“Kamu tau? Buah apel, jeruk, pear, atau bahkan semangka, dapat menyebabkan kematian kalau kamu memakannya bersamaan dengan silet. Kalau gak percaya, coba aja.”
—Aksara Tangguh Perwira—
***
Setelah kemarin absen tanpa keterangan akhirnya hari ini Aksa memutuskan untuk kembali masuk sekolah meski pun badannya masih sedikit terasa meriang.
Aksara itu orangnya kalau sudah rajin, mau hujan, badai, atau bahkan tsunami menerjang pun akan tetap masuk sekolah. Begitu pun sebaliknya kalau lagi malas banget mau dalam keadaan sehat pun ia lebih memilih tidak akan masuk kecuali kalau sudah dipaksa berkali-kali.
“Assalamualaikum kawan-kawan,” ujar Aksa seraya memasuki kelas yang hampir penuh karena ia masuk bertepatan dengan bunyi bell sekolah.
“Wa'alaikumsalam.” Dengan serempak mereka menyahut.
Aksa nyengir. Ia berjalan ke arah kursinya yang berada di barisan belakang. Dan teman-temannya langsung saja memberondong mempertanyakan kemana saja si ketua kelas kemarin.
“Kemana aja lo kemarin, Sa? Kebiasaan banget ilang-ilangan kayak duit seribu aja lo.” Ardan bertanya setelah Aksa duduk di kursi kosong sebelahnya.
“Tau tuh, kemarin kita telponin tapi yang angkat malah ceweknya,” sahut Keanu.
Bukannya langsung menjawab Aksa malah cengar cengir. Romantis sekali teman-temannya ini, sangat perhatian.
“Gila kali ya ini anak, cengar cengir mulu dari tadi kayak iklan pasta gigi aja,” ujar Rizki dengan jari telunjuk ia miringkan di depan kening.
Aksa akhirnya terbahak. Mood-nya pagi ini sedang bagus sekali. Maklum saja semalam ibunya mentransfer sejumlah uang yang lebih dari kata cukup untuk sekadar membeli obat ditambah lagi kedua kakak perempuannya mentransfer juga dihari yang sama. Benar-benar rezeki anak soleh tidak pernah terputus.
Aksa jadi bingung, akan dihabiskan kemana uang-uang itu. Biasanya ketika dirinya sedang tidak memiliki uang banyak sekali kebutuhan yang harus dibeli akan tetapi ketika uang itu sudah ada ia jadi bingung mau beli apa saja.
“Heh ayo bayar uang kas, minggu ke empat udah mau abis malah pada santai-santai aja lo semua.” Dengan membawa buku catatan beserta dompet, Siti sang bendahara kelas yang terkenal galak dan suka ceplas-ceplos menghampiri meja Aksa dan teman-temannya.
“Ah elah masih pagi juga, udah ditagih aja, kayak ibu-ibu kontrakan lo,” ujar Rizki. Padahal dia lagi bokék sekarang. Apes-apes.
“Kalo ntar siang bisa-bisa kalian udah pada kabur. Emang gue bloon apa. Ayo cepetan deh bayar, gue gak mau ya ada tunggak menunggak lagi,” sahut Siti dengan nada sewot.
Bagaimana ia tidak sewot setiap menagih uang kas selalu saja ada yang tidak mau bayar. Padahal penetapan jumlah pembayaran uang kas di kelas ini sudah menjadi keputusan bersama yaitu Rp12.000 setiap dua minggu sekali.
“Ya elah bawel banget lo. Emang kita udah nunggak berapa bulan sih?” kali ini giliran Malik yang berbicara pasalnya hampir setiap hari Siti selalu koar-koar menagih uang kas tidak hanya di kelas, di grup chat juga Siti selalu spam.
Dengan wajah yang terlihat ketus Siti membuka buku catatannya.
“Malik Rafardan, udah satu bulan dua minggu lo nunggak. Terus Ardan Ganendra sama si Rizki Abi Putra satu bulan. Keanu Mahawira, minggu ini belum ...,” Siti membuka lembaran lain. Lantas ia terdiam sebentar namun tidak lama kemudian matanya berkilat menatap Aksa dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA AKSARA
Teen FictionDisarankan untuk follow terlebih dahulu :) *** Entah sebuah anugrah atau musibah bagi Netta ketika menjalin hubungan dengan Aksara. Aksara merupakan sosok laki-laki paling berisik, pecicilan dan random yang pernah ia temui. Bukan hal mudah memperta...