16. Masih ada Rasa

1.6K 99 1
                                    


Tidak bisa dipungkiri dengan mudah, mungkin Bagas masih menyimpan rasa pada Anin. Bagas mungkin bisa mengelak dengan cara acuh dan berkata kasar. Namun, melihat bagaimana Anin pingsan tadi, sangat bohong jika Bagas tidak merasa khawatir.

Bukankah dulu Bagas menikahi Anin karena dasar cinta? Betapa buruknya Anin, Bagas belum bisa sepenuhnya menghilangkan rasa tertariknya.

Lalu, bagaimana dengan Ela? Bagas mencintai Ela karena rasa lama. Ela datang saat puncak masalah pernikahan malam pertama datang. Keesokan harinya setelah petaka malam hari bersama Anin, secara tiba-tiba takdir mempertemukan Bagas dengan Ela. Sekedar kebetulan atau bukan, Bagas tak pernah memikirkan akan hal itu.

“Andai saja kamu tidak bohong sama aku, mungkin pernikahan kita akan baik-baik saja,” desah Bagas sesampainya di depan sebuah apartemen.

Bagas melepas sabuk pengaman, kemudian segera turun. “Jangan salahkan aku kalau aku mencari kenikmatan di luar sana.”

Bagas berdiri memandangi gedung tinggi di hadapannya itu. Mengedarkan pandangan sesaat, kemudian berjalan masuk. Masuk ke lobi, bagas berjalan lebih cepat menuju lorong utama. Di belokan kanan, Bagas kemudian bergegas masuk ke dalam lift.

“Oh, maaf.”

Secara tidak sengaja, Bagas bertubrukan dengan seseorang saat baru saja ke luar dari pintu lift di lantai empat. Keduanya sempat saling pandang dan lempar anggukan dalam arti semua baik-baik saja.

Bagas pun kembali berjalan menuju apartemen yang ia tuju, sementara pria itu masuk ke dalam lift.

“Dia itu Bagas kan?” gumam Togar. “Dia datang untuk menemui Ela.”

Togar mengepalkan tangan dengan kuat, dan tiba-tiba meninju kuat dinding lift. “Gara-gara pria itu, aku jadi nggak bisa leluasa bersama Ela.”

Togar masih mengeraskan rahang meskipun saat ini sudah berlalu jauh meninggalkan apartemen.

Tok, tok, tok.

“Apa lagi sa … Mas Bagas?” Ela hampir saja mencuatkan satu kata yang mungkin akan membuat Bagas merasa curiga.

Bagas sendiri saat ini tengah berdiri sambil mengerutkan dahi dan Ela tengah mengedarkan pandangan.

“Kamu nyari siapa? Apa baru saja ada tamu?” tanya Bagas.

Ela sontak menelan ludah lalu mundur. “Oh, Enggak. Ayo masuk!” Ela menarik lengan Bagas masuk ke dalam apartemennya.

“Sini duduk!” Ela merangkul Bagas dengan mesra saat sudah duduk. “Kamu kesini kok nggak bilang-bilang sih, Mas?”

Sempat curiga, pada akhirnya sirna karena perlakukan Ela yang lihai dalam menggoda.

“Aku kangen sama kamu,” jawab Bagas. Bagas diam membiarkan Ela membuka kancing kemejanya dan memainkan dadanya.

“Bagaimana acara semalam? Maaf aku pulang duluan,” sesal Ela penuh tipuan.

“Lancar kok. Aku resmi menjadi CEO di perusahaan itu.”

“Jadi, pemiliknya masih tetap papa kamu, Mas?” tanya Ela.

Suami Kedua #TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang