“Jangan terpaku pada satu kesalahan. Karena masih banyak kesalahan-kesalahan lain yang belum dilakukan. Ayo menyerah, jangan semangat.”
—Aksara Tangguh Perwira—******
“Terpesona... Aku terpesona...” Teriak Aksa dengan nyaring ketika melihat Netta mendrible bola basketnya. Terlihat keren dan cantik.
Saat ini di sekolahnya tengah mengadakan turnamen bola basket putri antar sekolah dan Netta menjadi salah satu pemain andalan dari sekolahnya.
Di dalam lapangan indoor ini sangat ramai dengan para penonton yang saling sahut-sahutan yel-yel. Dari kubu SMA Cakrawala sendiri ada Aksa dan beberapa temannya yang berdiri di depan seraya menabuh drum guna mengomando penonton. Mereka tidak boleh kalah heboh karena ini adalah rumahnya.
“SIAPA KITA?” teriak Aksa.
“CAKRAWALA! CAKRAWALA!” sahut yang lain dengan serempak.
Kemudian Aksa kembali menabuh drumnya dengan semangat sampai turnamen berakhir dengan kemenangan dari SMA Cakrawala. Itu artinya mereka lolos ke babak final.
“Netta tadi kamu blunder dua kali.” Ujar Pak Samsul.
Netta yang tengah duduk selonjoran seraya mengipasi tubuhnya lantas mengangguk. “Iya Pak, mereka pada jago-jago banget fastbreak, mana tinggi-tinggi lagi, saya sampe kewalahan. Wasitnya juga cukup jeli saya gak sengaja nyenggol dikit eh dia tau.”
“Berarti kekurangan kita di sana.” Ujar Pak Samsul seraya mencatat kelemahan tim guna dipelajari lebih giat lagi ketika latiha nanti.
“Tapi tenang aja sih kalo masalah tinggi badan, di final nanti pemain lawan tingginya sama kayak kita.” Ujar Pak Samsul lagi yang sedikit dapat bernafas lega ketika mengetahui fakta itu. Tadi saja timnya hampir kalah karena beberapa pemain sudah down duluan ketika melihat fisik lawan yang tinggi besar diluar ekspetasinya belum lagi pola permainannya sangat cepat tapi untung saja dapat di imbangi.
“Pacar saya jangan dimarahin, Pak.” Ujar Aksa secara tiba-tiba dari arah belakang seraya membawa satu botol air minum.
“Kamu ini, masih punya suara ternyata. Tadi saya denger suara kamu paling keras.” Ujar Pak Samsul seraya menggelengkan kepala.
“Kalo buat nyemangatin Si Cinta mah suara saya gak bakal ada abisnya, Pak.” Ujar Aksa dengan jenaka seraya mengusap kepala Netta yang tengah minum di sebelahnya.
“Aksa-Aksa, masih kecil udah cinta-cintaan, kayak ngerti aja.” Cibir Pak Samsul setelah itu meninggalkan dua sejoli ini.
“Gak tau aja dia, kecil-kecil gini udah bisa bikin anak.” Dengus Aksa yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Netta.
“Yuk ke kantin.” Ajak Aksa mengalihkan pembicaraan.
“Ganti baju dulu.” Sahut Netta.
“Udah gini aja, tetep cantik kok.” Ujar Aksa kemudian meraih tangan Netta mau tidak mau gadis itu ikut berdiri.
******
“Ya ampun my baby Nenet ternyata di sini. Dari tadi kita nyariin loh sampe pusing sepuluh keliling taunya diculik kolor ijo.” Ujar Lukman dengan heboh seraya duduk di samping Netta diikuti Sania tanpa memperdulikan Aksa yang sudah menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA AKSARA
Teen FictionDisarankan untuk follow terlebih dahulu :) *** Entah sebuah anugrah atau musibah bagi Netta ketika menjalin hubungan dengan Aksara. Aksara merupakan sosok laki-laki paling berisik, pecicilan dan random yang pernah ia temui. Bukan hal mudah memperta...