Pagi harinya, Anin sudah dikejutkan dengan sosok Bagas yang ternyata sudah tidur di sampingnya. Bagas tidur dalam posisi miring ke arah tembok. Meskipun tidur seranjang, toh bagi Anin tetap merasa sedang tidur sendirian.“Sejak kapan Mas Bagas balik ke hotel?” Anin bertanya-tanya.
Sebelum Bagas terbangun, Anin lebih dulu beranjak dari tempat tidur. Duduk di tepi ranjang, Anin menggulung rambut panjangnya ke atas. Setelah itu Anin mengambil handuk di atas gantungan dan pergi mandi.
Acara semalam memang lumayan meriah karena ada riuh tepuk tangan dan berbagai ucapan selamat dari para tamu undangan. Namun, bagi Anin, acara semalam adalah satu acara yang begitu membosankan.
Berpindah dari Anin yang sedang mandi, Hanggoro dan Sasmita juga sudah terbangun dan sedang berbenah untuk kembali pulang ke rumah. Sementara Hanggoro sedang melipat lengan bajunya, Sasmita nampak sedang bercermin sambil menyisir rambut. Tidak jauh dari posisi mereka, ada sebuah koper berukuran sedang bertengger di dekat kaki ranjang.
“Mama rasa Anin dan Bagas baik-baik saja,” kata Sasmita. “Iya kan, Pa?” Sasmita berbalik dengan kedua tangan sibuk mengikat tali bajunya.
“Papa rasa juga begitu, Ma,” sahut Hanggoro. “Aku tahu Bagas memang mencintai Anin.”
Sasmita menyapu bibir lantas berjalan mendekati sang suami. “Aku justru curiga sama Jonan.”
“Curiga kenapa?” tanya Hanggoro.
Sasmita menggeser koper yang menghalangi jalan, lalu duduk di tepi ranjang. “Aku pikir Jonan hanya mengada-ada karena dia suka sama Anin.”
“Sembarangan!” sembur Hanggoro. “Dari mana Mama berpikiran tentang hal itu?”
“Aku tahu Jonan, Pa.” desah Sasmita. “Dia juga pernah bilang sama mama kalau dia memang suka sama Anin.”
“Yang benar?” Hanggoro ikut duduk.
Sasmita mengangguk. Namun, belum sempat berkata, terdengar suara pintu diketuk dari luar.
“Pa, Ma, sudah mau pulang belum?”
“Itu Jonan,” pekik Sasmita. Keduanya berdiri secara bersamaan.
“Ya sudah, ayo kita segera pulang.” Hanggoro menyeret koper sekalian keluar dari kamar.
Sudah berdiri di ambang pintu, Jonan lantas membantu papa membawakan kopernya. “Aku pergi ke mobil dulu. Papa sama mama panggil Bagas dan Anin.”
Tak perlu menunggu jawaban, Jonan lekas pergi sambil menyeret satu koper dan satu backpack yang tercangklong di punggungnya.
“Siapkan bajuku!” perintah Bagas saat hendak mandi.
Baru keluar dari kamar mandi, Anin sudah mendapat perintah bernada tinggi. Tak mau adu mulut atau apapun itu, Anin pun menurut saja.
Tok, tok, tok.
Belum sempat membuka pintu lemari, Anin dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Urung mengambil baju, Anin memilih membukakan pintu terlebih dulu.
“Ma,” ucap Anin. “Mama sudah mau pulang?” tanya Anin.
“Iya,” jawab Sasmita. “Di mana Bagas?” Sasmita sedikit memiringkan kepala sambil mengintip kamar Anin.
Anin tersenyum dengan membuka pintu lebih lebar. “Mas Bagas sedang mandi.”
“Oh,” Sasmita sontak nyengir. “Kalau begitu, mama sama papa balik dulu. Kamu hati-hati sama Bagas ya.”
Anin mengangguk. Setelah kedua mertuanya pergi, Anin kembali masuk dan menutup pintu.
“Mana bajuku!” baru saja hendak berbalik, suara menyalak itu berhasil membuat Anin berjinjit.
![](https://img.wattpad.com/cover/256503524-288-k980153.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Kedua #Tamat
RomanceWarning!! Hanya untuk pembaca di atas umur 20 tahun. Mohon Bijak! (21+) Menghadapi pertengkaran di saat malam pertama, bukanlah hal yang diinginkan setiap pasangan pengantin baru. Anindhiya Saputri, atau biasa dipanggil Anin, terpaksa mengalami hal...