AKSARA [8]

3.5K 781 121
                                    

“Gak tau deh.”
—Tiana Ganetta Ibrahim—

******

Selepas melarikan diri dari amukan Bu Tuti, Aksa langsung nyelonong masuk ke dalam kelas Netta yang hanya terdapat beberapa murid karena murid yang lain lebih memilih menghabiskan waktu istirahatnya di luar.

Melihat murid-murid yang berkumpul di meja Netta, tiba-tiba sebuah ide muncul di benak Aksa.

Dengan sangat pelan dan penuh kehati-hatian dia berjalan ke arah meja di barisan depan, kemudian setelah itu....

Brak

“ASSALAMUALAIKUM!” Aksa menggebrak meja dengan sangat kencang menyebabkan mereka yang tengah berkumpul menjerit kaget.

Aksa tertawa sangat puas melihat reaksi yang mereka berikan sampai-sampai perutnya sakit dan wajahnya memerah.

Sia Aksara!” geram Lukman dengan jantung yang masih dag dig dug. Dia berjalan ke arah Aksa seraya memegang penggaris milik Netta yang terbuat dari aluminium.

Seketika Aksa melebarkan matanya. “Buset, Man sabar Man.” Aksa mundur beberapa langkah.

Karena Lukman tidak menunjukkan akan berhenti sampai di sana akhirnya Aksa memilih melarikan diri ke luar kelas sehingga misi untuk mendekati Netta harus gagal.

Aksa kembali mencoba peruntungan ketika pulang sekolah, dia berdiri di depan kelas menunggu Netta menyelesaikan kegiatan belajarnya. Kali ini dia tidak akan main-main lagi. Pokoknya hari ini juga dia harus menyelesaikan masalahnya dengan Netta.

Ketika tengah asik berdendang sambil sesekali menggoda murid yang lewat Aksa langsung berdiri tegap ketika melihat pintu kelas Netta dibuka.

“Sore, Pak!” hormatnya dengan tangan di depan kening.

“Astaghfirullah!”

Pak Tio yang baru saja membuka pintu kemudian disambut oleh suara lantang Aksa seketika terperanjat kaget. Guru ekonomi separuh baya itu langsung mengelus dadanya.

“Kamu ini bikin kaget saja!” tegur Pak Tio seraya membenarkan letak kacamatanya yang hampir jatuh.

“Hehe ya maaf, Pak.” Aksa mengusap tengkuknya karena merasa tidak enak.

Pak Tio mendengus seraya berkacak pinggang, murid-murid yang berada di dalam kelas sampai tidak ada yang berani keluar karena Pak Tio berdiri tepat di depan pintu.

“Kamu ngapain masih di sini? Bukannya langsung pulang.”

Sebelum menjawab Aksa sempat melirik ke belakang tubuh Pak Tio, di sana ada beberapa murid yang menatapnya tajam karena telah mengajak ngobrol Pak Tio. Guru yang satu ini memang terkenal gemar mengobrol sampai lupa waktu makanya banyak murid yang senantiasa menghindarinya.

“Mmm itu, mau ngajak pacar saya pulang bareng, kasian udah sore.”

Pak Tio menggelengkan kepala. “Anak jaman sekarang masih kecil udah pacaran. Dulu pas saya seumuran kamu belum ngerti yang namanya pacaran.”

Murid-murid yang berada di dalam kelas menepuk keningnya sedangkan Aksara hanya meringis. Alamat, bisa-bisa mereka pulang malam.

DIA AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang