18. Kamu Sempurna

1.8K 94 1
                                    


Keberuntungan untuk Jonan dan kesialan untuk Anin. Entah bisa tahu dari mana, saat ini Jonan sudah berdiri di halaman tempat karaoke. Jonan tengah bersandar pada mobilnya sambil memandangi Anin yang sedang berjalan ketawa-katiwi bersama Nana.

Hingga sampai di dekat mobil Jonan terparkir, tawa Nana mendadak hilang. Anin yang belum menyadari akan hal itu, dengan cepat Nana sikut dan tawa pun terhenti.

“Apa sih!” dengus Anin. Nana tidak menjawab, melainkan menyikut lengan Anin dan memainkan mata.

“Apaan?” Anin bertanya lagi. Kali ini pandangannya mengikuti gerak jari telunjuk Nana.

Saat pandangannya berhenti pada sesuatu yang membuat tawa Nana mendadak berhenti, Anin menelan ludah dan mengerjapkan mata cukup lama.

“Jonan?” kata Anin usai berkedip dan sedikit berkedip. “Ngapain di sini?”

“Nyari kamu lah!” sahut Jonan. Jonan melempar puntung rokok lalu menginjaknya. “Di telpon malah dimatikan!”

Anin berdecak tak peduli. “Aku kan sudah bilang sedang bersama Nana. Nggak usah dicari.”

Mencoba tak peduli, Anin menarik lengan Nana. “Ayo pulang, Na.”

“Eh, iya.” Nana menurut saja.

Jonan tak mencegah saat Anin sudah masuk ke dalam mobil. Bukan membiarkan Anin pergi, tapi Jonan justru pada akhirnya membuntuti mobil Anin yang sudah melaju keluar dari area tempat karaoke.

“Dia ngikutin kita, Nin,” kata Nana sambil menoleh ke belakang.

“Serius?” Anin menarik spion di atas dan sedikit menggesernya hingga mobil di belakang terlihat.

“Mau apa sih, dia?” dengkus Anin kesal. “Gangguin aku melulu!”

Bukanya ikut panik mendukung ekspresi Anin, Nana justru terkekeh geli.

“Kamu ketawa, Na?” tanya Anin.

Nana mengelak dan bergidik. “Enggak. Nggak kok.”

“Kamu kira aku nggak tahu. Kamu lagi menertawakanku.”

“Iya, iya, maaf. Abisnya kamu lucu sih, Nin.”

Sampai di rumah Nana, mobil Jonan ternyata masih mengikuti. Anin tahu itu, tapi Anin nggak mau keluar dan memarahinya di sini.

Setelah Nana turun dan melambaikan tangan, Anin pun segera pergi dari rumah Nana. Jonan yang menunggu di tepi jalan, ikut melajukan mobil dan mencoba mengejar Anin.

“Anin pasti berniat menghindar,” gumam Jonan. “Gara-gara aku kelewat batas. Ah, sialan!”

CIIIIIIIITTTT!!

Mobil Jonan berhasil menghentikan laju Anin. Anin yang terkejut seketika jantungnya berdegup kencang dan ngos-ngosan. Hampir saja mobil mereka bertabrakan kalau saja Anin kurang sigap.

Sudah menarik napas panjang dan menata diri, Anin kemudian bergegas turun dari mobil. Mengepalkan kedua tangannya dan melotot, Anin melangkah menghampiri Jonan yang juga sedang berjalan maju.

Suami Kedua #TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang