Chapter 7

36 15 2
                                    

Happy Reading!!

***

Dimas menyodorkan "Ni SPECIAL." Ujar Dimas senyum manis seperti garam.

"Woii anjimm special apanya ini, air putih doang." Ujar Aksa mengangkat salah satu gelas yang berisikan air putih.

"Eh jangan salah, bening bening gitu ada rasanya." Ujar Dimas duduk sebelah Chinta.

"Emang rasa apa?" Tanya Dara polos.

Dimas tersenyum memperlihatkan gigi gingsulnya "Rasa cintaku pada mu." Ujarnya masih senyum.

"Ada obat sakit kepala ga? Perut gue mual." Ujar Chinta jijik.

Dimas memperlihatkan wajah sedihnya "Sabar ya obatnya habis gue emut tadi." Ujarnya.

Chinta menoyor kepala Dimas "Abis keluar RS tambah gesrek ya otak lo."

Dimas diam lalu mengambil ancang ancang "Ntahlah akupun tak tau, akupun tak tau laaaaa, lepas makan biskuit Yaya jadi macam niii." Nyanyinya mengikuti gerakan gopal.

Aksa berdiri lalu mendekati Dimas "Plak" ia menampar Dimas pelan.

"Auu, sakit bego." Dimas mengelus elus wajah sebelah kirinya.

Aksa kembali di tempatnya "Selamat anda terkena penyakit lebay." Ujarnya mengangkat dua jempol.

Dimas mengangkat kedua tangannya "Alhamdulillah ya Allah." Ujarnya bersyukur.

"Gila ya." Ujar Dara kemudian tanpa rasa malu dan canggung. Ia merasa kalau teman temannya tidak akan tersinggung karena mengedepankan logika baru ke hati.

Mereka diam lalu melihat Dara secara bersamaan, mereka rasa akhirnya Dara tidak merasa malu lagi dan ingin ikut nimbrung dengan mereka tanpa ada rasa risih dan mereka berharap Dara secepatnya merasakan gimana rasanya persahabatan.

Setelah beberapa menit "Selamat anda kena prank, itu kameranya aku taruh situ." Dimas menunjuk sembarang arah yang diikuti oleh enam mata.

Tawa mereka pecah saat itu juga, merasakan kebahagiaan yang tidak ada hentinya. Beruntung memiliki teman yang asik dan selalu ngebuat candaan sehingga mereka selalu tertawa dan terhibur.

"Anjim garing banget." Ujar Aksa di sela tawanya.

Chinta memegang perutnya lalu menyudahi tawanya "Sempat sempatnya lu inget video itu."

"Ga ada yang ngalahin kegaringannya." Ujar Dara lalu meminum air yang ada di depannya.
Sebelum air itu masuk ke tenggorokannya Ia langsung menyemburkan keluar.

"Kok hujan." Ujar Chinta lalu melihat kearah Dara.

"Kenapa Dar?" Tanya Aksa bingung.

"Kok rasanya asinn." Ujar Dara mengambil tissue.

"Eh perasaan tadi gue naruhnya gula deh." Ujar Dimas menggaruk belakang kepalanya.

Mereka melihat Dimas dengan tatapan membunuh. Ada rasa keinginan untuk mencabik cabik kulit Dimas, tapi terhalangi oleh rasa pertemanan yang begitu kuat. Tapi perasaan bodo amat tidak tertandingkan.

"Dimasss." Teriak Chinta dan Dara lalu gebukin Dimas sepuasnya.

"Ampunn." Ujar Dimas yang masih di gebukin, Ia yang merasa kesakitan kemudian melihat kearah Aksa berharap mendapatkan bantuan, tapi yang di liatnya cuman cengar cengir tidak berdosa. "Anjimm." Batinnya.

Chinta dan Dara yang meraskan puas menyudahi aksinya lalu kembali duduk ke tempat masing masing. Tidak habis fikir kalau Dimas tidak dapat membedakan antara gula dan garam.

C H I N T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang