi." Ujarnya menyalakan motornya.

Dara yang berada di samping Aksa tiba-tiba nyalain senter hpnya lalu menghadapkan ke atas wajahnya "Gue doain ga ada kuyang di rumah lo" ujarnya memperlihatkan muka yang amat menakutkan buat Dimas.

"Anjirr jangan nakut-nakutin udah tau gue sendiri di rumah." Ujar Dimas merinding.

Chinta membuka pintu mobil "Jangan lupa naburin garam di sekeliling rumah lo." Ujarnya lalu memasuki mobilnya.

Dimas yang mendapatkan saran itu langsung menghembuskan nafas lega "Emang mujarab?" Teriaknya.

"Ngga!" Teriak mereka kompak lalu meninggalkan rumah Dimas.

"Anjing babi monyet cicak kecoa, binatang kalian semua." Teriaknya melihat kepergian teman-temannya.

"Huhh untung gue orangnya sabar dunia akhirat." Batinnya mengusap dada.

***

Pagi minggu emang berbeda dari pagi hari yang lain, seperti hari yang tidak ada duanya. Emang si kan minggu cuman sekali.

"Chintaaa." Panggil Devina mengetuk pintu.

"Chintaaa udah jam 8, wake up!"

Chinta yang mendengarkan suara emak cempreng menutup telinganya menggunakan bantal.

"Di tangan mama ada palu loh, mau mama ketuknya make palu baru bangun?" Ancam Devina.

"Iya uda bangun." Ujar Chinta mengusap mata lalu mencari ponselnya.

"Jangan langsung buka hp!" Teriak Devina "Turunn sarapan." Lanjutnya.

"Ternyata bener emak-emak punya indra ke-6." Ujarnya pergi ke kamar mandi untuk sekedar mensikat gigi lalu mencuci muka.

"Ga olahraga?" Tanya Ferdinand saat Chinta duduk di sampingnya.

"Ngga, enaknya mageran aja di kamar mumpung minggu yakan." Ujar Chinta memakan roti selai chocolatnya.

"Padahal Mama mau ngajak kamu olahraga, BB mama makin naik." Ujar Devina memasang muka sedih.

Yah wajah sok sedih Devina emang paling menjengkelkan buat Chinta "Ngga!" Tolaknya.

"Eh durhaka loh kek gitu."

Walapun di tolak ya emang gini ujungnya, pasti harus tetep laksanain. "Kata emak-emak emang ga pernah salah." Batinnya.

"Emang mau olahraga apa?" Tanya Chinta jerah.

"Lari-lari aja sampe capek."

"Yauda aku siap-siap dulu." Chinta naik kekamarnya bersiap-siap.

***
Devina dan Chinta sudah berlari cukup jauh, mereka telah sampai di taman tanpa di sadari keduanya.

"Mah udahan dulu, kita istirahat dulu." Ujar Chinta ngos-ngosan.

"Yauda mama juga haus, mama pergi beli minum dulu ya." Ujar Devina.

Chinta pun mengangguk lalu duduk di bangku yang teduh.

Chinta mengambil hp di kantong hodinya untuk sekedar mengecak jam "Udah jam setengah sepuluh? Pantes terik banget." Ujarnya sambil mengelap keringat yang terus bercucuran di wajahnya.

Chinta pun menyalakan lagu bts lalu menutup matanya, ingin merilekskan diri.

"Auu." Terdengar suara seorang bocah meringis kesakitan yang tidak jauh dari Chinta hingga membuatnya membuka mata mencari sumber suara.

C H I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang